Isna Indriati

Isna Indriati, ingin terus belajar menulis agar bisa tinggalkan sedikit kenangan bagi yang tak mengenalnya....

Selengkapnya
Navigasi Web

TAK USAH KE SEKOLAH

Sehabis sholat shubuh, Azam merebahkan tubuhnya kembali ke kasur. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5.30 saat si emak berteriak memanggilnya karena tak kelihatan batang hidungnya. Biasanya dia sudah "nggandholi" si emak, tanya apa masakan pagi ini.

Dasar cerewet, si emak lalu melangkah ke ruang depan mencari si lelakinya. Melihatnya masih nyenyak digeraknya agar membuka mata.

"Ayo mandi dulu, lalu sarapan." Azam hanya memicingkan matanya.

"Sekolah ga?" Tanya si emak kemudian. Azam pun menggelengkan kepala.

"Mau bareng ibu, apa berangkat sendiri?" Belum sempat direspon, si emak melanjutkan, "Oiya, itu uang sumbangan nanti siapa yang mengantar kalau kamu ga berangkat?"

Melihatnya belum ada reaksi, si emak lalu mendekat dan memegang badan Azam. Suhu badan normal. Ga ada panas. Kaki juga ga dingin. Biasanya kalau telapak kaki dingin bisa jadi kecapekan atau ada bagian tubuh yang keseleo. Ah malas kali.

"Belajar di rumah saja. Baca ulang surah pendek ya, di tulis di buku tulis biar tambah lengket di ingatan. Kalau jadi imam ga salah dan kebalik ayatnya." Si emak kemudian berlalu dan bersiap berangkat mengantar si kakak.

Azam pun berdiri dan berangkat mandi. Alhamdulillah, batin si emak.

'Habis mandi sarapan dulu. Biar bisa belajar dengan baik." Azam hanya memandangi si emak.

"Setiap pilihan ada konsekuensinya. Kamu ga berangkat sekolah kamu belajar sendiri di rumah. Pesen ibu, kamu ulangi hafalan surah pendek. Jika sudah selesai baca yang lain. ibu pulang kamu ceritakan ke ibu apa yang sudah kamu baca."

"He eh" jawab Azam singkat.

"Ibu sudah berkali bilang, kalian harus tanggung jawab pada pilihannmu. Jika pilihanmu pagi ini ga sekolah kamu harus tanggung jawab belajar mandiri. Makan siang tak perlu diingatkan juga." Benar wanita memang rata-rata cerewet, termasuk si emak Azam.

Saat berlalu hendak keluar dari rumah, dilihatnya Azam sudah duduk dengan buku tulis dan pulpen. Dia sudah membuka Al Quran surah terakhir dan memulai menulis.

"Assalamu'alaikum" si emak meninggalkannya sendirian di rumah berharap dia benar-benar belajar bertanggungjawab dengan keputusannya.

Belajar bisa di mana saja, bahkan tak berangkat ke sekolah pun harusnya tak membuat seorang emak tambah stress. Kesepakatan harus ditegakkan, konsekuensi juga dijalankan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Oh.. Begitu yah Bund. Tapi bila anak terus terusan gak mau sekolah, repot juga yah Bund. Sukses selalu dan barakallah

07 Jan
Balas

Inshaallah selalu dibukakan hati dan pikirannya agar selalu bergerak dan berpikir positif. Kerinduan anak ut bermain dengan teman-temannya akan menjadi pemacu semangatnya kembali. Terimakasih sudah berkenan mampir bund,..

07 Jan



search

New Post