GRATIS vs. BAYAR
Pernah ditunjuk untuk mengikuti pelatihan? Tentunya banyak di antara kita ada yang punya pengalaman tersebut. Saya akan bersedia berangkat jika itu perintah yang mewajibkan saya berangkat. Saya pasti senang jika disiapkan akomodasinya. Namun,kesempatan seperti itu baru satu kali saya dapatkan. Itupun tidak linier dengan mapel yang saya ampu. Dengan bekal berpikir positif dikarenakan tugas, dan ilmu serta pengalaman yang bermanfaat, maka saya mantapkan hati untuk berangkat.
Namun, tahun-tahun berikutnya tetap nihil kegiatan, terutama untuk meningkatkan kemampuan saya. Dulu istilah profesionalisme belum booming seperti sekarang. Kegiatan-kegiatan workshop dan pelatihan juga tidak sevariatif sekarang. Banyak guru yang enggan mengikuti kegiatan seperti itu jika tidak ada undangan atau tugas dari atasan. Pemahaman tentang pentingnya kehadiran dan keikutsertaan dalam forum-forum seperti itu masih sangat rendah. Dukungan dari atasan dan teman sejawat pun sangat kurang.
Itulah secuil pengalaman saya di beberapa tahun awal bergabung dengan suatu madrasah di Palangka Raya. Beragam pertanyaan muncul dalam pikiran saya. Apakah sesulit ini usaha untuk maju di wilayah luar Jawa? Apakah saya harus selalu meminta informasi terbaru dari teman-teman alumni kuliah? Sementara itu, saya sudah banyak kehilangan kontak dengan mereka.
Beruntunglah saya, di akhir tahun kelima saya bekerja sebagai guru, saya mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan. Saya girang bukan main karena GRATIS. Semenjak itu saya selalu menuntut diri saya untuk mengupgrade pengetahuan saya. Namun, segala upaya yang saya tempuh harus BERBAYAR alias biaya sendiri. Akhirnya saya menyimpilkan bahwa jika saya tidak mau berkorban saya akan ketinggalan. Oleh karena itu, saya selalu berusaha mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan untuk peningkatan profesional sebagai guru. Saya pun berprinsip “sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui”. Dalam setiap kesempatan saya bisa mengikuti workshop, saya harus mendapatkan manfaat lain yaitu bahan tabungan angka kredit.
Keikutsertaan saya dalam Kelas Menulis Media Guru adalah salah satunya. Ceritanya, jika saya tidak masuk peserta cadangan yang selanjutnya mendapat pemberitahuan dari mbak Yuli Rachmawati, mungkin saya hanya mengenal para suhu MG ini lewat FB Media Guru dan Gurusiana. Keberkahan luar biasa yang saya dapatkan dalam kegiatan MWC Batch 2 tersebut. Saya berjuang untuk menyelesaikan satu ide saya agar bisa ikut program 1708. Keberangkatan yang diniatkan untuk belajar, dan tetap saya kejar meski berbayar, ternyata mendapatkan penggantian akomodasi dari penyelenggara.
Meskipun demikian, ternyata pengalaman seperti ini belum bisa menarik minat teman-teman dalam MGMP saya. MGMP Bahasa Inggris MTs sekota Palangka Raya ini pun saya bentuk bersama teman-teman saya dengan penuh perjuangan. Organisasi ini pun tidak berdiri dengan gratis. Awal pendiriannya karena saya merasa perlu ada kesempatan dan teman untuk berbagi pengalaman. Selama saya mengikuti berbagai workshop tingkat nasional dan internasional, peserta dan pemateri paralel yang hadir sebagian besar adalah dosen perguruan tinggi.
Setelah MGMP MTs sekota Palangka Raya terbentuk, saya mengajak teman-teman untuk kerja secara marathon. Dari 24 orang yang terdaftar sebagai anggota, 8 sampai 11 orang yang aktif hadir dan ikut bekerja sama merumuskan dan menjalankan program kerja. Dalam waktu hampir dua tahun kerja, berikut ini beberapa hasil yang kami banggakan untuk suatu organisasi yang baru berdiri.
1. Perangkat pembelajaran yang seragam untuk seluruh MTs.
Namun, perangkat yang lengkap baru untuk kelas 7 dan 8, karena mayoritas madrasah sudah menerapkan Kurikulum 2013. Sementara untuk kelas 9 kami membedah SKL dan mempersiapkan materi review karena ada beberapa madrasah yang masih menggunakan KTSP.
2. Soal Ulangan Umum bersama.
Soal ulangan yang sudah siap digunakan untuk seluruh MTs ini sebelumnya dikonsutasikan ke KKM. Meski hasilnya kurang memuaskan karena banyak kepala madrasah yang menolak menggunakan soal tersebut, kami dari beberapa madrasah yang hadir aktif tetap sepakat untuk menggunakan soal tersebut.
3. Buku kerja siswa untuk semester 2.
Buku kerja yang berhasil diselesaikan hanya untuk kelas 7 dan 8. Materi dalam buku ini disusun oleh tim MGMP, yang sebelumnya telah melaksanakan pemetaan materi. Dalam pemetaan ini, kami memutuskan bahwa keseluruhan materi pokok telah dirampungkan di semester 5 (kelas 9 semester 1). Hal ini dipertimbangkan bahwa pada semester 2, alokasi waktu tatap muka dengan siswa kelas 9 berkurang dengan adanya serangkaian Uji Coba Ujian hingga Ujian Akhir dan Nasional.
4. Revisi buku kerja siswa menjadi buku teks untuk satu tahun pelajaran.
Sebelum proses revisi ini, analisis buku ajar yang dipakai di madrasah pun dilakukan. Hasil analisis ini menjadi acuan penyusunan buku teks siswa. Jadi, buku teks dari tim MGMP memberikan variasi materi dan kegiatan pembelajaran.
5. Kompetisi Bahasa Inggris tingkat SMP/MTs sekota Palangka Raya.
Ada 5 cabang lomba dalam kompetisi ini. Dari 53 sekolah dan madrasah yang diundang, 14 di antaranya ikut berpartisipasi dalam kegiatan dengan menghadirkan 147 peserta.
6. Workshop Peningkatan Karir Tenaga Pendidik melalui pemberdayaan MGMP
Dalam kegiatan ini MGMP menjalin kerjasama dengan beberapa pihak selain Kemenag Kota. Beberapa dosen dari Universitas Palangka Raya, IAIN Palangka Raya, beberapa guru SMAN 2 dan MTsN Sampit berpartisipasi dalam berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada peserta workshop. Tagihan dari kegiatan ini adalah Laporan PTK dan artikel popular.
MGMP melaksanakan semua kegiatan dengan mandiri, yaitu dengan biaya dari keuangan dalam organisasi. Sementara itu, dana semua kegiatan diperoleh dari beberapa sumber:
1) Iuran anggota
Pada awal kegiatan pengurus MGMP menetapkan iuran anggota. Namun, setelah berjalan beberapa bulan iuran tersebut ditiadakan. Iuran anggota, mungkin, menjadi salah satu alasan ketidakhadiran anggota.
2) Iuran madrasah
Iuran ini pun layaknya iuran anggota yang berlaku setiap bulan. Meski dana inipun tidak lancar, namun MGMP tetap berjalan. Seringkali, masing-masing anggota membawa kue, makanan ringan dan minuman untuk konsumsi selama pertemuan. Jadi, dana yang terkumpul dari iuran madrasah pun menjadi tabungan MGMP.
3) Laba cetak dan distribusi buku siswa
Dalam proses cetak buku, modal besar yang diperlukan oleh MGMP dapat teratasi karena bantuan teman-teman yang cukup mapan dalam keuangan. Laba dari distribusi buku tersebut lah yang menjadi pegangan untuk melanjutkan kegiatan.
4) Bantuan sponsor
Ada beberapa sponsor yang mendukung kegiatan MGMP, terutama saat mengadakan kompetisi. Namun, dana yang banyak tersedot pun dana dari hasil cetak buku.
5) Dana Block Grant dari Kementerian Agama Kota
Dana bantuan ini sangat mendukung perkembangan MGMP, mengingat organisasi ini baru berjalan selama satu setengah tahun. Limpahan dana ini digunakan sepenuhnya melaksanakan kegiatan workshop peningkatan karir guru.
Namun, berbagai kendala yang dihadapi MGMP yang sampai saat ini belum menemukan penyelesaian terbaiknya. Beberapa permasalahan tersebut adalah:
1. Kehadiran
Kehadiran menunjukkan motivasi anggota. Dalam waktu 1,5 tahun,tingkat kehadiran berkisar pada 45%. Surat undangan resmi hingga sms personal selalu disampaikan untuk mengharap partisipasi anggota. Jadwal pertemuan tiap bulan pun lebih banyak dilakukan pada jam sore sehingga tidak mengganggu jam mengajar.
2. Biaya
Jika saat ditetapkannya iuran anggota menjadi alasan ketidakhadiran, maka seharusnya kegiatan terakhir saat workshop (tanpa biaya) anggota lebih semangat hadir. Selain mendapatkan ilmu dan ketrampilan, mereka juga mendapatkan bantuan transportasi. Kenyataan di lapangan, kehadiran tetap pada angka 43% - 50%.
3. Kesulitan menulis
Menulis laporan PTK sebagai hasil workshop menjadi momok para peserta yaitu anggota MGMP. Banyak diantara mereka yang beranggapan bahwa menulis sangat sulit. Sebagai penggagas MGMP, sekaligus kegiatan workshop ini, saya menghimbau peserta untuk menulis laporan dan artikel dalam Bahasa Inggris. Hal ini saya lakukan agar laporan tersebut dapat masuk jurnal di IAIN atau di UPR. Jika gagal, maka jurnal ilmiah pendidikan yang bersekretariat di MTsN 1 Model kemungkinan besar menjadi alternatif selanjutnya. Kesulitan tersebut erat pula kaitannya dengan ketakutan dimana laporan penelitian ataupun artikel yang dapat dipublikasikan di jurnal harus memenuhi syarat tertentu, utamanya adalah keaslian. Banyak cara untuk mengetahui bahwa suatu tulisan itu tidak ada unsur plagiasi.
4. Manfaat
Sebagian peserta workshop yang juga anggota MGMP merupakan PNS golongan IV-a, dan sebagian lain adalah honorer muda dengan masa kerja di bawah 5 tahun. Jadi, manfaat workshop pelaksanaan PTK dan karya ilmiah popular menarik bagi beberapa anggota saja. Menurut pemahaman saya, siapapun yang bergolongan IV-a berkesempatan untuk naikpangkat ke IV-b. Selain itu, kegiatan PKB ini dapat digunakan sebagai acuan penilaian kinerja (SKP). Bagi honorer pun berlaku hal yang sama. Rekam jejak dimulai dari awal SK honorer dikeluarkan. Semakin banyak karya yang dihasilkan menunjukkan bahwa honorer tersebut memiliki kualitas mumpuni yang patut dipertimbangkan.
Beberapa kendala di atas sudah diupayakan solusinya. Pertama, anggota MGMP wajib hadir saat pelaksanaan kompetisi Bahasa Inggris. Selain sebagai pembimbing siswa yang berpartisipasi, anggota MGMP merangkap sebagai panitia. Pada pelaksanaannya, hanya beberapa yang bersedia bergerak. Kedua, “iming-iming” sertifikat kegiatan selama beberapa pertemuan untuk menyelesaikan penyusunan buku tidak mendapat respon positif. Ketiga, penulisan nama pada buku bagi siapa pun yang berkontribusi pada penyusunan isi, tanpa menggunakan prosentase juga bukan hal menarik bagi anggota yang kurang aktif. Keempat, pembinaan oleh Pengawas dan Kasi Pendidikan Madrasah pun telah diupayakan agar memberikan suntikan motivasi pun masih jauh dari harapan. Hingga, yang kelima, dengan bantuan transportasi yang dihitung untuk setiap pertemuan dalam kegiatan workshop tetap terabaikan.
Saya berkesimpulan bahwa saya harus terus melangkah dan berbuat banyak untuk memberi contoh teman-teman. Selama saya tidak berputus asa mengembangkan dan memperbaiki bangunan yang sudah saya dirikan, selama itu pula akan ada jalan terbaik untuk tujuan mulia. MGMP digagas dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas guru yang berimbas langsung pada siswa sebagai generasi penerus bangsa. MGMP pasti akan regenerasi. Namun, generasi berikutnya pun harus memiliki pola pikir yang lebih maju, berwawasan luas, inovatif, dan selalu menjunjung tinggi azas manfaat. Jika MGMP belum mampu menularkan virus positif kepada anggotanya, maka MGMP harus mampu menyebarkannya melalui berbagai kegiatan yang menarik dan menantang siswa.
Terimakasih kepada rekan-rekan tim MGMP yang solid dan berkemauan keras.Perjuangan kita masih panjang, sampai titik darah penghabisan. KEEP STRONG & SPIRIT FOR THE BETTER EDUCATION.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selebrasi dulu Bu Isna. Kemudian lanjutkan dengan penuh semangat.