Kenapa aku mau ikut para pejuang literasi untuk menulis? Kenapa aku terinspirasi untuk membuatnya menjadi buku?

Jawabannya hanya satu. Aku ingin membuat sejarah pribadiku meski hanya setitik dan tak berarti bagi banyak orang. Aku ingin meninggalkan jejak meski itupun akan mudah terhapus oleh waktu. Namun setidaknya, aku bisa memberikan kenang-kenangan pada anak dan cucuku, bahwa dengan menuliskan sesuatu aku meninggalkan wasiat ILMU.

Begitu pula dengan rekan seprofesiku. Mereka yang sudah bersedia bersusah payah bekerja keras menyusun materi belajar sehingga terbitlah buku pegangan siswa, bukan semata-mata untuk mendapatkan laba dari penjualan buku. Buku menjadi bukti bahwa mereka pernah eksis dalam MGMP dan melahirkan karya. Meskipun mereka tak bisa menjaga keeksisannya tanpa "paksaan" dan dorongan dari ketua, minimal mereka bisa sedikit bangga dengan jejak yang mereka buat.

Bagaimana dengan generasi kita?

Anak-anakku di sekolah sudah bergelut dengan banyak buku. Meski yang mereka baca lebih banyak berbentuk file atau e-book bahkan berupa aplikasi, namun mereka eksis dalam dunua literasi. Meski mereka lebih senang menuangkan tulisan mereka ke dalam wattpad, namun itulah cara mereka unjuk diri.

Aku, yang sudah terinfeksi virus literasi, harus bisa menjaring dan mengarahkan mereka agar tetap produktif, ke arah positif tentunya. Bila tahun ini aku baru bisa mengumpulkan cerpen dari beberapa siswa, tahun depan harus ada diantara mereka yang bisa menelurkan karya individunya. Banyak anak-anak kita yang lebih hebat dari gurunya, dan kita harus mengakuinya. Lebih jauh, kita patut bersyukur dan bangga, kita bisa bertemu dengan generasi hebat seperti mereka, yang di tangannya lah letak kemajuan bangsa.