#tagur365_103

Dalam Sepiku

Kerinduan yang kini kurasakan, seakan memenjarakan dalam lautan sesak yang mendera. Menggetarkan simpul-simpul yang terberai sejak pertemuan itu.

Pertemuan yang menjanjikan sejuta simponi layaknya sebuah orkestra yang menyajikan melodi terindah. Hingga membuatku melayang terbang hingga ke angkasa. Lalu duduk menunggu seranting bunga bukan sekuntum. Namun, hal itu tiada mengapa, karena hadirmu lebih bermakna bila disandingkan dengan hanya sekuntum bunga.

Kala itu mimpi berangsur menghilang, dan kelopak mulai menatap semesta, simponi itu masih menggema hingga kini. Ketika raga terpasung rindu, bayangmu tiada pernah menghilang. Kau tetap menjadi bintang diantara jutaan bintang yang menyinari jagat raya.

Dalam sepiku, engkaulah pemetik dawai kerinduan itu. Yang senantiasa menggetarkan dinding hati, hingga resonansinya kian mendebarkan kalbu, dan aku menikmatinya dalam suka meskipun raga tiada bersua.

Dalam sepiku kupahatkan namamu dalam sebuah prasasti, bukan sebagai persahabatan, namun lebih dari itu. Hingga kelak jika waktu tiada memungkinkan kita untuk bertemu, engkau dapat menjumpainya sebuah kisah yang pernah tertulis di sini. Dalam prasasti hati.

Dalam sepiku, engkaulah cahayaku yang menjadi penerang gulita. Meski pijarnya tiada untukku saja, aku rela menunggumu.

Dalam sepiku, kunaikkan doa. Meskipun rindu ini laksana api lentera yang senantiasa membakar semangat untuk segera berjumpa. Melarungkan segala gundah yang pernah ada.

Purwodadi, 6 April 2022