#tantanganmenulis ke 32

Marni yang sudah mendapatkan modal usaha dari Prastyo sangat berbunga-bunga hatinya. Rencana memiliki rumah makan yang sudah lama diimpikan, akan segera terwujud. Marni segera membuat rencana anggaran yang akan dibutuhkan untuk kelengkapan rumah makannya. Alat-alat masak, perlengkapan saji semua masuk dalam daftar yang akan dibeli. Tiba-tiba Marni dikagetkan suara kesakitan dari kamar Tino. Tino menangis merasakan perutnya sakit. Marni segera mencari minyak kayu putih untuk digosokkan di perut Tino. Rasa sakit diperut Tino berangsur-angsur reda dan bisa tidur di samping Marni.

Pagi hari rasa sakit perut yang dirasakan Tino muncul kembali, Marni segera ke dapur membuatkan teh hangat, untuk meredakan sakit yang dirasakan Tino. Tapi rasa sakit tidak kunjung reda. Rasa was-was mulai muncul di hati Marni. “Tino…bagaimana rasanya, masih sakit.” Tanya Marni. “Iya, Bu….perut aku masih sakit.” Jawab Tino dengan menahan rasa sakit. Untuk menghilangkan rasa was-was Marni mengajak Tino pergi ke dokter.

Dari hasil pemeriksaan sementara karena yang dikeluhkan sakit perut di bawah pusar dan perut sebelah kanan, indikasinya mengarah ke usus buntu. “Untuk lebih akuratnya menunggu hasil USG.” Kata dokter. Semakin berdebar jantung Marni mendengar ucapan dokter. Marni mondar-mandir di ruang tunggu, seakan jam dinding yang dipandang berhenti berdetak. Begitu hasil USG keluar, “Putra ibu harus operasi secepatnya karena usus buntu.” Ucap dokter setelah membaca hasil USG. Badan Marni lemas seketika bagai tak bertulang. “Ujian apalagi yang menimpa diriku.” Keluh Marni dalam hati. Tentu saja biaya operasi tidak sedikit. Demi keselamatan putranya Marni harus mengorbankan modal usahanya untuk biaya operasi.