Isna Indriati

Isna Indriati, ingin terus belajar menulis agar bisa tinggalkan sedikit kenangan bagi yang tak mengenalnya....

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku dan masa kecilku

Aku dan masa kecilku

Inilah aku.

Seorang perempuan yang lahir dan besar di desa. Masa kecil hingga remaja aku habiskan di kota kelahiranku, Trenggalek. Namun, rumah orang tuaku di desa. Rumah besar yang dibangun semasa kakekku masih hidup dikelilingi oleh pekarangan yang penuh pohon pisang dan kelapa. Sawah terbentang luas di seberang pekarangan depan rumah.

Sebelah kanan pekarangan adalah makam umum untuk dua desa. Agak merinding jika melintas jalan setapak di sana. Pohon asem yang menjulang dan rindang menambah suasana semakin dingin. Aku suka memungut buahnya yang jatuh. Bisa untuk bumbu masak sayur asem. Kadang aku ikut berlarian jika ada iring-iringan pemakaman. Aku suka ikut berebut memungut uang receh yang disebar bersama beras kuning dan bunga rampai. Biasanya warga memilih bunga kenanga, mawar, dan daun pandan wangi. Beberapa koin seratus, lima puluh, dan dua puluh lima biasa cukup untuk uang sakuku beberapa hari. Lumayan. Dua puluh lima rupiah cukup untuk beli opak sambel. Lima opak kali dengan sambel kacang yang dicampur tape singkong.

Malam kadang menjadi waktu yang tepat untuk bercanda bersama teman-teman meski sebentar. Jumpritan dan betengan menjadi pilihan. Biasanya sebentar saja sehabis magrib hingga menjelang isya. Dua pohon kelapa tinggi di samping masjid menjadi pusatnya. Kebun tebu yang luas, kira-kira 200 meter dari masjid menambah suasana temaram menjadi semakin mencekam. Lampu jalan yang kecil hanya mampu membuat halaman remang-remang. Jika purnama menyembul di langit seberang masjid, pasti permainan tambah seru. Bisa jadi kami lanjut hingga malam. Bila langit terang aku dan teman-teman biasa duduk berbaris mendongak memandangi langit. Kami berlomba mencari rasi bintang. Biduk dan Gubug penceng yang paling mudah kutemukan. Bintangku Gemini, tapi sulit sekali menemukannya. Apa bintangmu? Coba cari sendiri.

Kotaku terkenal dengan alen-alen, sale pisang, dan tempe kripik. Tetapi, gaplek, tiwul dan gatot menjadi makanan khas kami warga desa. Tiwul hangat cukup dimakan bersama kelapa parut dan garam sedikit. Diaduk kemudian dikepal-kepal sebentar biar mudah memegangnya. Itu salah satu menu sarapan yang luar biasa. Malah simbahku, ibu dari bapakku suka sekali masak ampok. Sayur bobor bayam atau kangkung tambah teri tusuk bumbu kuning adalah paduan mantap pendamping nasi jagung ini.

Aku juga seperti anak desa kebanyakan. Meski bapak ibuku guru, mereka juga petani. Mereka menggarap sawah kakekku. Kadang mereka juga menyewa beberapa petak untuk tambahan. Aku suka berlarian di pematang sawah, lalu nyemplung ikut para ibu menanam padi. Sering kami diusir setelah selesai belajar menanam benih padi. Aku pun biasa ikut menaburkan benih kacang atau jagung jika musim palawija. Jalan membungkuk sambil meletakkan tiga butir benih jagung atau lima sampai tujuh bulir kacang ijo atau kedelai. Menimba air dari sumur dengan bambu panjang, kami menyebutnya genter, untuk menyiram tanaman pun bisa kulakukan. Ya, aku kuat. Setelah bapak punya pompa air, tugas kami lebih ringan.

Aku punya cita-cita tinggi. Aku ingin jadi dokter. Kalau ga bisa ya jadi perawat. Profesi yang kudambakan. Keinginan ini muncul bukan karena aku melihat bibiku yang menjadi bidan desa. Aku suka melihat baju yang putih bersih. Apalagi dengan penutup kepala yang unik yang sering dipakai perawat di rumah sakit. Lucu, tapi apik. Aku juga pernah memakainya waktu karnaval TK. Melihat bapak ibuku, kadang aku ingin jadi guru. Sering juga aku tertarik ingin berprofesi seperti pamanku, polisi dan tentara.

Teman-temanku mungkin juga punya cita-cita. Tapi, aku tak pernah menanyakannya. Tak pernah juga membahasnya. Meski kami sering main masak-masakan, pasar-pasaran, dan dokter-dokteran, untuk masa depan sepertinya tak pernah terpikirkan lebih jauh.

*catatan kecil untuk anak-anakku* P.Bun/23072017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Catatan yang inspiratif. Kereeen

23 Jul
Balas

Cita-cita. Pencetus semangat ya Bu.

23 Jul
Balas

Kenangan manis yang menginspirasi. Sip...

23 Jul
Balas



search

New Post