Isma Latifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kata Ulang Semu

Tantangan Hari Ke-126, #TantanganGurusiana

.

Melihat kupu-kupu di halaman, entah yang ada di pikiran saya adalah dosen saya yang menjelaskan bentuk morfologis kata kupu-kupu di depan kelas. Mata kuliah morfologi saya dapatkan pada semester kedua. Saat membahas proses pembentukan kata, saya dan teman-teman juga mempelajari reduplikasi (pengulangan kata). Suatu ketika, dosen saya memberikan sebuah pertanyaan kepada kami sekelas, “Apakah kata-kata seperti kupu-kupu, biri-biri, dan paru-paru termasuk kata yang mengalami proses reduplikasi?” Nah, kan. Pertanyaannya hanya satu, singkat pula. Tapi ternyata butuh waktu yang lama untuk menjawabnya.

Setelah beberapa teman sekelas mencoba menjawab, akhirnya Pak Dosen pun menjelaskan juga. Jadi, bentuk-bentuk seperti biri-biri, lumba-lumba, onde-onde, ondel-ondel, kupu-kupu, paru-paru, alun-alun, dan layang-layang tidak dapat dikategorikan sebagai kata ulang karena kata-kata tersebut memang demikian bentuk dasarnya. Kata-kata tersebut tidak mengalami proses morfologis dan perubahan makna. Meskipun seolah mengalami proses pengulangan utuh, namun ternyata kata-kata tersebut bukan kata ulang. Bentuk-bentuk tersebut disebut sebagai kata ulang semu (karena bentuknya sama dengan kata ulang, namun sejatinya bukan kata ulang).

Untuk membuktikan, kita bisa mengambil contoh lain. Misalnya saja morfem rumah. Setelah mengalami reduplikasi utuh, kata tersebut berubah menjadi rumah-rumah. Perubahan tersebut membuatnya memiliki mana yang berbeda dengan rumah. Rumah-rumah bermakna 'banyak rumah'. Berbeda dengan kata biri-biri, kupu-kupu, ataupun layang-layang. Semua kata tersebut memiliki makna 'satu biri-biri', 'satu kupu-kupu', dan 'satu layang-layang'. Meskipun terlihat seperti kata ulang, maknanya tidak berubah menjadi 'banyak biri', 'banyak kupu', ataupun 'banyak layang'.

Jika kita ingin menuliskan benda-benda tersebut dalam jumlah jamak, kita tak perlu galau. Uda Ivan Lanin, dalam bukunya Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris?, menjelaskan bahwa kita bisa menggunakan kata-kata pewatas seperti beberapa, banyak, atau semua untuk menunjukkan ketaktunggalan kata-kata tersebut. Misalnya saja, banyak kupu-kupu beterbangan di kebun; beberapa biri-biri petani itu mati; atau banyak layang-layang menghias langit biru. Mudah, kan?

Nah, sekadar mengingatkan, dalam penulisan judul, penggunaan huruf kapital pada kata ulang termasuk perlu kita perhatikan. Rumus mudah dari Uda Ivan, jika ada kata ulang yang tidak berubah bentuk atau bunyi, huruf awal keduanya ditulis kapital. Khusus untuk kata ulang semu seperti kupu-kupu atau laba-laba, boleh saja huruf kapital hanya ditulis di bagian awal, boleh juga ditulis pada kedua kata. Jangan pilih kasih saat menulis… hehehe.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post