Liburan panjang semester ini sudah sudah tiba. Anak-anak sekolah pastinya suka ria menyambut datangnya libur panjang semester ini. Rutinitas belajar secara daring sementara waktu terhenti sejenak. Yang biasanya jam 07.30 anak-anak harus sudah siap HP di tangan, untuk menerima materi dari Bapak Ibu guru, liburan ini tentunya agak sedikit lega bagi anak-anak ataupun orang tua siswa. Orang tua pun tidak bisa lepas dari pembelajaran secara daring, orang tua harus memantau anaknya sudah belajar, mengerjakan atau kirim tugas yang diberikan oleh Bapak Ibu guru. Seringkali orang tua harus berkata keras mengingatkan anaknya untuk disiplin dalam mengikuti pembelajaran daring. Agar tugas yang diberikan oleh Bapak Ibu guru tidak menggunung yang bisa memusingkan kepala.

Orang tua tentunya mengharapkan kegiatan liburan diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Seperti membantu orang tua membersihkan rumah, bercocok tanam, mengembangkan hobby: menyanyi, menulis, bermain musik, olah raga. Tapi kenyataannya banyak anak-anak dalam liburan ini diisi dengan main game dari HP kesayangannya. Bermain game di atas kasur sampai berjam-jam lupa mandi dan makan. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Melihat hal ini orang tua juga dibuat pusing, Segala perintah untuk berhenti main game sudah dilakukan. Tapi jawaban anak tetap bilang sebentar.

“Ayo Dek cepat mandi, sudah jam 9,” perintah Ibu.

“Iya, sebentar,” saut Mozi dari kamarnya.

“Kamu juga belum makan,” timpal Ibunya kembali

“Iya Bu ini lagi nanggung, lagi seru-serunnya,” saut Mozi lagi.

“Nanti mata kamu sakit, kalau lama main HP,” ibunya merenggek kembali.

“Iya Bu sebentar lagi,” jawab Mozi.

Mendengar percakapan seperti itu pastinya orang tua harus extra sabar. Harus mencari solusi bagaimana anaknya untuk tidak berlama-lama main game. Mau berinteraksi dengan orang lain, peduli dengan orang lain, peduli dengan lingkungan. Di era 80 dimana anak-anak belum pengenal HP, dalam mengisi liburan selalu bermain dengan teman-temanya seperti gobak sodor, main kelereng, petak umpet, congklak, ular tangga, halma, karambol.

Teringat permainan masa lalu salah satu orang tua mencoba membelikan permainan karambol. Karambol dibeli dengan tujuan mengurangi anak bermain dengan HP. Setelah berkeliling mencari penjual karambol, akhirnya ditemukan juga. Tanpa bosa-basi dan tanpa menawar harga, karambol segera dibawa pulang.

“Dek, sini lihat apa yang ayah bawa!” teriak Ibu.

“Iya sebentar,” jawab Mozi dari kamarnya.

“Ini lho ada hadiah buat kamu, Dek,” panggil ibunya kembali.

Dengan ogah-ogahan Mozi keluar dari kamarnya.

“Mana hadiahnya?” tanya Mozi.

“Ini, ini untuk kamu,” jawab Ibu.

Dengan wajah heran Mozi memandangi barang yang ada di depanya.

“Ini namanya karambol,” jelas Ibunya

“Ini permainan masa kecil Ayahmu.”

“Nanti cara mainnya biar diajarai oleh ayahmu.”

Esok harinya Mozi mengajak teman tetangga rumah untuk bermain karambol, Dengan sedikit penjelasan bagaimana aturan bermain, keempat anak itu akhirnya bermain karambol. Sendagurau terdengar dari ke empat anak itu. Melihat memandangan seperti ini sang Ibu merasa lega, anaknya bisa lepas dari HP, bisa bercerita dengan temanya, bisa saling support satu sama yang lain, bisa kerjasama dengan temanya. Ini salah satu cara untuk mengurangi anak dari kecanduan main game lewat HP. Kenalkan anak-anak kita dengan permainan-permainan yang mendidik, untuk mengurangi bermain game dari HP.