Isna Indriati

Isna Indriati, ingin terus belajar menulis agar bisa tinggalkan sedikit kenangan bagi yang tak mengenalnya....

Selengkapnya
Navigasi Web

HANTU MUNGIL

Tantangan Menulis Gurusiana Hari Ke 4

Joko adalah pemuda pekerja keras. Awalnya dia belajar membuat roti dari neneknya yang sering menjajakan rotinya keliling kampung. Setelah merintis usaha seperti neneknya, akhirnya, Joko memiliki sebuah toko roti yang terkenal. Dia bisa menghasilkan roti yang fresh from oven setiap saat. Toko itu pun didatangi oleh banyak pelanggan.

Beberapa bulan kemudian ada beberapa pelanggan yang yang komplain, "Joko, kok rasa rotimu jadi berubah sih. Kamu ganti pegawai? Atau punya resep baru ya?"

"Memang bagaimana rasa rotinya. Setiap hari aku makan roti, rasanya tetap enak seperti biasa. Aku ga ganti pegawai, resepku juga tetap sama." Joko menjelaskan.

Keesokan harinya, Udin, pegawai Joko yang sedang bekerja di dapur melihat bayangan putih kecil yang semakin lama semakin besar lalu menghilang. Karena penasaran setiap hari dia mengamatinya, dan ternyata kejadian itu berulang beberapa hari. Mungkin beberapa minggu, tapi dia tak memperhatikan. Hari berikutnya, dia kaget saat mengikuti bayangan itu. Saat bayangan itu berhenti dan berbalik, Udin kaget melihat hantu mungil yang diam-diam memasukkan bumbu dapur ke adonan kue yang dibuat oleh Udin.

"Hei, kamu…apa yang kamu lakukan? Jadi selama ini kamu ya biang keroknya. Apa yang kamu taburkan bisa merubah rasa roti ini!!" Udin marah meski kakinya gemetaran, dia berusaha menahan rasa takutnya.

"Ya aku yang merubahnya. Kalian telah mengganggu tidurku selama beberapa minggu ini Lihat oven raksasa ini. Panasnya yang luar biasa membuatku tak nyenyak setiap kali aku beristirahat. Aku akan tetap bangun dan mengganggu pekerjaanmu bila kalian tak memindahkannya." Hantu mungil itu pun mengancam.

Udin yang sudah tak merasa takut lagi, masih menantang. “Memang kamu tidur dimana? Aku tak melihat kamarmu. Oven ini juga tak memenuhi ruangan ini. Pak Joko juga tak memindah barang-barang asli rumah ini.” Dengan lantang Udin membantah. Setahu dirinya, pak Joko, bos toko roti, sejak membeli rumah dan dijadikan toko roti, tak mengubah bentuk dan susunan barang di rumah tua dan unik itu. Semua barang antik tetap di tempat semula. Pengunjung pun sangat senang dengan suasana yang tenang denga perabit yang sebagian besar kuno dan antik. Tu semua menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

“Kamu mau tahu rasanya? Masuklah dalam guci itu lalu rasakan panasnya.” Udin kebingungan melihat guci kecil di pojok, yang dirinya sendiri tak mungkin bisa muat di dalamnya.

Setelah tertawa sebentar tiba-tiba suasana gelap dan Udin merasa kepanasan. “Apa lagi yang kamu lakukan? Kamu matikan listriknya? Waduh bisa rusak semua roti yang ada di dalam oven itu nanti.”

“Kamu tidak akan melihat ovenmu, kamu ada di dalam guci sekarang. Hanya ada aku dan kamu.” Hantu mungil itu pun tertawa. Tak berapa lama Udin pun memohon, “Cukup, aku sudah merasa kepanasan disini. Tapi kurasa ini bukan karena oven, ini tak ada oksigen.”

“Kamu belum tahu, tunggu beberapa saat lagi, hingga oven itu bekerja maksimal.”

“Cukup, aku sudah tahu. Keluarkan aku. Aku akan bilang ke bosku nanti.”

Sesaat setelah kembali ke dapurnya, Udin bisa bernapas lega. Dia pun lari ke cermin di dekat toilet, memastikan apakah wajahnya dan tubuhnya masih utuh dan kembali seperti sedia kala.

“Heh…lagi jatuh cinta apa? Lama banget bercermin? Itu roti bila terlalu lama dalam oven akan kering, kelembutannya berkurang.” Joko curiga melihat perilaku aneh Udin. Udin yang kaget pun segera beranjak pergi. Dia masih ragu menceritakan kejadian aneh yang dialaminya.

Keesokan harinya, Udin langsung meminta Joko untuk memindahkan oven ke sudut lain di dapur. “Emang mau dipindah di sebelah mana? Kalau itu digeser, berarti harus memindahkan pula meja pengadonnya.”

“Iya, Pak. Saya curiga tempat mengangkat rotinya terlalu lembab jadi rasa rotinya jadi beda.”

“Ya sudah, panggil Ujang dulu buat bantu geser.”

Sore hari saat Udin membersihkan meja pengadon, hantu mungil keluar menemuinya dan mengucap terimakasih.

Udin berharap esok hari dia mampu ceritakan kejadian sebenarnya kepada Joko, si bos. Dia berharap hari berikutnya pengunjung toko roti semakin banyak karena rasa roti sudah kembali seperti semula.

“Diiin…kamu mengurangi takaran adonan? Kenapa mereka harus mengantri lama?”

“Maaf, Ko. Apa perlu aku menambah target? Itu sudah sesuai takaran harian. Hari ini tak ada pesanan khusus jadi aku tak menambah adonan.”

“Lalu, ramai banget yang antri ini bagaimana?”

“Ya, gimana. Harus menunggu tigapuluh menit lagi untuk bisa masuk oven.”

“OK, aku tawarkan menu wafel buah dulu, lima menit selesai. Kamu fokus ke oven ya.”

Sambil bercengkerama dengan pelanggan, Joko membuat wafel buah mini langsung di depan dengan kompor tambahan. Ini adalah appetizer dadakan karena pengunjung membludak.

“Kamu kaget ya dengan pengunjung yang antri? Jangan kaget, nanti aku tunukkan resep rahasianya.” Tiba–tiba hantu mungil itu muncul di depan Udin. Udin yang sedang konsentrasi membuat adonan mundur beberapa lankah ke belakang hingga dia terpojok di dinding.

“Kamu…kenapa datang lagi? Bukankah kami sudah penuhi permintaanmu?” Joko yang saat itu masuk dapur ikut terkesiap. Si hantu mungil semakin tertawa keras.

“Kebetulan kalian berdua ada di sini. Akan kutunjukkan resep rahasia rotimu yang enak. Cukup perhatikan satu menit saja. Setelah itu aku tak akan muncul di hadapan kalian. Aku puas mencium aroma rotimu yang lezat.” Secepat kilat hantu mungil itu membuka tangannya lebar dan muncul seperti layar tivi transparan yang lebar. Dia tunjukkan cara menuang adonan sambil rahasia roti lembut dan tahan lama tanpa bahan pengawet. Joko dan Udin memperhatikan dengan seksama meski masih dalam keterkejutannya.

“Baiklah. Selamat bekerja.” Setelah melambaikan tangan, hantu mungil itu langsung menghilang. Joko dan Udin saling berpandangan.

“Mungkin dia pemilik rumah ini yang sesungguhnya. Pantas banyak yang tak cocok dan sering berpindah tangan.” Joko bergumam.

“Berarti dia mencari penerus agar rumah ini tetap unik dari awal dia membangunnya.” Udin pun menebak. Lalu mereka pun tertawa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post