Ismiati Irzain

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerpen Peristiwa yang Mengubah Hidup

KEPERGIAN LANA

Ismiati Irzain

            “Minggu sekarang hutang ibu sudah 13 juta” hardik pak kodir terlihat kesal melihat lana yang terisak. “iya pak, jika jualan saya laku nanti saya angsur pak” jawab bu lana terbata-bata. “saya tidak mau tau” teriak pak kodir. “Jika bulan ini tidak ibu bayar maka saya akan melaporkan ibu kepada pihak kepolisian” tambah pak kodir tidak mau tau. “iya pak akan saya usahakan jawab bu lana.

            Sudah tiga bulan bu lana berjualan mengontrak di pinggir jalan. Dengan kondisi kontrakan yang hanya beratap seng dan dipagar dengan kardus-kardus bekas. Dengan meminta arus kepada tetangga di sebelah warung bu lana bisa jualan dengan cahaya listrik. Ibu lana memiliki 4 orang anak. Yang  besar ardi berumur 20 tahun sudah putus sekolah. Ardi hanya sekolah sampai kelas 2 SLTP karena tidak ada biaya ardi tidak bisa melanjutkan sekolah. Akibat pengaruh lingkungan tahun lalu ardi sempat juga menjalani kehidupan di lapas dengan kasus narkoba.

            Yang nomor dua rizki berumur 18 tahun. Sekarang sekolah dipesantren swasta. Yayasan yang bersedia memberikan bantuan khusus kepada siswa yang kurang mampu. Kehidupannya ditanggung para donatur. Donatur ada dari wali murid ada juga dari keluarga yang mampu. Sedangkan putri dan lala anak ke tiga dan keempat masih duduk dibangku kelas 4 SD. Putri anak ketiga lebih lambat masuk sekolah. Karena terkendala biaya. Sedangkan lala sibungsu lebih cepat masuk sekolah. Mereka sama-sama dikelas 4 SD.

             Kehidupan lana yang terjerat hutang, kepada tengkulak. Hutang yang dulunya hanya 5 juta sekarang sudah 13 juta karena beban bunganya yang terus berkembang. Ini tahun ketiga hutan-hutang lana macet. Belum lagi hutang di koperasi saat lana kehabisan modal. Lana meminjam 3 jutaan. Ini wajib dibayar tiap minggu. Karena jika tidak dibayar beban dimasyarakat lebih tinggi. Karena rata-rata masyarakat juga membutuhkan uang terutama saat idul fitri. Karena koperasi ini didirikan untuk meringankan beban saat idul fitri datang. Jadi ini yang lana utamakan terlebih dahulu.

            Hutang di bank sudah 12 jutaan. Hutang yang juga sudah menunggak tersebut dulunya adalah untuk modal dan mendirikan rumah kayu berukuran 7 x 7. Belum lagi hutang baju lebaran lana dan keluarga dengan 2 tukang kredit pakaian yang sudah berjalan 5 tahun. Salah satu tukang kreditnya pun sudah meninggal dunia. Dengan hutang berkisar 2 jutaan. Karena lana tidak bisa mengangsur setiap tahunnya tukang kredit tidak memintanya lagi. Entah karena kasihan entah karena sudah mengikhlaskan. Yang jelas saat tahun berikutnya lana dan keluarga mengutang sang tukang kredit masih mau mengutangkan untuk lana dan keluarga.

            Belum lagi hutang-hutang dengan saudara-saudara dan family. Bahkan lana merasa jika keluarganya merasa selalu dihina dan dipandang sebelah mata dikampungnya. Meski keluarga tidak meminta tapi lana sudah tidak berani lagi untuk meminjam uang. Bahkan untuk bercerita tentang kepedihannya lana pun tidak berani.

            Kalau ditotal sekitar 40 jutaan. Bagi orang mampu dan ekonomi yang lebih itu bukanlah hutang yang besar. Tapi bagi lana yang hanya tamatan SLTP dan suami yang hanya kerja serabutan dan penyakitan itu merupakan hutang yang sangat besar. Bahkan lana rasanya terkadang mulai malu berada si kampung. Begitu juga dengan suami. Suami lana hanya tamatan SD dengan perawakan yang gagah. Tapi karena kondisinya yang mengindap penyakit gondok beracun sang suami tidak bisa bekerja yang berat dan fisiknya pun mulai tidak normal. Mata menonjol keluar, tubuh tambah kurus dan sering sakit-sakitan. Penyakit tersebut terus menggerogoti karena sang suami tidak bisa menahan diri untuk tidak merokok. Menjadi perokok berat terkadang telah menempatkan lana sebagai pekerja sekaligus pencari nafkah.

            Hingga suatu ketika teman lana pulang dari rantau. Menceritakan bagaimana pekerjaannya diluar negeri. Meski bertemu keluarga jarang, tapi setidaknya dia bisa membuat kehidupan keluarganya lebih baik. Berhari-hari lana berfikir Panjang. Meminta pendapat sanak keluarga dan saudara. Apa yang seharusnya lana lakukan. Karena lana sudah tidak tahan lagi. Modal untuk jualan sudah berkali-kali dimodali saudara dan orang tua. Tapi karena tidak ada masukan lain berangsur-angsur modal pun habis.

            Makan dengan garam dan sayur pun sudah biasa bagi keluarga lana. Karena malu meminta kepada saudara. Belum lagi melihat dua orang anak gadis yang mulai tumbuh. Jangankan untuk membelikan pakaian untuk sehari-hari untuk membelikan pakaian sekolah yang layak pun lana tak sanggup. Baju yang sudah 2 tahun dan kusam pun masih dipakai. sudah dijahit ulang disana sini karena sudah rusak jahitannya. Sudah kesempitan terkadang karena tidak ada uang putri-putrinya masih memakai. Belum lagi tas dan sepatu yang sudah bertahun-tahun. Saat melihat putri-putrinya berangkat sekolah dengan kondisi kumal hati lana terasa pedih. Untuk belanja putri lana jualan kue buatannya disekolah.

            Malam itu lana mencurahkan isi hatinya kepada sang suami. Tentang keinginan untuk mencari pekerjaan ke luar negeri bersama teman. Malam itu sang suami hanya diam, karena dia pun menyadari kekurangannya karena tidak sanggup menafkahi istri dan keluarga. Hingga lana pun tertidur bersama harapannya. Seminggu kemudian lana membicarakan lagi bahkan meyakinkan suami jika dia sudah melakukan istiqarah dan tekadnya semakin kuat. Dengan perjanjian lana pulang setiap bulannya. Sementara keluarga ada yang mengizinkan. Ada juga yang melarang. Tapi lana sudah bertekad untuk merantau. Melunasi hutang-hutangnya. Mencari modal untuk menyekolahkan 2 orang putrinya.

            Lana tidak berani bermimpi banyak. Dia hanya berharap kelak putrinya bisa disekolahkan di pesantren. Meski biayanya lebih besar tapi lana ikhlas demi terangkatnya martabat keluarganya kelak. Karena sudah dapat izin lana pun segera mengurus paspor dan permitnya. Dengan menggunakan kedua dokumen tersebut lana bisa masuk keluar negeri dengan status sebagai pelancong. Namun sebetulnya sebagai pekerja. Sekali sebulan harus kembali ke Indonesia karena sebagai pelancong hanya boleh maksimal satu bulan. Dengan berat hati lana pun mencari pinjaman lagi kepada keluarga suami. Karena lana sudah malu untuk meminjam kepada keluarganya.

            Dengan sedikit ketus lana mendapatkan pinjaman dari kelurga suami. Meski sangat mengiris hati karena saat meminjam dia menyatakan untuk segera mengembalikan uangnya. Karena dia pun membutuhkan untuk modal usahanya. Padahal keluarga suami seorang pemilik toko bangunan 4 pintu yang terus berkembang. Biasanya suami lana menjadi kuli ditoko saudaranya. Karena sering membutuhkan uang untuk berobat dan membiayai keluarganya dia pun sering meminjam yang membuat saudara merasa tidak nyaman.

            Akhirnya lana pun berangkat dengan menahan air mata saat meninggalkan kampung halaman. Meninggalkan dua orang putri yang masih membutuhkan kasih sayang. Entah apa yang dirasakan oleh anak-anaknya kelak. Sepanjang perjalanan lana menangis sehingga metanya sembab. Untung teman lana terus berusaha menghibur karena dia juga merasakan hal yang sama untuk berangkat pertama kalinya. Karena menelpon harus menggunakan paket yang lebih besar ke luar negeri lana pun meminjam uang temannya untuk membeli hp yang bisa digunakan menelpon menggunakan jaringan.

Akhirnya lana pun bisa bekerja sebagai tukang masak disebuah rumah makan dinegara tetangga. Karena bolak balik uang gaji yang hanya 50 ringgit per hari habis untuk biaya operasional. Satu ringgit berkisar Rp.3.400 jika dirupiahkan. Jika ditotalkan satu bulan sekitar Rp. 4. 250.000. untuk biaya tempat tinggal, listrik, air dan transportasi sudah menghabiskan 2,5 jutaan. Uang tersisa bersih hanya sekitar 2 jutaan. Nahas bagi lana 4 bulan bekerja covid-19 melanda dunia. Lana tidak bisa keluar dari negara tetangga. Jika keluar dia harus di isolasi. Karena takut lana tetap bertahan berharap tetap dapat bekerja. Sementara tempat lana bekerja tidak bisa beroperasional secara normal. Otomatis uang simpanan lana pun makin menipis.

Selama satu bulan lana tidak dapat menghasilkan. Bulan berikutnya rumah makan tempat lana bekerja mulai beroperasinal dengan waktu yang dibatasi. Akhirnya gaji lana pun menurun drastis. Sementara lana sangat membutuhkan uang untuk melunasi hutang-hutangnya. Dalam kondisi tersebut lana pun mulai mendapat tekanan-tekanan dari pemilik rumah makan. Karena ada fitnah dari teman yang berasal dari negara lain terhadap pemilik rumah makan.

Janji-janji pemilik rumah makan pun tidak sesuai lagi dengan harapan lana. Diantaranya pemilik berjanji akan menaikan gaji perbulannya. Yang terjadi penurunan karena kondisi covid-19. Janji lainnya akan memberangkatkan lana untuk umroh nantinya. Tentang jam kerja yang awalnya 12 jam dari jam 05 pagi sampai jam 17.00 sore diperpanjang menjadi jam 18.00 bahkan pukul 19.00. hal ini membuat lana mulai Lelah. Terutama saat dia dimarahi karena terjadi keterlambatan ataupun karena rasa kesal pemilik rumah makan karena hasutan teman.

Lana yang sudah mulai terbiasa dan ikhlas sekarang mulai merasa Lelah. Kelelahan yang membuat lana kehilangan semangat bekerja. Jangankan untuk mengangsur hutang-hutang, untuk biaya hidup pun lana mulai kesulitan dirantau. Akhirnya dia bertekad untuk mencari informasi lain untuk bekerja.

Dari sebuah koran lana menemukan tenaga penyalur pekerjaan. Lana pun menghubunginya dan menceritakan maksudnya untuk mencari pekerjaan. Setelah ada perjanjian untuk menyalurkan lana ketempat yang sesui keinginannya lana pun dengan berat hati meminta izin kepada pemilik rumah makan dengan alasan ingin istirahat dulu untuk tidak bekerja.

Meski cemas bercampur aduk lana pun menemui penyalur. Sebelum lana mendapatkan pekerjaan dan diisolasinya disuatu tempat lana pun tes swep untuk meyakinkan sebagai pekerja. Alhamdulillah hasilnya negative. Sekitar satu minggu lana tinggal dipenginapan menunggu berita. Dengan harap cemas lana berdo’a supaya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Hingga akhirnya lana mendapat pekerjaan sebagai asisten rumah tangga.

Disini lana kembali memulai dari nol karir gajinya dengan catatan-catatan. Karena dia bekerja karena penyalur maka gajinya pun dipotong untuk 6 bulan kedepan untuk membayar jasa penyalur. Lana pun kembali melaksanakan tugaas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Rasa rindu yang semakin pekat sering membuat lana terisak sendiri. Rindu ibu yang sudah tua, rindu anak dan suami yang sudah lebih satu tahun lana tinggalkan. Keadaan ini membuat lana mulai kembali goyah. Saat mendengarkan nyanyi tentang kampung halaman lanapun berlinang.

Buah simalakama yang kian menyesak membuat lana kian hari kian mengurus. Saat keberangkatan dulu berat lan berkisar 60 kg. sekarang berat lana berkisar 50 kg. rambut-rambut lana pun banyak yang rontok. Gigi-gigi lana pun banyak yang goyah. Tapi lana masih kuat bekerja sudah hampir 2 tahun lana bekerja. Jarang bertemu keluarga membuat lana hanya semakin berserah kepada-Nya. Meski hutang-hutang mulai lunas tapi masih bersisa 15 jutaan.

Saat lebaran kemaren lana bahagia melihat foto-foto anak dan keluarganya menggunakan pakaian yang lana paketkan. Terlihat kegembiraan mereka. Meski mereka menyembunyikan kepedihan. Saat malam datang lanapun hanya bisa berserah diri kepada sang pemilik semesta. Kembali dia mencurahkan isi hatinya jika nanti hutang-hutangnya lunas, dan sudah memiliki modal untuk berusaha lana akan pulang. Semoga pandemik berakhir. Semoga lana bisa kembali bertemu keluarganya dalam keadaan sehat. Sering lana tertidur bersama kerinduan untuk kembali bertemu keluarga.

Kondisi terjerat hutang telah mengubah kehidupan lana dan keluarga. Berpisah, menahan rindu, bekerja keras dan semakin dekat dengan-Nya. Mengikhlaskan takdir merupakan hal yang mudah diucapkan secara teori. Tapi sungguh butuh proses Panjang untuk benar-benar bisa menjalaninya dengan tanpa beban. Tapi lana sadar meski dia tidak sempurna menjadi ibu tapi itulah ikhtiar yang bisa dilakukan untuk mengubah hidupnya. Bukankah masalah hutang piutang nantinya akan menjadi penghambat seseorang menemui Rabb-Nya. Biarlah semua kepedihan yang ditanggung lana menjadi bukti jika diapun ingin menyempurnakan ajaran agamanya. Untuk meninggal tanpa ada hutang-hutang. Semoga semua harapan lana terkabul. Aamin Yarabbal Alamin…

 

 

 

 

 

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post