Isma Latifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sulitnya Menjadi Editor

Tantangan Hari Ke-141, #TantanganGurusiana

.

Setelah mengikuti kelas daring “Penyuntingan Bahasa Dasar untuk Editor” bersama Ivan Lanin, hanya satu kalimat yang mampu saya ucapkan: “Ternyata menjadi editor sangatlah sulit”. Ternyata, menjadi editor bukan hanya sekadar membenarkan kata yang tidak baku menjadi bentuk baku atau pembenaran tanda baca. Lebih dari itu, editor adalah penyambung antara penulis dan pembaca. Seorang editor dapat dikatakan berhasil apabila pembaca dapat dengan mudah menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Posisi editor pada dasarnya adalah perantara antara penulis dan pembaca, meski di antaranya masih ada ilustrator, desainer, penerbit, pencetak, serta pemasar. Membayangkan hal tersebut, saya sudah merasakan sulitnya menjadi editor. Belum lagi saat mengetahui syarat-syarat menjadi editor yang ternyata cukup banyak. Seorang editor harus memenuhi beberapa aspek dan kode etik. Berikut akan saya jabarkan aspek dan kode etik sebagai syarat menjadi editor.

Tujuh aspek yang harus dimiliki untuk menjadi editor yang baik, yaitu keterbacaan, ketaatasasan, kebahasaan, kejelasan, ketelitian, kepatutan, dan ketepatan. Keterbacaan, maksudnya editor harus mampu menata isi dari naskah penulis, mulai dari bentuk huruf, letak ilustrasi, dan sebagainya. Editor juga harus memiliki konsistensi dalam penulisan diksi dan tanda baca. Dari segi kebahasaan, editor harus memiliki kemampuan dalam penggunaan bahasa sesuai konteks dan kaidahnya. Dalam hal kejelasan, editor harus memiliki gaya penulisan yang jelas. Editor juga harus teliti dalam menyajikan data dan fakta, tidak sekadar menerima naskah dari penulis begitu saja. Seorang editor juga harus mampu memilih dan memilah diksi yang “patut” ditampilkan dalam naskah karena hal tersebut berpengaruh langsung terhadap nama baik penerbit. Yang terakhir, seorang editor harus memiliki ketepatan dalam proses pengerjaan naskah. Artinya, editor harus memiliki jadwal dan mematuhinya saat mengerjakan naskah.

Selain aspek-aspek tersebut, seorang editor juga harus menaati kode etik. Kode etik ini berisi anjuran dan larangan yang seyogyanya dipatuhi oleh seorang editor karena mengacu pada kontrak antara penulis dan penerbit. Tiga anjuran yang sebaiknya diikuti oleh editor, yaitu mencari info tentang penulis, menghormati ciptaan dan penulis, serta merahasiakan isi tulisan penulis. Sementara itu, tiga larangan yang hendaknya dihidari editor adalah tidak menjiplak, tidak mengubah tulisan tanpa seizin penulis, dan tidak memperlambat proses penyuntingan tanpa alasan yang logis.

Bahkan dari aspek dasar saja saya merasa belum mampu menjadi editor. Meskipun saya berminat menjadi editor, masih banyak materi tata bahasa yang belum saya kuasai. Selain itu, saya juga masih perlu mempelajari kesalahan berbahasa dari diri saya sendiri. Ah, sulitnya menjadi editor.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post