Isma Latifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Digugu lan Ditiru

Tantangan Hari Ke-200, #TantanganGurusiana

.

Dalam kerata basa bahasa Jawa, guru artinya digugu lan ditiru. Lalu, apa makna digugu? Dalam Kamus Bausastra Jawa, digugu artinya dipercaya, dituruti perkataannya. Senada dengan pengertian tersebut, dalam KBBI pun dijelaskan bahwa makna digugu adalah dipercayai, dituruti, diindahkan. Sementara itu, ditiru artinya dicontoh. Bukankah kodrat guru memang dituruti perkataannya dan dicontoh perilakunya?

Lalu, siapa guru itu? Secara istilah, guru artinya orang yang berprofesi sebagai pengajar. Apakah hanya guru yang berada di sekolah yang bisa disebut guru? Tentu tidak, sekolah hanyalah salah satu tempat belajar. Semua orang yang berusaha mengajak orang lain ke arah yang lebih baik bisa disebut guru. Rumah pun bisa menjadi tempat belajar, orang tua menjadi gurunya. Rumah merupakan tempat belajar yang pertama dan utama. Bahkan, menurut Ki Hajar Dewantara, setiap orang bisa menjadi guru, dan setiap rumah adalah sekolah.

Namun, sejatinya, menjadi pribadi yang dijadikan sumber kepercayaan dan contoh bukanlah sesuatu yang mudah. Begitu mudah bagi kita untuk meminta digugu, tapi terkadang kita tak layak untuk ditiru. Kok membingungkan, ya? Maksud saya, terkadang kita mudah menjadikan murid alias partner belajar kita agar menuruti dan mempercayai apa yang kita katakan. Kita katakan kepada mereka bahwa apa yang kita ucapkan adalah sesuatu yang baik. Namun, semuanya berhenti di situ. Kita jarang sekali mempraktikkannya sendiri sehingga (menurut saya) kita belum layak ditiru.

Suatu contoh paling mudah dan sering ditemuid alam kehidupan sehari-hari adalah peran orang tua di rumah. Orang tua berperan sebagai guru di rumah. Orang tua akan terus mengomel saat melihat anaknya terus-terusan menghadap layar HP. Dikatakannya bahwa HP bisa merusak mata, menghilangkan jiwa sosial anak, dan sebagainya. Orang tua meminta anak percaya itu, dan menggugunya. Sayangnya, terkadang orang tua sendiri pun belum mempraktikkan ucapan ini. Apalagi bagi orang tua zaman now, berjauhan dengan HP adalah sesuatu yang sungguh sulit. Orang tua, dengan mudahnya, tetap memandang layar HP setelah mengomeli anaknya gar mengurangi pandangannya pada HP. Artinya, orang tua ini bisa digugu, tapi tidak layak ditiru.

Itu hanyalah salah satu contoh di antara banyaknya kenyataan yang lain. Lalu, sudahkah Anda (dan saya) menjadi guru yang layak digugu dan ditiru?***

--Selamat Hari Guru Nasional 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post