Rindu Indonesiaku
Gambyong pareanom.
Kerinduan pada tari ini menggerogoti otakku tatkala penat menyerbu hari-hariku. Rasa memaksaku untuk memejamkan mata sejenak. Terkadang, di antara sibukku di depan si hitam, laptopku, aku memilih memutar musiknya. Gamelan yang berpadu pelan nan menyejukkan sering menggodaku untuk memainkan tangan dan jari-jariku. Kadang kepala atau kakiku saja. Seakan aku mengulang latihan rutinku di sanggar Kembang Sore dulu. Di sana kutemui banyak teman terkasih, guru tersayang, hingga seorang nenek cerewet yang tak lupa mengingatkan untuk “mendhak” dan main mata saat “ulat-ulat”.
Ini tari tradisional yang paling aku suka. Tari ini pula yang paling sering aku bawakan di banyak acara resmi. Lebih sering dalam rangkaian upacara “panggih” pengantin. Aku tak hanya senang dengan tariannya. Gembiraku juga karena uang saku. Lumayan banyak bagiku, dulu. Sayangnya, aku tak menikmatinya saat aku jadi ratu sehari. Namun, aku tetap bersyukur. Setidaknya aku pernah membuat orang lain senang dengan penampilanku.
Rindu pada Gambyongku layaknya rasaku pada Indonesiaku, dulu. Tatkala Bhineka sangat mempesonaku, kuingin menjadi orang Aceh seperti Tjuk Nyak Dien di karnaval tujuhbelasan, atau gadis Bali dengan kamboja yang memenuhi rambutku yang panjang.
Rinduku akan suasana meriah itu tak pernah terobati. Tujuhbelasan di kotaku kini tak semeriah di kota masa kecilku. Tapi aku bangga aku adalah anak Indonesia.
Anakku keturunan Jawa. Anakku besar di Kalimantan. Anakku menuntut ilmu di Jawa. Di acara tujuhbelasan, dia mewakili Kalimantan. Anakku juga anak Indonesia. Anakku harus menjadi generasi bangsa ini yang mumpuni. Meski dia tak sehebat mereka yang juara dan juara, dia harus menjadi pribadi yang mandiri. Setidaknya, dia terus berbuat baik untuk orang-orang terdekatnya.
Seperti diriku, yang tak bisa memberi manfaat bagi banyak orang, tapi selalu berusaha membuat orang terdekatku nyaman.
Banggalah menjadi dirimu sendiri, anak-anakku. Bangsa ini membutuhkan orang yang tangguh dan rindu kemerdekaan. Pegang erat merah putih dalam hati dan benakmu. Buktikan pada perilakumu. Aku akan menyertaimu, meski hanya lewat doaku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Penari toh ternyata. Saya bisa merasakan judul keren banget. Apalagi jika kita ada di luar indonesia