Tantangan Hari Ke-172, #TantanganGurusiana

.

Menurut unggah-ungguh bahasa Jawa, persoalan mengenai ‘siapa yang diajak berbicara’ adalah persoalan yang sangat rumit dan harus diperhatikan. Persoalan ini menyangkut bagaimana status dan kedudukan orang yang diajak berbicara sehingga menyangkut bagaimana cara penutur menghormatinya. Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan menyangkut penghormatan kepada orang lain, yaitu:

1. Faktor umur.

Faktor umur tentu berpengaruh besar terhadap pemilihan bahasa Jawa yang akan digunakan seorang penutur. Misalnya saja orang muda harus menghormati orang yang lebih tua, anak-anak harus menghormati orangtua. Dengan melihat kenyataan umur tersebut, penutur dapat memastikan variasi bahasa Jawa apa yang harus digunakannya: apakah bahasa ngoko atau bahasa krama.

2. Faktor kekerabatan.

Masyarakat Jawa menganggap bahwa faktor kekerabatan adalah sesuatu yang sangat penting. Antara seseorang dengan yang lainnya bisa dikatakan memiliki hubungan dilihat dari tali persaudaraannya. Dalam keluarga, orang yang lebih muda harus menghormati saudara yang lebih tua. Misalnya saja adik menghormati kakak, anak menghormati orangtua, cucu menghormati kakek-nenek, dan sebagainya.

3. Faktor derajat dan pangkat.

Derajat dan pangkat seseorang dalam lingkungannya berpengaruh pada tingkat penghormatannya. Misalnya, murid harus menghormati guru, mahasiswa menghormati dosen, pegawai menghormati atasannya, anak buah menghormati pimpinannya, dan sebagainya. Sementara itu, orang yang memiliki derajat yang lebih tinggi lebih menghargai orang yang lebih rendah kedudukannya. Penggunaan variasi bahasa Jawa pada tataran ini misalnya saja, mahasiswa harus berbahasa krama terhadap dosennya, sementara dosen cukup membalas mahasiswanya dengan bahasa ngoko.

4. Faktor derajat harta.

Misalnya saja kepada orang yang kaya, orang yang memiliki tanah yang luas, orang yang gajinya besar, dan sebagainya, variasi bahasa Jawa yang akan dituturkan perlu diperhatikan. Meskipun tidak ada kasta dalam masyarakat Jawa, namun perlu diperhatikan faktor derajat harta tersebut.

5. Faktor darah atau keturunan.

Faktor keturunan turut mempengaruhi pilihan bahasa Jawa yang akan dituturkan. Penutur perlu memperhatikan dan memberikan penghormatan yang ‘lebih’ terhadap orang –orang yang memiliki gelar kebangsawanan. Apalagi bagi orang-orang yang masih memiliki hubungan darah dengan keluarga keraton Jawa (Yogyakarta atau Surakarta). Misalnya saja penghargaan terhadap orang-orang yang memiliki gelar majikan, raden ajeng (R.A.), raden mas (R.M.), dan lain sebagainya.

6. Faktor kualitas pribadi.

Kualitas pribadi turut mempengaruhi derajat seseorang. Karena derajat akibat kualitas pribadi itulah, pilihan bahasa yang akan digunakan pun ikut dipengaruhi. Misalnya saja orang yang memiliki derajat yang tinggi akibat kepintarannya, memiliki banyak ilmu, dan memiliki gelar pendidikan (seperti Dr., dr., Ir., S.Pd, dan sebagainya), para pahlawan, para ahli, cendekiawan, ulama, dan sebagainya perlu diperhatikan ‘lebih’.

7. Faktor perkenalan.

Pada kenyataannya, orang yang tidak dikenal atau orang yang belum dikenal lebih dihormati daripada orang yang sudah dikenal dan sudah terbiasa berbicara dengan si penutur. Karena itulah, akibat faktor perkenalan, variasi bahasa Jawa yang akan digunakan pun akan bisa berbeda.***