Seuntai kalimat dalam judul kolom ini mungkin bisa mewakili kegalauan teman-teman di gurusiana. Aku juga lho. Jika gambar bisa memberikan kekuatan persuasif pada suatu tulisan, dan suatu saat itu tak diijinkan, maka berpikirlah keras merangkai judul yang indah dan menarik.

Kadang kita tak bisa menilai isi buku hanya dari sampulnya. Apalagi jika buku itu tersegel dan kita tak bisa mengintip sedikit ke dalam. Narasi yang disajikan di sampul pun tak jarang mengecoh pembaca. Bahasa yang tinggi dan cukup sulit dipahami bisa juga membuat minat pembaca sedikit menciut untuk mengambil keputusan.

Akan tetapi semua ada hikmahnya. Jika kita menemukan buku yang kurang sesuai dengan narasi sampulnya, itu menjadi berkah. Kita bisa menuliskan gagasan tambahan yang mendukung isi buku tersebut. Bukankah resensi juga menjadi salah satunya?

Dan jika kita menemukan isi yang begitu mempesona hanya karena judulnya yang memikat, bukan gambar atau ilustrasi sampulnya, itu merupakan berkah yang luar biasa. Kita mendapatkan ilmu yang benar-benar kita inginkan.

Pada akhirnya keduanya sama. Kita tak pernah salah pilih. Apa yang kita ambil, kita baca, kita temukan kelebihan & kekurangannya, lalu kita aplikasikan dalam perjalanan hidup kita.

Kita tak salah pilih tergabung dalam gurusiana, meski beberapa bulan saya hanya menjadi penikmat setianya, alias tak produktif.