Ada yang pernah mambuat uang mainan dari daun pisang? Itu saya lakukan di awal masuk SD.

Daun pisang termasuk dedaunan yang masih dicari banyak orang. Daun ini masih menempati posisi teratas. Ibu-ibu dan pengelola warung, rumah makan atau pengusaha katering dan jajanan lah yang menjadi konsumen utama. Sementara pohon pisang yang ada pun semakin berkurang saat ini.

Namun sekarang ada plastik pembungkus warna hijau daun sebagai pengganti pembalut semar memdem. Memang plastik ini tidak langsung digunakan untuk membungkus ketannya, tapi cukup untuk balutan luar setelah daun piaang. Degan adanya daun plastik ini memang mengurangi konsumsi daun alami. Namun, efek yang ditimbulkan adalah bertambahnya sampah plaatik. Akibat ini yang aelalu diabaikan oleh banyak orang.

Sebagian besar ibu-ibi yang saya temui di pasar selalu tersenyum jika melihat saya mwngeluarkan kantong plastik untuk tempat sayur atau ikan. Senyum itu kadang berubah menjadi cibiran jika saya mengeluarkan tas lainnya yang lebih besar. Kadang sama tas plastik juga tapi yang lebih kuat, kadang tas kain. Ada yang sengaja saya jahit sendiri dan saya beri hiasan, ada yang bekas saya seminar. Saya bangga membawa tas-tas itu. Namun ada juga dari beberapa pedagang itu yang senang. Mereka memyebut kita pembeli yang baik.

Dua pesan dari bahasan tentang daun pisang dan plastik ini adalah:

Satu hal yang harus diingat adalah jangan bosan untuk yang sudah kita mulai.