Cecak yang Kelaparan
Tantangan Hari Ke-145, #TantanganGurusiana
.
Di dinding yang dihiasai cat berwarna hijau, seekor cecak berjalan mondar-mandir dari satu sudut ke sudut yang lain. Sudah cukup lama ia menunggu, tak ditemuinya nyamuk di sekitarnya. Ia sungguh kelaparan, sejak siang tadi perutnya belum terisi apapun. Dongkol, ia tetap melanjutkan acara mondar-mandirnya, berharap akan ada nyamuk yang mendekatinya.
Tak berapa lama, mata jelalatan cecak itu sampai pada meja yang berisi beraneka makanan. Cecak selalu merasa heran. Bagaimana mungkin manusia mampu menghabiskan segala jenis makanan itu? Apakah manusia tak memiliki rasa kenyang? Sementara, dirinya sudah cukup kenyang dengan melahap seekor nyamuk saja. Ia pun tak pernah makan apapun selain nyamuk. Baginya, nyamuk adalah makanan terlezat. Ia cukup setia pada satu menu itu.
Lihatlah manusia, ia tak pernah puas dengan beragam menu yang selalu berganti setiap hari, batin si cecak.
Lelah dengan acara mondar-mandirnya, si cecak akhirnya memutuskan untuk menggunakan metode baru. Ia akan pura-pura tidur saja. Jangan-jangan nyamuk akan datang untuk memangsa tubuhnya. Dengan begitu, ia bisa langsung menangkap nyamuk itu dengan lidah panjangnya. Sudah lama memejamkan mata, tak ada satu pun nyamuk yang lewat. Si cecak merasa semakin dongkol. Kapan ia bisa makan?
Tiba-tiba, pintu ruangan hijau itu terbuka. Seorang manusia masuk ke dalam ruangan. Dilihatnya, manusia itu mulai menyendok makanan. Cecak sebal melihat manusia yang begitu menikmati makannya. Dasar tukang pamer, begitu batin cecak. Si manusia melanjutkan makan tanpa mengenal lelah dan kenyang.
Berapa kali ia menyendok makanan? Apakah perutnya tak merasa kekenyangan? batin cecak meronta dalam hati.
Di saat yang sama, tiba-tiba terdengar kepak sayap nyamuk mendekat pada cecak itu. Karena terlalu memfokuskan perhatiannya pada manusia yang sedang makan, cecak tak menyadari kedatangan nyamuk. Si nyamuk yang tersadar bahwa ia telah mendekat pada cecak segera melarikan diri. Kemarin, tanpa sengaja ia melihat teman baiknya dimangsa tanpa ampun oleh cecak yang lain. Ia tak mau kejadian naas itu menimpanya.
Setelah nyamuk terbang cukup jauh, barulah cecak sadar bahwa ia telah melewatkan makan malamnya. Ingin marah tapi malu pada dirinya sendiri, cecak mengurungkan niatnya. Sekali lagi, ia memandang manusia yang sedang menikmati makannya.
Dasar serakah. Bahkan aku saja makan secukupnya. Tak pernah aku makan melebihi batas kekenyangan perutku, begitu kata hati si cecak.
Begitulah. Cukup lama si cecak bergumul dengan kata hatinya sendiri, nyinyir terhadap apapun yang dilakukan si manusia dalam ruangan tersebut. Lama kelamaan, si cecak merasa mengantuk. Hari sudah semakin malam. Ia sebenarnya sungguh lapar, tapi rasa kantuk mengalahkan rasa laparnya. Akhirnya si cecak menyerah. Ia memilih tidur saja daripada menunggu datangnya nyamuk.
Saat matanya baru saja memejam, seekor nyamuk terbang mendekatinya. Cecak sadar bahwa ada seekor nyamuk gemuk di samping kanannya. Otaknya mengajak anggota tubuhnya bergerak, tapi matanya menyuruhnya diam di tempat saja. Karena tak ada kerja sama antara otak dan matanya, tubuh si cecak kebingungan.
Plokkk.
Naas, akhirnya si cecak terjatuh ke lantai. Ia gagal mendapatkan makanan, gagal pula untuk tidur. Si cecak berteriak karena badannya sakit semua.***
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar