Tantangan Hari Ke-181, #TantanganGurusiana

.

Hari berganti hari. Musim kemarau kini berganti musim semi. Bunga-bunga bermunculan di mana-mana. Namun, bunga-bunga cinta kanda Arjuna kepadaku tampaknya tidak bakal bermunculan, apalagi bermekaran. Aku semakin sering mengunjungi pohon tanpa namaku. Burung gagak hitam pun sering berkumpul dengan kami untuk menceritakan kabar kanda Arjuna. Menurut si gagak, kanda Arjuna kini sudah resmi bertunangan dengan Sembadra, rekan anggota dewannya yang tidak kukenal itu. Ah.. entahlah. Aku juga sudah tidak terlalu mengurusi lagi masalah mereka. Aku sudah terlalu sakit hati untuk menghadapi mereka.

Tiba-tiba, seorang wanita bernama Sembadra datang untuk menemuiku. Penjaga keamanan di istanaku yang memberitahuku bahwa dia telah menantiku di bangsal tamu. Kutemui dia.

“Srikandi?” tanyanya ragu-ragu.

Aku mengangguk perlahan. Dia menyodorkan sebuah undangan kepadaku. Aku terpaku. Mereka tidak perlu mengundangku kalau ingin menikah. Terserah, apapun yang mereka ingin silakan lakukan saja. Tak usah menambah sakit hatiku.

“Kau mau datang?” tanya Sembadra lagi.

Aku mengambil undangannya. Kubaca perlahan. Sepertinya ada yang tidak beres. Mengapa yang tertulis malah Arjuna dan Ulupi? Apakah Ulupi adalah nama asli dari Sembadra? Aku memandang Sembadra, bingung.

“Dia sekretarisnya. Kita bernasib sama. Arjuna kita memang buaya,” jelasnya sinis.

Dan sejak saat itu, pohon tanpa namaku memiliki seorang lagi yang harus didengarkan keluh kesah dan kegalauannya.***