Isna Indriati

Isna Indriati, ingin terus belajar menulis agar bisa tinggalkan sedikit kenangan bagi yang tak mengenalnya....

Selengkapnya
Navigasi Web

Innalillahiwainnailaihi roji'un...

Wiu wiu wiu wiu...suara sirine mobil AMBULANCE menggetarkan hati setiap orang yang berpapasan dengannya. Di dalamnya tentu ada seseorang yang sangat kesakitan dan perlu penanganan cepat. Sakit tiba-tiba atau kecelakaan tunggal atau lalu lintas hanya beberapa penyebabnya. Setiap orang pun sudah mempunyai nomor antri masing-masing. Kapan akan masuk pada posisi itu, semua kembali kepada yang Maha Kuasa.

Jika hidup dan mati sudah ada yang mengatur, maka lalu lintas di kehidupan bukan hanya Tuhan yang menentukan. Ada banyak campur tangan manusia di dalamnya. Namun bagaimana jika seseorang secara sengaja atau tak sengaja sudah membunuh kepercayaannya baik terhadap diri sendiri maupun teman dalam lingkungan kerja atau organisasi?

Pembunuhan sadis itu sekarang sudah banyak terjadi di berbagai tempat dalam berbagai kondisi. Istilah teman makan teman, pagar makan tanaman dan banyak contoh lain di masyarakat menjadi bukti meningkatnya mortalitas ini. Banyak motif di balik semua peristiwa itu. Akan tetapi, jika setiap orang mengetahui akar permasalahannya, maka sejatinya manusia Pancasila itu masih bisa berpikir dengan tenang dan jernih.

Hilangnya kepercayaan diri, matinya solidaritas, tumpulnya toleransi sesungguhnya akibat dari virus masifnya egosentris. Mengapa aku begini, mengapa aku tak seperti dia, mangapa aku tak bisa seperti itu, mengapa keberuntungan tak berpihak kepadaku, dan masih banyak pertanyaan mengapa yang justru menjebloskan diri sendiri pada keterpurukan. Ketidakberdayaan yang hanya bersumber dari perasaan minder inilah yang memupuk rendah diri itu semakin subur. Akhirnya, bunga iri dengki pun mekar berwarna-warni di setiap sudut jalan kehidupan di mana manusia banyak berlalu lalang.

Masih ingatkah Pancasila? Ya, sesungguhnya semua yang bisa seseorang miliki untuk mawas diri, introspeksi diri, serta deteksi dini terhadap sifat-sifat manusiawi ini adalah butir-butir Pancasila. Rangkaian panjang kalimat yang menggambarkan makna Pancasila dalam kehidupan itu, dulu menjadi salah satu hafalan siswa SD, memiliki pengaruh yang maha dasyat. Menghafalkan butir-butir itu menjadi salah satu cara memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan. Pemahaman itu pula yang sesungguhnya menjadi benteng nurani seseorang agar terhindar dari virus mematikan yang membuat hilang nyawa persaudaraan.

Bagaimana dengan kita dan anak-anak kita?

Menurut saya, perlu dipertimbangkan kembali untuk mengenalkan sosok Pancasilais dengan membeberkan isi butir-butir Pancasila itu kepada mereka. Akan banyak perubahan dengan menghafal dan memahaminya. Reward dan punishment dari alam adalah hadiah terindah dari penerapannya. Tidak seperti peraturan dan tata tertib siswa di sebuah sekolah dan madrasah, yang kadang masih ada pertimbangan untuk menjatuhkan hukuman atas suatu pelanggaran di atasnya.

Beberapa tahun yang lalu, ToT Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan untuk guru SMP sederajat di beberapa wilayah pernah diselenggarakan oleh Lemhanas. Namun, guru yang terlibat hanya 5-10% di setiap sekolah yang diundang. Tidak ada estafet kegiatan serupa untuk jenjang SMA atau SD sehingga tercapai tujuan akhirnya. Tidak ada pula kelanjutannya untuk siswa. Jika hanya ada 4 guru dari setiap SMP di kabupaten kota, dan keempat guru itu tidak mengajar seluruh kelas di SMP tersebut, apakah beban memantapkan nilai kebangsaan terhadap siswa ditumpahkan kepada keempat guru tersebut? Guru juga manusia. Pada akhirnya, ada kejenuhan dengan beban tugas yang tak merata.

Maka, pada prinsipnya "innalillahi wainnailaihi roji'un menjadi jawabnya. Apa yang berasal dari Nya, maka akan kembali kepadaNya. Begitu pula dengan kita manusia. Apa yang kita tanam, maka itu pula yang akan kita tuai. Mari kita suntikkan imun kebaikan dalam setiap nutrisi yang kita konsumsi agar virus iri dengki malu datang dan merayu hati kita.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Khusnul khotimah adalah dambaan setiap orang. Bagaimana dengan khusnul khotimah jabatan. Karena, sering kali kita lihat orng kalau mau pensiun masih beberapa nulan sudah tetasa nglokro dalam berprestasi kerja. Itu guru atau KS , ata PS. Beda dengan pimpinan redaksi, ketika dia .mau pensiun jam siang, tapi jam 11 masisbuhk menulis untuk tajuk rencana hari itu, sebaik baiknya lebij baik dati sebelumnya.

22 Sep
Balas



search

New Post