Isma Latifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sebuah Catatan Perjalanan Gunung Bromo

Sebuah Catatan Perjalanan Gunung Bromo

Tantangan Hari Ke-173, #TantanganGurusiana

.

Rencana yang disusun terlalu matang memang kadang malah tak mudah diwujudkan. Selalu ada sisi yang membutuhkan kesempurnaan untuk mencapai rencana tersebut. Sebaliknya, rencana dadakan malah seringkali terwujud. Apa yang direncanakan secara singkat dan cepat akan tercapai dengan mudahnya.

Pada libur panjang akhir pekan ini, keluargaku sedang berkumpul. Keempat anak ibu dan dua orang menantunya berkumpul di rumah. Tentu saja, kami merencanakan beberapa kegiatan yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Sayangnya, kakak iparku tidak mendapat libur dari kantornya. Kami hanya bisa bertamasya saat tanggal merah. Okelah, kali ini libur Maulid Nabi diapit oleh dua tanggal hitam yang dimerahkan. Namun, hal tersebut tidak berlaku di kantor kakak iparku.

Aku dan saudara-saudaraku segera menyusun acara liburan yang mengesankan dan cukup waktunya. Setelah pilihan mengunjungi coban terhapus, mendadak sebuah ide terlontar: ke Gunung Bromo. Semua setuju. Seketika itu juga, kakakku menghubungi kenalannya yang memiliki penyewaan mobil jip untuk menjemput kami menuju Gunung Bromo. Siang itu, kami segera melakukan persiapan cepat. Kabarnya, untuk dapat melihat sunrise di wilayah Penanjakan Gunung Bromo, kami harus berangkat pukul 23.00 dari rumah.

Pukul 20.00, semua kegiatanku berhenti. Kami segera mengistirahatkan diri agar di jam 23.00 nanti bisa segera bangun. Sekitar pukul 00.30, kakakku membangunkanku dan semua anggota keluarga. Katanya, sopir sudah menghubungi kakakku dan akan segera tiba di rumah. Setelah semua sudah mempersiapkan diri dengan pakaian tebal, dua buah mobil jip berhenti di depan rumah. Setiap mobil diisi 4 orang—5 orang bersama sopirnya. Tampak sebuah sekat di dalam mobil jip sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan.

Sekitar pukul 01.30 dini hari, kami berangkat. Siapa sangka, jalanan menuju kawasan TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) ternyata dipenuhi oleh mobil jip. Ternyata banyak juga orang yang mengisi liburan panjang kali ini dengan melakukan perjalanan ke Gunung Bromo. Setelah melewati jalanan berkelok yang penuh tanjakan, sampailah kami di kawasan Penanjakan.

Dari tempat ini, kami bisa menikmati indahnya sunrise dengan pemandangan Gunung Bromo, Gunung Batok, dan Gunung Semeru menjadi satu. Sungguh, Tuhan Maha Besar. Keindahan panorama itu pun tak sanggup diabadikan melalui kamera. Hanya mata dan hati yang sanggup merekam segala keindahannya. Untuk pertama kalinya, aku menunaikan salat Subuh di tempat terbuka seperti itu dengan latar cahaya jingga yang semerbak menghias langit pagi.

Jangan tanyakan suhu udara pagi itu. Kakakku bilang, suhunya sekitar 9 derajat Celsius. Tanganku kaku menahan dinginnya udara. Namun, semua itu terbayarkan dengan keindahan panorama yang dapat kunikmati. Akhirnya, kusaksikan matahari terbit sempurna, menghiasi langit Bromo. Seingatku, waktu menunjukkan pukul 05.17 saat kami melanjutkan perjalanan ke arah Gunung Bromo. ***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post