Terpaksa Membaca
Terpaksa?
Iya, benar. Hanya untuk membaca saja aku perlu memaksa diri untuk menahan tanganku tak menyentuh HP. Begitu juga untuk sebuah novel yang kubeli beberapa bulan lalu. Keinginan menuntaskan buku kecil tapi tebal itu sangat besar. Tapi tetap kalah oleh sederet daftar pekerjaan yang sudah menunggu untuk disentuh. Belum lagi setumpuk pakaian kotor yang perlu dikucek dan yang bersih menanti disetrika.
Tak apa. Biarlah sehari aku hanya dapat selembar dua lembar. Setidaknya aku masih dapat menikmati kemerdekaan baca novel. Meski kadang deadline tiba-tiba mengintip di balik kalender dan reminder.
Sore tadi pun sama. Sengaja aku mengusir kantukku dengan memulai proses pengomposan sampah dapurku. Selepas maghrib segera aku ajak anak-anak menikmati makan malam sederhana, terong goreng dan tempe penyet.
Sebelum kantuk mereka menyerang aku paksa diriku duduk santai di depan TV yang sudah mati sejak adzan magrib. Aku gelar beberapa buku di dekatku. Aku buka satu buku cergam Si Kumbi. Aku membacanya dalam hati. Tak lama kemudian gadisku yang kelas 6 membaca nyaring dengan intonasi dan ekspresi yang asyik layaknya bercerita. Tak ayal, gadis kecil batitaku ikut gabung dan membuka buku pilihannya. Seraya menirukan ucapan kakaknya, dia pun bergerak lincah miring ke kiri, kanan hingga putar badan. Mungkin itu cara dia bercerita.
Alhasil, hampir satu jam kami berkutat dengan buku. Satu persatu tumbang tak kuat menahan beratnya mata menanggung kantuk yang menggelayut. Dua dari ketiga krucilku pun pulas tertidur. Semoga mereka bertemu karakter dalam cerita tadi dan merangkai petualangan dalam mimpi.

Akhirnya, aku harus memaksa diri lagi untuk membaca kemauan batitaku. Segera aku ikuti langkahnya ke meja makan. Satu dua suap nasi masuk ke mulutnya dengan jari mungilnya. Senang hatiku melihatnya. Dia akan tidur pulas setelah kenyang perutnya.
Tapi, ternyata aku belum sadar. Aku belum bisa membaca kemauannya. Dia tak hanya lapar perut, tapi juga petualangan. Dicampurkannya beberapa makanan dalam lemper, diulegnya jadi satu dengan sambal. Belum puas dengan adonan itu, dimasukkannya cuilan roti buah naga yang lupa tak aku habiskan. Terakhir dituangkannya air dari gelas didekatku. Awalnya kukira untuk minum, ternyata untuk tambahan adonan.
Tak apalah. Mungkin dia hafal drngan caraku memasukkan beberapa bahan saat bikin kue. Air tadi mungkin dia jadikan sebagai bahan terakhir, yaitu mentega cair.
Taraaa...this is it.
Thanks kids..😊😊😊
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar