ISNA AINA HIDAYANTI

Guru ndeso yang berasal dari ndeso yang bangga dengan ndesonya, bercita-cita dadi guru yang bermanfaat buat sesama. Dinantikan kehadirannya, diharapkan keb...

Selengkapnya
Navigasi Web

Latus vs Si Enta

#tagur365_94

#catatan_naina46

Latus Hari Pertama dan Si Enta

Hari ini merupakan hari pertama latihan ujian sekolah. Agenda berangkat pagi sudah direncanakan sejak semalam. Namun, ya begitulah, tetap saja berangkat jam 06.45 dari rumah. Takut sampai sekolah terlambat, Abang Ojob aku pinta untuk ngebut. Rasanya dah gak karuan, masak panitia datang terlambat sampai sekolah. Itu yang ada dalam pikiranku saat berada di atas kuda besi tersebut.

Tepat pukul tujuh aku tiba di sekolah. Kupacu langkah ini dan segera bergegas menuju ruang sekretariat. Dengan napas tersengal-sengal aku langsung menyalami KS yang sudah duduk di meja depan. Aku taruh tas dan segera mengatur napas. Keberuntungan masih perpihak kepadaku, microphone yang sudah disiapkan sejak Sabtu kemarin tiba-tiba ngadat, ga ada bunyinya. Sehingga Pak Tutut harus mengambil dari ruang guru. Ya Allah, aku terselamatkan atas kondisi tersebut. Entahlah, aku harus bahagia di atas penderitaan orang lain.

Setelah wireless on dan microphone ready, aku langsung membuka agenda pembinaan pra pengawasan latus ini. Lega rasanya bisa menguasai keadaan yang sebenarnya sedang tidak baik-baik saja karena aku datang di saat yang nyaris terlambat.

Setelah usai pembinaan KS, aku tambahkan juga beberapa info tambahan yang berkenaan dengan kegiatan LATUS ini. Begitu waktu sudah menunjukkan pukul 07.15, aku meminta pengawas untuk segera masuk ke ruang kelas sesuai dengan jadwal. Plong, satu sesi terlewatkan dengan aman.

****

Tiga mapel hari ini berjalan tanpa kendala yang berarti. Kendala kecil tetaplah terjadi. Laporan tentang anak yang membawa contekan hingga membuka Wikipedia menjadi pembahasan. Padahal sudah diumumkan sebelumnya untuk tidak membawa alat tersebut.

Pukul 12.30 semua peserta latihan ujian pun sudah meninggalkan ruangan. Tinggal kami, panitia pelaksana yang masih berkutat dengan rutinitas sebagai panitia. Membereskan pernak-pernik kegiatan hari pertama hingga lepek snack dan gelas tempat minuman. Oh ya, sehari tadi sudah pecah dua gelas, hingga ada yang bilang, "Lah, baru sehari dah pecah dua gelas, biar nanti diganti sama ketua panitia. Haha ...."

Aku pun tersenyum dengan candaan teman tersebut.

Usai berbenah, aku dan panitia yang lainnya segera beranjak menuju ruang guru. Karena ada janji, maka aku pun pamit dengan Bu Harnikah.

"Bu, njenengan pulang aja dulu, saya masih ada agenda. Nunggu orangtuanya Bagas. Nunutnya besok saja, ya," kataku pada Bu Harnikah.

"Serius?"

"Hum."

"Aku besok gak ngawasin, lho."

"Yah, ga bisa bareng dong," jawabku agak kecewa.

"Udah, besok bareng aku, Bu," sahut Bu Farida sambil nepuk pundak ini. Aku pun mengangguk mengiyakan.

Satu persatu teman-teman menuju tempat parkir. Aku juga mau ke Musala sambil menunggu teman. Pikirku mau salat dulu biar ga kemrungsung.

Kulihat Bu Tata masih berkutat dengan komputer ketika aku mau keluar.

"Bu Tata masih lama?" tanyaku sambil mengambil helm dari atas lemari.

"Sebentar lagi, ni tinggal sedikit," jawabnya.

"Nanti kalau ada orang tuanya Bagas ke sini, katakan aku di Musala, ya."

"Oke."

Aku segera keluar sambil menenteng helm dan menggendong tas di pundak.

Baru mau turun dari teras, tampak Bagas dan ibunya datang. Aku pinta mereka berdua untuk duduk. Lalu kami ngobrol tentang pelanggaran yang dilakukan Bagas. Masih ada waktu seperempat jam lagi menuju jam satu. Setelah Bagas dan ibunya pamit, aku segera ke Musala.

Di dalam Musala ada Bu Peni. Aku langsung ambil wudu dan segera hanyut dalam doa. Usai salat, aku lihat ada panggilan tak terjawab.

"Pulang bareng siapa Bu? Kalau tidak ada nanti bareng aku saja," tanya Bu Peni sambil melipat mukena.

"Aku bareng temen, Bu."

"Teman ...?"

"Iya, teman guru SD."

"Guru daerah sini? SD mana, Bu?" tanyanya lagi.

"Iya."

"Oh, sudah datang orangnya?"

"Iya, di luar sekolah."

Kami pun keluar bersama. Aku memakai sepatu, Bu Peni menaiki sepeda motornya. Bu Tata keluar dari gerbang kedua, melambatkan laju sepeda motornya.

"Bu Isna sama siapa, apakah sama Bu Peni?" tanyanya.

Bu Peni mau menjawab tidak, tetapi aku menjawab iya.

Aku segera menuju keluar untuk segera pulang. Di depan gerbang sudah menunggu Si Enta.

***

Purwodadi, 28 Maret 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillaah, keren tulisannya, sehat bersama keluarga, sukses bu Isna Aina

28 Mar
Balas



search

New Post