#tantanganmenulis ke 52

Seperti pagi sebelumnya, Sinta berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Memang jarak antara sekolah dan rumahnya tidak begitu jauh. Sinta tidak sendiri ke sekolah, teman-teman sekitar juga jalan kaki dan berangkat bersama-sama. Kecerian terlukis di wajah mereka, Dalam perjalanan mereka berbincang masalah pekerjaan rumah, ulangan harian, pelajaran matematika yang sulit sampai guru kesukaannya. Langkah mereka terhenti sejenak, ketika berada di depan warung makanan, aroma masakan menusuk hidung mereka. Aroma yang memaksa mereka berimajinasi masakan yang super lezat . Warung itu berlabel warung Bu Minuk, cocok dengan namanya pemilik warung mempunyai badan yang lumayan subur.

Setiap pulang sekolah, Sinta pasti mampir ke warung itu. Teman-temanya heran setiap hari kok makan di warung. Berapa uang sakunya tiap hari? Makan di warung tiap hari apa tidak pemborosan? Apa ibunya tidak masak di rumah? Banyak pertanyaan-pertanyaan dari temannya seputar Sinta selalu makan siang di warung Bu Minuk. Sinta hanya tersenyum mendengar pertanyaan-pertanyaan dari temannya.

Sinta merasa senang setiap hari bisa makan di warung Bu Minuk, selain masakannya enak, mau makan apapun tinggal ambil yang dia suka. Pemilik warung pun juga tidak pernah meminta Sinta untuk membayar. Jadi tiap hari bisa makan gratis. Pemilik warung juga tahu apa makanan kesukaan Sinta, beliau sosok yang baik dan sangat perhatian. Sebab selain sebagai pemilik warung makan, Bu Minuk juga sebagai Ibu Sinta. Sinta merasa bangga dengan sosok Ibunya, sebagai Ibu yang sudah berjuang untuk selalu membahagiakan anaknya. Terima kasih Ibu atas semua jerih payah dan cinta kasih selama ini.