MENGGAPAI ASA
#tantanganmenulis ke 30
Ada dua masalah, yang membekas di pikiran Marni malam ini, Ternyata yang mempermalukan dirinya di kantor, ulah Nadya sendiri. “Apakah mukaku, wajahku atau sifatku tercermin sebagi pencuri seperti yang dituduhkan Nadya.” Renung Marni di keheningan malam. Dalam pikiran Marni tidak ada niat sedikitpun terbesit dihatinya untuk mengambil barang milik orang lain, walaupun ekonominya boleh dibilang pas-pasan. Wejangan dari orang tua waktu Marni masih kecil selalu diingatnya, jangan sekali-kali mengambil barang yang bukan miiliknya. Yang ada di hati Marni bekerja hanya untuk menyambung hidup, memenuhi kebutuhan sehari-hari, tak lebih dari itu, tidak memikirkan mencari posisi atau jabatan.Tak terasa buliran bening, menyusuri pipinya. Dilihat jam dinding di kamarnya jarum pendek menujukan angka 10. Tapi mata Marni sulit untuk dipejamkan.
Belum lagi memikirkan tawaran Prastyo untuk kembali bekerja di kantornya. Sepertinya tidak mungkin untuk kembali bekerja kesana lagi, walaupun Nadya sudah mengakui kesalahannya, pengalaman pahit yang sudah terukir di hatinya masih sulit untuk dihapus. Tapi kebaikan Prastyo menari-nari di mata Marni. Antara ragu dan tuntutan hidup menjadi perdebatan hebat di hati Marni untuk kembali ke kantor Prasyo. Usaha apa yang akan dilakukan masih membayangi pikiran Marni.
Pagi-pagi Marni sudah pergi ke pasar belanja kebutuhan dapur, sayuran, daging, ayam, buah-buahan pokoknya lengkap ditambah dengan bumbu dapur. Dibantu asistennya Marni mulai memasak, bermacam-macam menu sudah tersaji di etalase. Aroma harum masakan lezat memenuhi ruangan. Senyum manis merekah dibibir Marni, melihat usaha rumah makan siap dibuka, tak lupa berdoa semoga usaha yang dirintisnya berjalan lancar dan berkah. Hari pertama dibuka, penikmat kuliner mengalir memenuhi tiap meja dan semua yang datang memberikan pujian untuk masakan Marni. Rasa bangga bersemayam dihatinya. Kalau seperti ini tiap hari pasti aku akan cepat jadi orang kaya.” Pikir Marni. Kumandang adzan dari masjid sebelah membangukan tidur Marni. “Astafirullah, ternyata aku mimpi.” Ucap Marni sambil mengosok-gosok matanya. Bergegas Marni ke belakang untuk mengambil air wudhu dan shalat subuh berjamah. Tak lupa doa Marni panjatkan, semoga mimpinya menjadi kenyataan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Pentigrafnya
Terima kasih. Salam literasi dan sehat selalu
Mantap pentigrafnya Pak, salam kenal sukses selalu. Terimakasih suda berkunjung di tulisan saya.
Terima kasih atas supportnya
Aamiin semoga mimpinya benar-benar jadi nyata. Sukses selalu buat Bapak Ispramono
Terima kasih Aamiin
mantap keren cadas.... sukses selalu... salam literasi
Terima kasih, salam literasi dan sehat selalu