BELAJAR DARI NARSUM ANDAL
Sudah lama tak menulis buku harian. Lidahku kelu. Tuts-tuts komputer tampak enggan marajut isi batok kepalaku. Kupaksakan juga tuk menumpahkan segala rasa yang kupendam selama ini. Mungkin, jika tampak dari luar, isi batok kepalaku sudah membentuk bisul karena banyaknya hal yang harus kutumpahkan tapi terpendam saja.
Semburan ide yang kembang kempis kuharap masih bersisa. Kan kuperjuangkan sekuat tenaga untuk dapat menata dan merilis seperti masa yang sudah-sudah. Masa di mana ideku bisa mengalir deras. Masa di mana aku bersahabat dengan komputer meski harus menahan lapar berkepanjangan.
Aku ingat saat masih “agak” gila kerja. Mengerjakan tugas hingga larut malam bahkan hingga dini hari atau bahkan pagi pernah kulakoni. Aku enjoy saja melakoninya. Tak pernah berkoar-koar inilah… itulahh… yang telah kukerjakan. Semuanya kekerjakan dengan ikhlas. Mungkin ini yang dimaksud oleh ustadz agar kita dapat bekerja dengan cerdas, ikhlas, dan tuntas.
Kini aku harus refleksi diri. Dosa apa yang telah kuperbuat hingga lidahku kelu dan kaku. Penaku tumpul. Bicaraku tak sefasih dulu. Ataukah ini faktor usiaku? Ah rasanya tidak. Usiaku belum terlalu tua untuk berkarya. Meski sudah berkepala lima rasanya belum terlalu uzur untuk berkarya.
Aku merasa tersinggung oleh tamparan kata dari seorang narasumber yang memperkenalkan dirinya berasal dari Ponoroga. Dengan piawai beliau bergaya di hadapan audiens berjumlah lebih dari 500 orang. Bila kulihat perawakannya tidak tinggi semampai dan juga tidak berbadan kekar. Dari body, tampaknya kurang bernilai jual. Wajah, tampaknya juga sangat biasa. Penampilan dan sandang yang digunakan tampak bersahaja. Tapi, begitu beliau angkat bicara, woowwww orang seanteero ruangan terbius oleh suaranya yang menggaung dan menggantung di setiap sudut ruangan. Ruangan yang amat luas itu tampak senyap. Semua pasang mata tertuju padanya. Kulirik sebelah kiri kananku. Tak ada yang bicara. Semua terbius, terhipnotis oleh gayanya yang bersahaja.
Aku geregetan. Postur tubuh tak seberapa besar. Juga tak seberepa tinggi. Tapiiii… wowwww pengaruh suaranya…. Bisa membius seisi ruangan. Aku tak berkedip mengikuti arah geraknya. Ke manapun dia bergerak kuikuti dengan pandang mata.
Anganku melayang. Akankah aku bisa seperti dirinya? Menjadi pembicara yang handal? Saya pikir, semua orang akan bisa. Tergantung kadar usahanya. Bukankah Allah telah berjanji bahwa yang akan didapatkan hamba-Nya sesuai amal usahanya?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pak Sutejo. Wow
Loh besok kita ada TOT di Bandungan Cling besok bisa jadi motivator andal..
Aamiin3. Ya Bu. Smg diberi kemudahan dan keberkahan.
Sipp...bisa juga
Aamiin3
Hemmm..bu Is jga sdh handal lho kalo sdh manggung..hihii
Aamiin3. Baru belajar Bu.
Insyaa Allah Ibu pasti bisa. Sukses selalu Ibu. Baarakallah.
Mas Sutejo
Yes. Mas Sutejo
Mas Sutejo
Mas Sutejo