tak bisa atau tak biasa
Pernah menuliskan sesuatu di atas selembar kertas? Kemudian kertas itu dimasukkan ke dalam amplop dan dilem rapat. Ditempelkanlah perangko di sudut kanan atas di amplop. Tak lupa menuliskan alamat dan si pengirim dan dibawalah ke kantor pos. Kadang, kotak pos terdekat akan selalu bersedia membantu.
Kertas surat, amplop, kartu pos, dan kartu ucapan adalah sahabat setiaku dulu. Setiap kali aku ingin mengetahui kabar sahabat jauh, atau ingin memberi ucapan di hari raya, benda-benda itulah yang membantuku. Tulisan yang rapi dengan kalimat bermakna selalu kutuangkan di beberapa kartu ucapan untuk para sahabat penaku.
Beberapa hari ke depan, lebih dari satu minggu, akan ada pak pos ke rumah. Tanda aku mendapat balasan. Rasa senang itu tak dapat diungkapkan. Tapi aku selalu menyimpan surat dan kartu pos atau ucapan itu dalam waktu yang cukup lama. Setiap rindu mereka aku akan selalu membuka dan membacanya.
Perangko di amplop-amplop itu pun aku lepaskan. Sangat mudah. Dengan meneteskan sedikit air di bagian dalam amplop itu, perangko akan mudah terlepas. Dalam kondisi masih bagus tentunya. Bermacam flora dan fauna dalam perangko itulah yang menarik minatku untuk tetap menjaga tradisi korespondensi ini. Istilah yang asing bagiku seperti halnya filateli.
Sampai akhirnya aku mengenal wartel, membeli buku telepon untuk menyimpan nomor telepon rumah, bahkan nomor "pager". Kebiasaan menulis untuk menyambung silaturahmi itu pun perlahan memudar. Tahun berganti alat komunikasi pun semakin canggih. Modernisasi mulai merobohkan budaya menulis, meskipun itu hanya surat.
Sama dengan diary. Dulu, hanya sedikit dari teman sekelasku di SMP yang tak punya diary. Diary adalah pendengar setia, satu-satunya teman curhat yang tak lelah menampung keluh kesah dan cerita gembira empunya. Tanggal penuh kenangan, hari berkesan bersama satu nama yang selalu terngiang, bahkan saat paling menjemukan akan terukir indah di dalam buku harian. Foto dan coretan abstrak pasti menghiasi beberapa sudut halaman diary itu.
Sekarang, semua seakan tergantikan. Email, nama beken untuk surat elektronik mampu memberikan layanan terbaiknya. Email akan lebih cepat sampai daripada surat biasa. Lebih canggih lagi, email mirip sms karena pemberitahuannya secepat sms, wa, atau line. Posisi diary pun tergeser oleh medsos fb, twitter, instagram, bahkan blog.
Kenanganku adalah sejarah, bahwa anak-anakku banyak yang tak mengenal benda berharga yang membuat orang selalu ingin menulis. Meski dulu hanya tulisan tentang kabar, kata-kata mutiara, puisi dan pantun, namun semua itu kutulis dengan sesungguhnya.
Berbekal kenangan itu pula, aku mau menyuburkan kembali keinginan menulis itu. Modernisasi sudah mendukung segalanya. Tak suka menulis email dapatlah aku berkunjung ke gurusiana. Tak bisa aku membuat blog pun gurusiana tak kan menolaknya. Jika benak masih penuh tanya itu bukan karena kita tak bisa, tapi tanda kita tak biasa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
wow kereeeen. Luar biasa. Oh ya, kenapa judulnya memakai huruf kecil semua?
Makasih..Nanti diedit lagi..Bahasanya pun banyak yang mbulett, banyak kalimat tak bersubjek. Itulah hasilnya kalo nulis sambil ngeloni si kecil, tp Alhamdulillah tetap bisa..
Indah benar. Semoga dengan, "berbekal kenangan itu pula, aku mau menyuburkan kembali keinginan menulis itu." Aamiin
Kenangan. Kini masih ada kok bu. Ke kantor Pos. Bila pingin.. Sip apresiatif.