#tantanganmenulis ke 14

Bimo merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Bimo satu-satunya laki-laki yang ada di rumah karena ayah Bimo telah lama berada di negeri ginseng untuk membiayai keluarga kecilnya. Kedua adik Bimo masih berada di bangku SMP dan SD. Sedangkan ibu Bimo merupakan penjahit yang cukup handal. Bimo mendapatkan beasiswa kuliah di suatu PTN karena Bimo cukup pintar dalam pelajaran sains dan sejarah maka tak heran jika ia selalu mendapatkan peringkat dalam kelas sewaktu sekolah.

Bimo pagi ini terlambat bangun, padahal hari ini harus berangkat pagi karena hari pertama ospek dikampusnya. Dengan tergesa-gesa Bimo berangkat ke kampus sambil menyaut tasnya yang ada di atas meja. Sampai di lapangan kampus, Bimo langsung mengecek barang bawaannya yang harus dia bawa pada hari ini, namun ternyata ada 2 barang yang lupa dimasukkan kedalam tas. Barang itu adalah gunting dan tali rafia, dia kebingungan dan mencoba mencari sekali lagi berharap ia menemukan kedua barang tersebut di tasnya.

“Bimo kau sedang mencari apa? Apa ada yang tertinggal?” Tanya Marta yang merupakan teman SMA. “Aduh, sepertinya aku lupa membawa gunting dan rafia Mar” Jawab Bimo sambil tetap mencari di dalam tas. “Kok bisa terlupa?” “Kamu kan anaknya teliti, ini aku punya tali rafia tambahan tapi tidak tau cukup atau tidak” kata Marta sambil menyodorkan tali rafia. “Jangan nanti kamu kekurangan tali rafia nanti kamu dihukum, lebih baik aku saja yang dihukum, karena ini juga kelalaian ku sendiri” jawab Bimo gemetar. Dan akhirnya ketika pemeriksaan kelengkapan Bimo ketahuan oleh kakak panitia dan akhirnya Bimo mendapatkan hukuman pertamanya sebagai mahasiswa. Dan hukuman tersebut melakukan push up sebanyak 20 kali dan menggantungkan kertas hukuman di lehernya. Semua mata memandang ke arahnya. Seolah-olah dia sebagai pelaku kejahatan. Rasa malu menyelimuti hati Bimo, suatu pengalaman yang tak akan terlupakan karena keteledorannya sendiri.