Urusan pengiriman barang? Semula bukan makanan sehari-hari karena diri ini jauh dari dunia pengiriman. Maksudnya jika harus mengirim sesuatu tinggal pasrahkan pada sang misua. Eh, tapi kehidupanku zaman now agak berubah. Beberapa hari ini terlibat dengan dunia kirim-mengirim.

Ada rasa galau saat memasuki dunia baru. Maksudnya, dunia kirim mengirim. Ada rasa sungkan jika ongkos kirim lumayan mahal. Namun, terpaksa harus dilaksanakan serta disampaikan terus terang. Bukankah, “Jangan ada dusta di antara kita?” Waduh, itu mah sebuah nyanyian. Namun, jika dirasakan ada benarnya. Jangan ada dusta di antara kita.

Dulunya, diri ini hanya mengenal kantor pos utuk urusan jasa pengiriman. Lama-lama keal Ti Ki (titipan kilat). Terus ada DHL, Herona, dan yang lainnya. Ada juga J & T Express. Dan yang terakhir ini menjadi labuhan diri ini dalam pengiriman barang. Senang rasanya saat kirim ke Medan Kamis sore eh, Sabtu sudah ada kabar barang telah sampai. Alhamdulillah cukup lancar dan GPL (gak pakai lama).

Namun, ke Medan dan Purbalingga ternyata sampai di TKP lebih duluan Medan. Bahkan, ada yang jaraknya dekat namun tak sampai-sampai. Usut punya usut, ternyata barang telah sampai tetapi yang menerima tetangga. Maklum, keluarga ‘zaman now’ rumah sering kosong. Ini sindirian buat diriku sendiri lho. Bahkan, tak jarang di suatu tempat asyik dengan dunianya masing-masing. Betullah jika dikatakan bahwa gadget itu dapat menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.

Akankah kita termasuk generasi ‘zaman now’ yang demikian? Wallahu a’lam.