#tagur365_101

#catatan_naina51

Meski Tenggelam di Sini, Dia Masih Memberi Sinar Di Bagian Bumi Lainnya

Terlalu lirih engkau membisikkan sebuah kata yang sulit untuk dicerna saat ini. Mungkin aku yang terlalu bebal hingga tiada mampu mengartikan apa yang tersirat bukan yang tersurat. Sudah kucoba untuk mengeja untaian diksi yang keluar dari bibirmu, sayang, aku masih saja terlalu jauh untuk memahaminya.

Hati yang tak peka dengan semua geliat yang telah terjadi. Ketika mereka menata diri untuk menyambut malam, sementara aku masih berkutat dengan pagi menjelang siang. Aku terlalu sibuk dengan pilihan yang kau tawarkan, hingga aku melupa jika hari tak selamanya terang, jika hari tak selalu siang. Di balik itu menunggu malam yang akan datang duduk di atas singgasananya.

Ketika yang lain telah berada dibawah kilauan lampu beraneka warna sambil tersenyum. Aku baru saja usai dengan menutup buku, lalu beranjak untuk menyambut rembulan. Aku tahu, ketika cahaya mentari berada di sisi lainnya, Engkau hadirkan rembulan yang lembut menerangi gelapku. Ketika kaki menapaki jalan berbalut kabut, aku masih punya Dia, ketika mereka padamkan lentera dalam hidupku.

Aku harus melangkah, meski tiada pelita dalam jalanku. Ada bintang meski jauh hingga lumens-nya hanyalah sebatas menerangi inginku. Kau jangan pernah ragu, meski kini hanya embusan sang bayu menemani langkahku, aku tak akan jatuh ataupun menggigil kedinginan. Karena aku masih punya Dia. Dia yang selalu ada dan memberi yang terbaik untukku.

Jangan ada air mata yang tertumpah. Jangan ada kesedihan yang terpancar dari netramu. Jangan pernah kau ragu, karena aku baik-baik saja. Meski kau tahu aku terlihat rimpuh, tetapi yakinlah bahwa bumi masih bisa terus berputar selama dalam kehendak-Nya. Yakinlah bahwa mentari hanya tenggelam di sini, tetapi dia masih bersinar di bagian bumi lainnya.

Purwodadi, 4 Maret 2022