Jangan Gengsi Mengucap Terima Kasih
Tantangan Hari Ke-102, #TantanganGurusiana
.
Hari masih pagi, tiba-tiba ponsel saya berbunyi. Seorang murid yang paling dekat dengan saya (baca: selalu mengirimkan pesan kepada saya setiap hari) menanyakan pendapat saya tentang sesuatu yang membuat pusing kepalanya. Mungkin sebelumya dia mengalami hal tersebut dan bimbang akan pendapatnya sendiri. Pertanyaannya cukup berbobot, “Bu, siapa yang harus mengucapkan terima kasih: pembeli atau penjual?” Melihat gelagat ucapannya selanjutnya, dia beranggapan bahwa “penjual”lah yang harus mengucapkan terima kasih kepada pembeli. Intinya, pembeli adalah raja hingga kegiatan transaksi jual-beli itu selesai.
Karena pertanyaannya adalah mengenai pendapat, maka saya memulai jawaban saya dengan “menurut saya”. Jawaban saya sederhana: keduanya. Pembeli perlu mengucapkan terima kasih kepada penjual, penjual pun seyogyanya mengucapkan terima kasih kepada pembeli. Si murid satu ini masih ngeyel. “Harusnya penjual yang berterima kasih kepada pembeli karena telah membeli barang dagangannya, kan dia yang dapat duitnya,” begitu menurutnya. Melihat kegigihan ini, saya mencoba memberikan pertanyaan retoris sederhana. “Kamu butuh yang dia jual, nggak? Kalau misal dia nggak jualan yang kamu butuhkan, kamu bakalan dapat barangnya, nggak?”
Nyatanya pertanyaan sederhana ini membuatnya semakin pusing. Saya menambahkan, “Kamu rugi, nggak, setelah membeli barangnya?” Tak ada jawaban. Maka saya jelaskan, bahwa hubungan pembeli dan penjual adalah simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Pembeli diuntungkan karena bisa mendapatkan barang yang diinginkan, penjual pun untung karena mendapatkan uang dari transaksi tersebut. Bukannya salah satu mengalami kerugian dalam transaksi ini, bukan pula salah satu mengalami keadaan netral (tidak untung, tidak pula rugi). Sekali lagi, keduanya diuntungkan, tidak ada fenomena simbiosis parasitisme atau simbiosis komensalisme di sini.
Nduk, muridku sayang, mengucapkan terima kasih itu sangat mudah. Tak perlu mengeluarkan uang atau tenaga dalam untuk sekadar berterima kasih kepada orang lain. Lagi pula, orang yang kita beri ucapan terima kasih akan senang karena merasa usahanya dihargai. Jangan abaikan rasa terima kasih kita kepada orang lain dengan menyimpannya sendiri di dalam hati. Sampaikan, lisankan. Jangan gengsi mengucapkan terima kasih kepada siapa pun. Saat membeli sesuatu atau mendapatkan bantuan, segerakan mengucapkan terima kasih. Tak ada ruginya meskipun kita yang mengucapkannya terlebih dahulu. Kepada penjual sesuatu, sopir angkot, abang ojol, penjaga toilet umum, dan yang lain, ucapkan rasa terima kasih kita. Meskipun sekadar ucapan terima kasih, niscaya hal itu membuat mereka bahagia.***
.
N.B.: Terima kasih kepada “si Murid” yang sudah memberikan ide tulisan hari ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Top tulisannya, memang seharusnya begitu ya bu.
Terima kasih, Pak.