Sebuah Catatan Perjalanan Gunung Bromo (2)
Tantangan Hari Ke-174, #TantanganGurusiana
.
Setelah menyaksikan keindahan terbitnya matahari, perjalanan kami lanjutkan. Puluhan mobil jip turun bersamaan ke arah lautan pasir di kawasan Gunung Bromo. Sekitar 15 menit perjalanan, sampailah kami di lautan pasir Widodaren. Hamparan pasir yang lembut terpampang nyata di hadapan kami. Ilalang tumbuh di temapt-tempat yang tidak dijadikan jalanan bagi mobil jip. Semilir angin yang dingin sesekali menyapa tubuh kami.
Kegiatan yang kami lakukan di tempat ini adalah mengambil foto-foto diri dengan latar Gunung Batok dan mobil jip. Ide foto diri semacam ini tampaknya cukup ramai di media sosial sejak dulu. Naik ke atas mobil jip, terkena embusan angin, dan memandang ke arah datangnya sinar matahari. Pemandangan yang ditawarkan memang tidak main-main: sungguh indah.
Sekitar 20 menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan. Tujuan utama kami adalah Gunung Bromo. Maka, melewati hamparan lautan pasir yang cukup luas, mobil jip melaju ke arah Gunung Bromo. Sepanjang perjalanan di lautan pasir, tampak hilir mudik mobil jip dari berbagai arah. Meskipun masih dalam suasana pandemi, ternyata kawasan ini dikunjungi cukup banyak wisatawan.
Tak berapa lama, sampailah kami di tempat parkir mobil jip. Tempat parkir ini berada tepat di depan rumah-rumah makan yang tersedia bagi semua pengunjung. Sebelum berjalan ke arah Gunung Bromo, kami memutuskan untuk mengisi perut kami dengan asupan yang bisa menghangatkan tubuh. Mie kuah menjadi andalan kami. Setelah mengisi perut dengan makanan dan minuman hangat, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Bromo.
Perjalanan dari tempat parkir menuju Gunung Bromo cukup jauh. Dulu, seingatku parkiran berada di sekitar pura di lereng Gunung Bromo. Kini, tempat parkir dibuat agak jauh dari lereng Gunung Bromo untuk menjaga kesucian area pura. Melewati lautan pasir dengan embusan angin yang cukup kencang, aku dan keluarga berjalan perlahan ke arah Gunung Bromo. Sebelum memasuki lautan pasir, ada jajaran bangunan toilet yang di pinggirannya dipenuhi oleh pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya.
Kami berjalan perlahan sambil mengatur langkah kaki agar tidak menimbulkan pasir beterbangan. Setelah melewati lautan pasir dan tiba di pinggiran pura, kami duduk beristirahat sambil menikmati minuman dan makanan ringan yang kami bawa. Sesekali, kami mengambil foto kawasan tersebut. Tak lama kemudian, kami melanjutkan perjalanan. Semakin mendekati Gunung Bromo, langkah kami semakin cepat. Kami ingin segera menaiki tangga-tangga menuju puncak gunung tersebut.
Sayang sekali, kami tidak dapat melanjutkan perjalanan…***
(bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen, Bunda. Sy juga pernah ke Bromo