Cerpen Bukan Sarjana Pengangguran
MUSLIMAH CENTRE
Ismiati Irzain
“39. Rahmi baladina, S.Pd.I, Program Studi Pendidikan Agama Islam, IPK 3,79” saat acara wisuda tempat dina kuliah mengadakan acara wisuda Angkatan ke. XXXI. Dina merupakan salah seorang wisudawati di sebuah perguruan tinggai di ibu kota propinsi. Dina adalah putri bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakak dina tidak kuliah karena keterbatasan biaya, akhirnya keduanya pergi merantau.
Karena kesungguhan dalam belajar akhirnya dina selalu mendapat beasiswa dan dapat menyelesaikan perkuliahan pas 8 semester. Dengan nilai yang membanggakan. Saat acara wisuda itupun hanya di hadiri ke.2 orang tua dina. Saat wisudapun dina menggunakan barang-barang pinjaman teman. Mulai dari jilbab kecuali sandal wisuda semuanya dipinjamkan teman. Karena kecerdasanan otaknya dina menjadi tempat bagi teman-teman ditempat kost untuk meminta tolong membantu untuk menyelesaikan yugas-tugas kuliah. Dengan senang hati biasanya dina membantu, sebagai imbalannya terkadang dina diberi sambal, dimasakkan air minum dan tidak jarang makan gratis tentunya.
Karena kebaikan dina sehingga banyak yang menyukai dina. Meski semua serba kebetulan tapi bagi dina semua yang diperolehnya merupakan nikmat yang tiada terhingga. Jilbab wisuda yang dipakai dina adalah jilbab baru berwarna putih yang penuh renda dan bordir yang dibeli kakak senior yang kuliah S.2 yang masih jalan semester 3. Karena dia belum ada kegiatan khusus untuk menggunakan jilbanya dia menawarkan dina untuk memakai jilbanya. Sedangkan baju wisuda yang dipakai dina merupakan baju borkat sulam emas berwarna ungu kombinasi pink milik kakak senior yang wisuda S.2 kebetulan membeli baju baru untuk wisuda sedangkan orangtuanya membawakan lagi baju wisuda dari kampung. Sempurnanya baju tersebut pas dengan tubuh dina yang berukuran sedang bahkan nyaris kurusan karena sering puasa senin dan kamis saat bekal sudah hampir habis tiap bulannya.
Dipagi hari wisuda semuanya sudah sibuk dengan pakaian baru dan mendatangkan tata rias untuk make up. Dina tidak punya rencana apapun selain menggunakan bedak seperti biasnya. Mungkin hanya menambahkan lipstick. Kebetulan teman satu kamar yang juga wisuda memiliki kakak yang hoby makeup. Kakak tersebut sudah tamat kuliah saat itu dia bekerja di supermarket dikota tempat dina kuliah. Sebagai orang yang terbiasa tampil dengan prima sang kakak memiliki peralatan make up yang lengkap. Sehingga dia juga menawarkan make up gratis bagi dina. Puji syukur meski tidak pakai bulu mata palsu karena menambah modal lagi dina pun wisuda dengan penampilan sempurna. Manis dan mempesona, tidak norak, bersahaja tapi elegan merupakan karakter dina yang menyukai gaya minimalis dan natural.
Saat wisuda teman-teman dina berfoto ke studio-studio dadakan yang bertebaran dihalaman auditorium. Dina hanya membeli film satu rol dengan kamera pinjaman. Foto yang diambil hanya saat-saat penting saja. Sehingga kenangannya pun tidak sebanyak teman-teman yang lain. Ditempat kos dina hari itu wisuda sebanyak 6 orang. 5 orang wisuda S.1 dan 1 orang wisuda S.2, semuanya membawa keluarga besar dari kampung. Saat foto-foto bersama dinapun diajak bergabung oleh teman-teman yang lain. Sehingga kenangan pun menjadi lengkap. Dilapangan auditorium pun banyak tersedia bunga-bunga buket untuk wisudawan dan wisudawati. Bagi teman-teman dina yang sudah ada teman dekatnya saat itu mendapat buket bunga dan tentunya ajang untuk perkenalan dengan calon mertua. Tapi bagi dina apapun yang ada pada dirinya merupakan karunia dan tidak ada rasa iri sedikitpun kepada teman-teman yang lebih darinya. Karena dari kecil dina sudah terbiasa hidup apa adanya dan tidak ada bentuk persaingan dari orang tua dina. Yang ada hanya rasa syukur dan Bahagia untuk setiap hal yang ditakdirkan bagi dina.
Saat acara wisuda selesai hari tersebut kedua orang tua dina pun pulang kampung. Meski keluarga teman-teman dina banyak yang menginap ditempat kost untuk keesokan harinya pergi berkeliling ibu kota propinsi mengunjungi tempat-tempat rekreasi. Tapi bagi keluarga dina semakin cepat pulang semakin baik, sehingga akan menghemat biaya. Sedangkan dina diberi waktu sampai akhir bulan untuk tetap ditempat kos, untuk meletakkan barang-barang sampai nanti mengangkat barang-barang pulang kampung. Atau tetap tinggal ditempat kost dengan mencari pekerjaan atau pindah ke tempat kost baru. Saat itu dina tidak punya rencana apapun untuk kelanjutan setelah diwisuda.
Meski dina sangat ingin untuk melanjutkan kuliah S.2 dan selanjutnya. Tapi keinginan itu dikubur rapat-rapat. Tamat S.1 saja sudah merupakan nikmat yang tiada terhingga. Yang ada tekat untuk bekerja. Bekerja apa saja yang penting bisa meringankan beban kedua orang tua, bisa mengamalkan ilmu yang sudah ada.
Setelah dua malam ditempat kost dina dikunjungi kakak kost yang sudah wisuda 2 tahun yang lalu. Karena masih ada silaturrahmi sang kakak berkunjung dan menawarkan untuk pindah ke perumahan tempat dia tinggal. “Eh kakak bati apa kabar?” sambil tersenyum dina menyongsong kedatangan kakak bati. Kakak bati merupakan aktifis sekaligus senior yang sudah wisuda sebelumnya. Dia memiliki teman dan pergaulan yang luas. Kakak bati mempunyai teman ayuk wardah berasal dari profinsi lain. Dina memanggilnya ayuk. Ayuk wardah merupakan senior dina ditempat kost dari provinsi lain, dia memiliki kemampuan Bahasa inggris yang sangat bagus. Sehingga diapun melanjutkan ke jenjang S.2. Meski belum diwisuda tapi ayuk wardah sudah mempunyai pekerjaan sampingan sebagai penyiar radio swasta di ibukota provinsi.
Karena kecerdasan dan keterampilannya ayuk wardah menjadi penyiar favorit radio swasta. Sebagai penyiar dibidang Muslimah ayuk wardah mendapat fans dari ibu-ibu muda diibukota. Sehingga pergaulan ayuk wardah menjadi luas, disaat ayuk wardah mendapat undangan untuk menghadiri acara-acara keluarga dan silaturrahmi ayuk wardah selalu mengajak dina untuk menemaninya. Dina yang sangat menyadari keterbatasan biayanya dengan senang hati menemani ayuk wardah. Selain mendapat pengalaman tentunya juga mendapat makan gratis.
Setelah bercerita banya ayuk wardah, kak bati dan dina akhirnya mereka sepakat untuk merintis usaha. Usaha tersebut dilatar belakangi oleh Muslimah yang juga membutuhkan fasilitas umum untuk menjadi sehat dan bisa berekspresi. Seperti berenang, salon, senam, sauna, manicure-pedicure dan lulur. Semuanya khusus untuk Muslimah, semuanya bisa dikembangkan sesuai kebutuhan.
Untuk merintis usaha tersebut bukanlah hal yang mudah. Apalagi di ibukota provinsi dengan kendisi persaingan bisnis, menyiapkan fasilitas yang lengkap tentu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Sedangkan bagi mereka yang tersedia tentunya modal otak dan keterampilan untuk bernegosiasi. Malam itu berakhir bersama mimpi dan cita-cita mereka yang terus tumbuh. Keesokan harinya kak bati menawarkan dina dan ayuk wardah untuk tinggal bersama keluarga besarnya ditempat lain. Dengan tujuan supaya rencana mereka kian berkembang.
Kak bati mempunyai teman nadrah, dina memanggilnya uni nad. Uni nad merupakan teman sekampung kak bati dari perguruan tinggi lain yang juga baru tamat kuliah. Akhirnya lahirlah ide untuk mendirikan “Muslimah Centre” dengan lambing kerennya “MC”. Untuk menyiasati fasilitas dan perkembangannya para sarjana harus memutar otak.
Otak-otak brilliant mereka menyempurnakan ide-ide yang terus berkembang. Kak bati yang memiliki pergaulan yang luas, menemui orang kampungnya yang sudah sukses diibu kota. Ibuk non nama beliau. Beliau memiliki toko pakaian grosir diibu kota yang terdiri dari beberapa pintu dan lebih dari satu. Dengan rezki yang ada beliau mampu memiliki rumah mewah dengan harga 2 milyar. Terletak di tempat yang strategis dengan fasilitas kolom renang pribadi yang cukup luasnya.
Melalui negosiasi akhirnya ibuk non bersedia menjadikan kolom renang beliau untuk menjadi ladang rezki dengan system bagi hasil 50:50. Untuk menjaga kolom renang mereka bergantian. Karena semuanya punya kegiatan yang tetap menunjang ilmu pengetahuan para sarjana muda. Ayuk wardah disamping kesibukan kuliah yang padat sore atau malam hari masih sempat untuk siaran radio. Kak bati memiliki kesibukan aktif disanggar budaya sekaligus sebagai penggiat literasi. Uni nad memiliki usaha bisnis dibidang pakaian Muslimah yang berkembang pesat. Dina sebagai penjaga kolom renang tetap setiap harinya. Sore harinya digantikan oleh ayuk wardah, kak bati atau ni nad sesuai kondisi. Karena sebagai sarjana Pendidikan Agama Islam dina mengajar di MDA.
Dalam waktu singkat dari usaha kolam renang khusus Muslimah mampu menghasilkan omset puluhan juta setiap bulannya. Karena kalangan menegah keatas yang ada di ibu kota sangat peduli dengan kesehatan dan nilai-nilai islami. Maka yang datang kesana adalah istri pejabat beserta anak-anak wanitanya. Pemilik toko emas, pakaian dan grosir, serta ibu-ibu pengajian rutin berenang di Muslimah Centre. Dalam waktu 6 bulan Muslimah Centre berkembang dengan mendirikan salon disampingnya. Melihat peluang yang semakin besar setelah bernegosiasi, ibu non memfasilitasi untuk membangun ruko disamping rumahnya. Untuk kegiatan salon.
Karena satu-satunya fasilitas umum yang berbasis Muslimah. Usaha ini berkembang pesat. Ayuk wardah sebagai penyiar favorit mempromosikan di radio. Uni nad yang selalu perfect masalah kecantikan mempelajari kebutuhan salon. Seperti perlengkapan sauna, peralatan untuk creambath, lulur, manycure, pedicure. Dan peralatan kesehatan timbangan, centimeter untuk mengukur perkembangan kondisi peserta senam. Bisnis ini terus berkembang dengan memfasilitasi jahit baju Muslimah. Dan tersedianya butik baju-baju Muslimah. Untuk pekerjanya ni nad memiliki relasi wanita yang ahli salon, ahli menjahit dan ahli pelatih senam. Senam aerobic dan BL yang sangat bagus bagi ibu-ibu dan remaja putri untuk membentuk tubuh yang ideal.
Dina sangat bersyukur mengenal teman-teman yang penuh ide-ide kreatif. Mendapat pengalaman yang luar biasa. Sebagai penjaga kolom renang dan pengontrol peserta senam banyak sekali suka dukanya. Harus standby menyambut peserta renang. Harus bisa berkomunikasi dengan baik, harus ramah dengan pengunjung yang memesan makanan. Karena bekerja sama dengan asisten rumah tangga buk non untuk menyediakan makanan. Mengukur lingkar lengan, lingkar paha dan lingkar dada peserta senam setiap bulannya. Untuk mengetahui perkembangan dari kegiatan senam. Menagih uang senam boleh bulanan, mingguan bahkan boleh perdatang pembayarannya.
Termasuk harus terampil menjaga balita saat ibunya mengikuti senam. Dina sebagai pembelajar sejati memanfaatkan semua untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang ideal. Sebagai penjaga kolam renang saat lengang dina juga belajar berenang. Saat senam dinapun mengikutinya dengan serius. Saat tidak menjaga kolam renang dinapun mempelajari prinsip-prinsip salon. Sehingga sauna, manicure, pedicure, lulur dan crimbath dina pun memiliki ilmu. Disaat-saat ada waktu dina pun memanjakan diri di salon. Karena bagi karyawan seluruh fasilitas salon menjadi gratis.
Banyak ilmu dan banyak pengalamn yang diperoleh dina. Salah satunya adalah peserta senam yang biasanya 3 kali setiap minggunya. Senam biasanya jam 08.00 pagi sampai jam 09.00 pagi. Setelah senam mereka melakukan sholat duha. Pesertanya ada dari mahasiswa, pejabat pemerintah di kantor-kantor terdekat, istri-istri pejabat sampai pemilik usaha di ibukota. Setelah mengganti pakaian dan memebersihkan diri mereka rata-rata melaksanakan sholat duha baru kembali melaksanakan aktifitas mereka.
Salah satu ujian dina adalah ujian kejujuran. Sebagai penjaga kolom renang dan mengih uang renang dan peserta senam, banyak sekali kesempatan bagi dina untuk melakukan kecurangan. Karena semuanya bersifat manual, tidak ada control yang kuat. Kesempatan besar bagi dina untuk merekayasa laporan keuangan kepada ibu non. Karena setiap hari di setorkan kepada beliau. Tapi dina sedikitpun tidak mencobanya karena bagi dina kejujuran diatas segala-galanya, meski kesempatan itu ada. Sehingga banyak berkah bagi dina sekalipun dia sebagai penjaga kolom renang. Saat itu dina bisa berenang tanpa ada yang mengajarkan. Bisa senam sehingga membentuk jiwa dan pribadi yang bermental sehat. Bisa memiliki ilmu tentang salon sehingga sangat peduli dengan kecantikan, kebersihan dan kerapian.
Semua itu menjadi bekal bagi dina yang terus bersungguh-sungguh dan belajar sebagai bekal dalam menjalani kehidupan. Sebagai sarjana tidak ada alasan untuk menganggur apapun yang diusahakan oleh sarjana harus memiliki nilai lebih karena memiliki wawasan yang juga lebih dari yang tidak menjadi sarjana. Sarjana sesuai fungsinya harus menjadi “agent of change” dimanapun berada. Harus bisa merobah lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa menuju nilai-nilai idel dalam kehidupan.
Ismiati Irzain, lahir di kabupaten Sijunjung 28 oktober 1979, sumatera barat. Sijunjung terkenal dengan julukan kota “lansek manih”. Berangkat dari hobi suka membaca, menulis buku diary, mendengar music dan traveling juga mempelajari hal-hal yang baru. Wanita ini selalu bersemangat untuk terus belajar, termasuk dibidang menulis. Meski sudah berusia 41 tahun penulis juga terus berusaha mencoba dan berbenah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Tetap semangat. Tetap dan terus menulis. Salam literasi
Terma kasih pak dede sukses selalu
Salam kenal dan semangat berliterasi. Izin follow
Salam kenal bu ida terima kasih bu
Keren...Tapi ada sedikit koreksi ya .1. Utk nama tokoh "Dina" hendaknya ditulis " Dina"2. Untuk kata "di hadiri" hendaknya disambung jadi "dihadiri".Semoga bermanfaatSemangat menulis
Salam kenal bu muslihah terima kasih koreksinya salam sukses selalu