Ismiati Irzain

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerpen Yang Sirna Perlahan

SEMUA YANG TERBAIK

            Brakkk…. Aaa… disuatu senja yang kelam… Saat rayhana berumur 21 tahun. Kecelakaan terjadi tiga hari menjelang hari raya idul adha. Berawal saat hana dan saudaranya hani meminta izin kepada mama untuk menjenguk nenek. Karena hana belum bisa membawa kendaraan bermotor maka yang membawa adalah dedek hani yang pemberani. Saat itu jam sudah menunjukan pukul 17.30, hari hampir magrib. “mama boleh yah kami menjenguk nenek?” bujuk hani. Siap lebaran hani mau berangkat ke jakarta. Di jakarta ada bibi yang sudah sukses bisnis di jakarta. Tamat SMK hani sudah mencoba mengikuti tes untuk kuliah. Karena jurusan hani tidak ada di daerah hani terpaksa mengambil di luar daerah. Saat mengikuti tes hani tidak lulus. Untuk mengisi waktu hani berencana untuk berangkat ke jakarta menemui bibi, untuk belajar mandiri.

            Hana kuliah disalah satu perguruan tinggi ternama di ibu kota propinsi. karena kecerdasannya dia mendapat beasiswa untuk kuliah. Saat itu hana sudah kuliah tingkat dua, semester 4. Saat itu libur semester sekaligus libur menjelang idul adha. Saat sore yang naas itu akhirnya mama memberi izin. Dengan pesan “ hana dan hani cepat pulang ya jangan kemana-mana” pesan mama. Siap mama jawab hana dan hani serempak.

            Jarak rumah mama dengan nenek sekitar 15 km sekitar 25 menit perjalanan jika dinikmati sambal jalan-jalan sore. Satu jam menjelang magrib sudah cukup jika hanya 10 menit bercerita bersama nenek. Dengan hati riang hana dan hani berangkat. Saat dipersimpangan hana dan hani membeli gorengan kesukaan nenek.

            Saat sampai dirumah nenek hana dan hani memanggil-manggil nenek. Rumah nenek terletak di ketinggian di pinggir jalan. Nenek…nenek… teriak hana dan hani dari jalan. Tidak ada jawaban dari nenek, karena hampir magrib nenek mungkin sudah siap-siap untuk sholat. Menutup semua jendela dan pintu. Hana dan hani yang mulai setengah hati langsung saling berkomentar. “Mungkin nenek tidak dirumah” bisik hani, “mungkin juga” jawab hana. Kenapa nenek tidak menjawab jawab? Mereka mulai merencanakan sesuatu.

            Karena besok kita akan berpisah, bagaimana jika kita pergi jalan-jalan sore, ajak hana. Sipp kata hani, kendaraan bermotor pun diputar hani menuju pasar yang bisa untuk mencuci mata dan sekedar melihat pemandangan di sore hari. Saat sampai di pasar azan magrib pun berkumandang. Karena jarak rumah hanya sekitar 10 menit perjalanan, hana dan hani memutuskan sholat di rumah.

            Saat menurun setelah persimpangan, tiba-tiba mobil L300 muncul dari belokan. Karena sopir mengelakan nenek dari sebelah kirinya, mobil langsung menyerempet kendaraan bermotor hana dan hani. Mobil langsung kabur, orang-orang mulai berdatangan memberi pertolongan. Hana dan hani terlempar ke selokan. Hani langsung bangkit dan memanggil hana yang terlempar agak jauh. Di remang-remang senja dia melihat hana penuh darah. Hana sendiri tidak menyadari jika ada luka mengenai dirinya. Karena yang terkena adalah stang motor menyebabkan kaca motor pecah kemudian mengenai wajah hana. Luka karena kaca mungkin awalnya tidak terasa sakit, karena ketajamannya. Lama-lama baru menimbulkan rasa perih.

            Saat hana bangkit dari jatuh tertelungkupnya hana merasakan ada cairan hangat yang menetes dari wajahnya. Membasahi jilbab dan pakaiannya. Saat ditelusuri ternyata bibir atas hana kiri dan kanan sudah terpisah. Luka itupun memanjang di pipi kirinya. Karena masih stabil dan belum merasakan sakit hana berfikir, Ya Allah apa yang terjadi dengan diriku? Seperti apa aku akan menjalani kehidupan. Tanpa setes air mata hana berfikir Panjang dan termenung. Orang-orang mulai berdatangan, mencari kendaraan untuk melarikan ke rumah sakit terdekat.

Sesampai di rumah sakit yang memakan waktu 10 menit perjalanan hana mulai kekurangan darah, tensi pun sudah melemah berkisar 70/80. Dengan sigap perawat menjahit dan membersihkan wajah dari kaca. Dengan menahan pedih dan suntikan bius pipi dan bibir hana pun mulai di jahit. Di pipi kiri memanjang dari bibir sebelah kiri sampai mendekati mata. Untung mata tidak terkena sehingga penglihatan masih normal. Dibibir sebelah kanan memanjang mendekati hidung. Alhamdulillah darah bisa dihentikan dan hana harus dirawat di puskesmas.

Tidak lama kemudian mama dan papa pun datang. Beliau menahan tangis dan berusaha menenangkan hana yang mulai menangis karena sakit dan cemas menyadari kondisi wajahnya. Hana menanyakan kondisi hani. Mama menjawab hani tidak apa-apa, hanya jari kelingkingnya yang terkilir karena memegang stang saat disenggol mobil. Alhamdulillah bisik hana. Karena kelelahan hana pun tertidur, saat terbangun hari sudah lewat tengah malam hana teringat belum melaksanakan sholat isya. Dengan bertayamum hana pun sholat di tempat tidur.

Saat pagi menjelang hana masih belum kuat untuk bangkit. Rasa perih di wajah dan rasa cemas pun mulai menghantui. “Mama tolong bawakan hana kaca” pinta hana kepada mama. “Iya nanti dibawakan” jawab mama  seakan merasakan kekhawatiran putrinya. Hari pun siang, sore pun menjelang. Sanak saudara dan sahabat-sahabat pun berdatangan memberikan ucapan simpati dan memberi semangat. Secara bergantian mama dan papa merawat hana. Saat malam menjelang kaca yang hana tunggu-tunggu pun belum datang.

Esok harinya hana kembali menagih kepada mama untuk dibawakan kaca untuk berkaca. Kembali mama menjanjikan “ iya nak, nanti mama bawakan ucap mama lirih” hari pun berlalu. Hari ketiga setengah terisak hana memohon untuk dibawakan kaca kepada mama. Luka diwajah mulai mongering. Infus pun mulai dilepaskan. Mama pun datang mendekat membelai kepala hana. Iya nak mama akan membawakan kaca, tapi hana harus berjanji, bisik mama.

Hana tau kan kalau Allah itu Maha atas segalanya? Tanya mama. Iya jawab hana. Allah juga melakukan semua yang dikehendaki-Nya. Mama melanjutkan, tapi percayalah Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hambanya. Hana pun mulai berkaca-kaca. Hana menyadari jika selama ini mungkin banyak salah dan khilaf yang dilakukannya. Sehingga Allah memberinya ujian. Hana tidak tau apakah ini ujian atau hukuman yang hana tau adalah dia selama ini sudah berusaha untuk selalu berada di jalan-Nya.

Jika nanti hana menemui sesuatu yang tidak diinginkan, belajarlah untuk ikhlas. Karena buah dari ikhlas itu nanti setelah Allah pun meredhoi. Buah dari keikhlasan itu akan membuat hana selalu tenang dengan semua ketetapan Allah. Air mata hana pun mengalir deras dan menggangguk mengiyakan semua perkataan mama. Jauh dilubuk hatinya hanapun berbisik Ya Allah jika ini yang terbaik menurut-Mu hambapun akan mencoba ikhlas. Karena hamba tidak punya daya untuk semua yang Engkau tetapkan. 

Hari itu merupakan hari raya Idul Adha terpedih bagi hana. Saat takbir berkumandang sayup-sayup dikejauhan angannya pun melayang mengingat kebahagiaan yang dilalui saat Idul Adha. Berkumpul dengan keluarga dan biasanya melakukan perjalanan ke luar daerah untuk silaturrahmi. Tapi sekarang hanya ditemani mama hana menjadi penghuni puskesmas satu-satunya. Karena pasien  yang lain sudah dalam kondisi sehat dan diperbolehkan pulang. Ditemani seorang perawat jaga hana pun melalui hari yang mulai terasa lama.

Sore itu mama dan keluarga pun berkumpul  untuk menghibur hana. Kaca yang sudah lama ditunggu-tunggu hana pun dibawakan oleh mama. Setelah yakin putrinya siap menghadapi kenyataan. Saat melihat kaca hana pun agak shock melihat luka memanjang dipipi sebelah kiri dan bekas jahitan dibibir sebelah kanan seperti bekas operasi sumbing. Bekas jahitanpun tidak pas mengenai garis bibir karena ada daging yang terbuang.

Pasnya yang menjahit memang spesialis kecantikan karena lukanya di wajah. Karena perawat berprinsip menyelamatkan pasien, mereka berusaha melakukan yang terbaik dengan segera. Itulah hasil terbaik yang bisa mereka berikan. Hana pun mulai berfikir panjang bagaimana harus memulai kehidupan dengan kondisi wajah yang jauh berubah dari sebelumnya. Hana yang sebelumnya pendiam dapat dipastikan akan semakin pendiam dengan kondisinya yang sekarang. Bagaimana menyelesaikan kuliah nantinya?, bagaimana menghadapi teman-teman nantinya? Yang pedihnya hana mulai berfikir bagaimana menghadapi pacar barunya yang baru jadian 2 bulan yang lalu?

Sungguh hana tidak menyangka semua akan menimpa dirinya. Tapi itulah hidup. Itulah kenyataan. Itulah takdir, itulah jalan yang terbaik baginya. Hana sangat menyadari semua. Hana yang terbiasa menjalani kehidupan dengan selalu berada di jalan-Nya. Menjaga sholat, patuh kepada orang tua. Jujur dan gigih dalam menuntut ilmu akhirnya diberikan ujian yang mungkin sangat berat baginya.

Waktu pun berlalu setelah 5 hari dirawat dan luka-luka pun mulai mongering hana pun diperbolehkan pulang. Sesampainya dirumah hana selalu berkaca, dan termenung menatap dirinya yang jauh berubah. Air mata tidak ada gunanya, hana pun mulai larut dengan kesibukan sehari-hari untuk membantu mama. Seminggu lagi kuliah pun akan kembali dimulai.

Singkat cerita karena tidak puas dengan hasil jahitan di puskesmas hana ditemani papa konsultasi ke rumah sakit propinsi. setelah konsultasi dengan ahli bedah akhirnya dokterpun sepakat untuk kembali mengoperasi dan merapikan jahitannya. Hasilnya pun lebih baik dari sebelumnya. Karena masih kurang puas hana pun konsultasi kepada spesialis kecantikan. Operasi dengan melibatkan dokter bedah dari Australia pun dilakukan. Hasilnya pun mulai membaik, mulai rapi meski bekas jahitannya masih jelas di pipi. Saat dokter memberikan resep dengan harga jutaan hana pun hanya bisa minta maaf karena tidak cukup uang untuk menebusnya.

Bangku perkuliahan pun kembali dihadiri hana.  Dengan karunia kecerdasan otak dan kesungguhan hana selalu yang menyiapkan Makalah-makalah untuk tampil. Dengan gigih menyiapkan tugas-tugas menggunakan mesin tik saat itu. Meski tidak selalu sanggup untuk berargumen karena tidak percaya diri hana selalu menyiapkan makalah kelompoknya dengan sebaik-baiknya. Dengan modal hal tersebut hana bisa menyelesaikan perkuliahan pas 4 tahun. Dari 34 orang satu lokal dan sejurusan hanya 4 orang yang sanggup wisuda pas 4 tahun. Satu dari propinsi yang berbeda, dua lagi dari kabupaten yang berbeda.

Kisah cinta hana pun kandas, karena hana tidak sanggup menghadapi pujaan hati. Sang kekasih pun tidak berani menemui ataupun menanyakan kabar hana. Setelah siap KKN hana mendengar kabar jika sang kekasih sudah punya pengganti dan hana pun kenal dengan pengganti dirinya. Sudahlah air mata tidak ada gunanya, mungkin itu yang terbaik bisik hati hana menahan kepedihan. Hari-hari dilalui hana dengan banyak merenung dan berusaha melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. Hingga keberuntungan dan kebahagiaan selalu mengiringi langkah hana.

Hana wisuda diumur 22 tahun. Kemudian karena malu dikampung hana memilih berkarir dirantau. Dengan berbagai profesi. Sebagai penjaga took buku-buku agama, sebagai penjaga kolom kusus Muslimah, mengajar MDA semua dilalui hana dengan hati ikhlas. Bahkan juga sempat menjadi baby sister.

Saat berumur 24 tahun papa menyuruh pulang dengan alasan hana memiliki ijazah guru. Papa menyarankan untuk honor mengajar dikampung. Hana sangat menyadari jika tetap di ibukota hana bisa menerima gajian ratusan setiap bulannya bisa menabung dan memenuhi kebutuhan.  Tapi jika honorer jangankan untuk menabung untuk memenuhi kebutuhan tidak akan cukup. Belum lagi rasa tidak percaya diri yang membuat hana mulai baerfikir Panjang.

Akhirnya dengan berat hati hana pun pulang. Papa mengantarkan hana untuk honor di madrasah terdekat. Hana diterima meski tidak mengajar jurusan yang sesuai dengan dirinya. Dengan sungguh-sungguh hana mengajar. Menggentikan guru yang tidak datang, baik karena izin ataupun cuti hana siap membantu dengan segala daya yang bisa dilakukan.

Enam bulan kemudian dibuka CPNS. Hana pun mengikutinya, dengan perasaan campur aduk dan tidak percaya diri hana pun mendaftar. Dari 120 peserta yang mengikuti yang dibutuhkan adalah 3 orang. Salah seorangnya adalah hana. Puji sukur atas limpahan nikmat demi nikmat yang diterima hana. Meski disisi lain hana tidak lagi mengenal dan merasakan cinta. Pernah dicintai dan mencintai tapi mungkin belum jodoh semua pun berlalu.

Di umur yang masih belia hana lolos menjadi PNS. Di umur 25 tahun hana lolos PNS tanpa sogok, karena pada saat itu masih ada berlaku sogok-menyogok untuk menjadi PNS. Dengan gaji CPNS hana membantu untuk menyekolahkan saudara yang bungsu. Tiga tahun kemudian hana bertemu dengan jodohnya. Dikaruniai satu orang putra dan dua orang putri. Sudah mendaftar haji bahkan saat berumur 39 tahun hana melanjutkan kuliah S.2. Perkuliahan dilakukan pas tamat 2 tahun. Saat berumur 41 tahun hanapun melanjutkan kuliah S.3. Begitu banyak keberuntungan yang diterima hana sehingga melupakan kepedihan yang pernah dirasakan hana. Buah keikhlasan membuat hana semakin tenang menjalani kehidupan. Biarlah tanda di wajah sebagai bukti bahwa tidak ada yang bisa mengelak dari takdir.

Hana teringat ayat yang menyatakan “fabiayyi alairabbikuma tukazziban” yang artinya “nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” begitu banyak nikmat yang diterima manusia. Jika bersyukur janji Allah itu pasti. Yaitu Allah akan menambahnya.

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

22 Jan
Balas

Salam, masih belajar pak...

22 Jan

Salam, masih belajar pak...

22 Jan

Salam, masih belajar pak...

22 Jan

Kisahnya menarik bun

22 Jan
Balas

Terima kasih bu, kisah nyata bu...

22 Jan



search

New Post