Ispramono

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEPATU SANG JUARA

SEPATU SANG JUARA

#tantanganmenulis ke 53

Siang itu sehabis pulang sekolah, ada beberapa anak yang berkumpul di lapangan sekolah, untuk mengikuti seleksi liga atletik. Cabang yang akan dilombakan dalam liga altletik diantaranya : Lari 100m, 200m, loncat tinggi, lompat jauh, lempar cakram, lempar lembing. Namun tidak semua cabang akan diikuti, hanya cabang-cabang tertentu saja yang mempunyai potensi untuk menang. Siapa yang terpilih dalam seleksi ini, akan mewakili sekolah ke tingkat kabupaten. Anak-anak semangat dalam mengikuti seleksi, menunjukan kekuatan agar bisa mewakili sekolah, yang menjadi kebanggan tersendiri bagi mereka. Salah satu pemenang seleksi yaitu yang bernama Angga.

Sore itu sudah memasuki latihan yang ke lima, Angga tetap giat berlatih, untuk menyiapkan perlombaan lari 100 meter di tingkat kabupaten. Dia merasa senang bisa mewakili sekolahnya ke tingkat kabupaten. Dibawah binaan guru olah raga yang bernama Pak Nun, Angga mematuhi apa yang telah diintruksikan. Mulai latihan start, spint, finish, lompatan kaki saat start, langkah kaki, angkatan kaki, ayunan tangan. posisi badan, semua dilakukan dengan sungguh-sunguh. Latihan dilakukan dua hari sekali pada sore hari. Namun sikap Angga agak berbeda dengan latihan sore kali ini, wajahnya terlihat murung dan tidak semangat untuk bergerak. “Ada apa, kelihatan tidak semangat?” tanya Pak Nun penuh perhatian. “Tidak ada apa-apa, Pak…” jawab Angga tanpa ekspresi. Padahal tiga hari lagi lomba sudah dimulai. Pak Nun, penasaran ingin tahu apa penyebab kemurungan Angga. “Pak, Saya tidak punya sepatu untuk lomba besok, orang tua saya tidak punya uang untuk membelikan.” keluh Angga dengan nada memelas. Pak Nun berjanji akan membelikan sepatu, asal Angga mau sungguh-sungguh dan semangat untuk mencetak prestasi.

Pagi ini lomba di tingkat Kabupaten dimulai, Pak Nun dan Angga sudah siap di lapangan sebelum lomba mulai. Instruksi-instruksi kembali diberikan untuk memotivasi Angga agar bisa tampil prima. Nama Angga dipanggil dari loud speaker untuk mengikuti babak penyisian, tidak hanya hati Angga yang berdebar, Pak Nun ikut menahan napas, berharap bisa lolos ke babak berikutnya. Babak penyisihan dilalui dengan baik. Lega rasa di hati bisa masuk ke babak berikutnya. Masuk babak semifinal, Angga harus berjuang lebih keras lagi agar bisa masuk final, sebab lawan semakin berat. Kembali langkah perjuangan membuahkan hasil yang baik. “Kamu harus berjuang sampai titik darah penghabisan, selangkah lagi kemenangan ada di tangan kamu.” pesan Pak Nun sebelum Angga memasuki lapangan untuk mengikuti babak final. Dan hasilnya Angga menjadi juara 1, mewakili Kabupaten ke tingkat Propinsi. Memang perjuangan tidak mengkhianati hasil. Tak lupa Pak Nun dan Angga mengucap syukur atas prestasi yang sudah diraihnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat, Angga. Keren ceritanya

26 Mar
Balas

Terima kasih. Salam literasi

26 Mar



search

New Post