Prematur (4)
Tangisan nyaring bayi membangunkan si ibu yang masih tergolek lemah di atas ranjangnya. Dia berusaha membuka lebar-lebar matanya. Seolah baru bangun dari tidur panjang, dia mengucek matanya meyakinkan penglihatannya.
Di sekeliling dia hanya melihat dinding bercat biru dan putih, korden pembatas ruang dan tiang infus. Dia bangun dan duduk. Merasa yakin kuat, dia berusaha turun. Dipegangnya tiang infus untuk menjaga keseimbangannya. Gerakannya yang lemah menunjukkan bahwa dia masih lemas.
Setelah pingsan karena pendarahan di ruang bayi kemarin dia sadar sebentar malam harinya. Obat penenang yang diberikan lewat infus membuat dirinya tertidur pulas semalaman. Dia pun tak sadar jika suaminya menungguinya hingga shubuh tadi.
Setelah beberapa langkah dia meninggalkan ranjang, seorang perawat masuk. Dibawa kembali ibu muda itu kembali ke ranjangnya.
"Ibu belum boleh bergerak terlalu banyak. Ibu mengalami atonia uteri. Sabar dulu ya bu sampai infus ini habis dan tak ada pendarahan hebat lagi"
Setelah mengecek tekanan darah dan memberikan suntikan lagi di infus, perawat itu keluar. Dia mengingatkan untuk menghabiskan sarapan yang disiapkan. Dua botol jus jambu dan susu serta kurma dalam toples kecil yang dibawa suaminya ada di dekat nampan sarapan. Dia mengiyakan saat perawat kembali mengingatkn untuk banyak makan dan minum.
Hari mulai siang. Dia melihat matahari terik di luar. Ac yang diatur 28 derajat itu sudah cukup dingin baginya. Dia menarik selimut untuk menutupi tangannya. Matanya mulai berat. Saat dia mulai menutup matanya, seseorang membuka pintu. Wanita paruh baya masuk membawa nampan makan siangnya.
"Silakan, mumpung masih hangat. Segera sehat ya"
Seolah tak menunggu jawaban dari si ibu muda, pegawai gizi itu tersenyum dan langsung keluar. Dia masih terbaring. Mungkin enggan makan karena mengantuk. Tak lama dia pun terlelap.
Langkah kaki bersepatu memasuki kamarnya. Dia masih pulas. Pria berseragam itu langsung mendekat dan mengecup keningnya. Wajahnya memgkilat penuh peluh, tapi tak nampak kusut dan sedih. Setelah merapikan botol kosong di meja samping ranjang, dia mengangkat nampan ke samping ibu muda itu. Dibangunkannya pelan-pelan.
Sebelum istrinya membuka matanya, dia sudah tersenyum. "Thole sehat, alhamdulillah." Menu makan siang RS.Doris Sylvanus itu akhirnya habis. Semangat untuk merawat si mungil membuatnya cepat pulih. Suaminya sudah menyapa dan menemani bayi mereka sejak dia tak sadarkan diri.
Kepala perawat dan dokter spesialis anak di bangsal itu sudah memberikan ijin pulang jika bayi bisa dan kuat menyusu di badan. Si ibu muda harus banyak makan.
Tiga hari sudah si mungil prematur tidur di rumah. Nenek di belakang rumah rutin menjenguk tiap pagi. Beliau sabar mengingatkan dan mengajarkan cara merawat bayi prematur. Menurut cerita, beliau dulu lebih kecil dari si mungil ini. Tapi, hidup sehat. Akhirnya, si ibu akrab memanggilnya uti, pengganti ibunya yang jauh dan belum bisa menjenguk.
Pagi itu tiba-tiba Uti berseloroh. "Kok kuning, nduk"
Ibu muda yang disebutnya mama Irhan itu kebingungan mencari apanya yang kuning. Uti langsung menggendong bayi kecil itu dan membawanya di pangkuannya. Beliau melepas baju dan popok bayi. Ditunjukkannya warna kuning di kulit bayi. Dijelaskan pula sebab dan cara mencegahnya.
Setelah memandikannya, Uti dengan terampil membantu mama Irhan memakaikan baju bayinya. Setelah membedongnya dia serahkan untuk disusui. Uti menungguinya menyusui dan memperhatikan posisi duduknya. Diingatkannya untuk duduk tegak dan tak boleh tertidur.
.......
Tobe continued
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hebat uti. Pengalaman banget.
menelusuri....
Siipp Mama Irhan, ditunggu lanjutannya..
Makasih Makasih Makasih