TEKA-TEKI
#tantanganmenulis ke 62
Keluarga. Kata banyak orang kata itu berarti tempat di mana kamu bisa pulang, mengistirahatkan rasa lelah, dan mencurahkan keluh kesah segala spesies masalah. Tapi ternyata keluarga juga bisa jungkir balik dari kata-kata orang itu. Termasuk menurut Pradipa, sosok yang menurut masyarakat setempat sangat baik. Sebagai tokoh masyarakat, Pradipa sangat mengayomi warga di desa tempat dia tinggal. Memiliki segalanya dari keluarga, harta, uang, semua dimiliki Pradipa. Sampai suatu kejadian yang membuatnya kalang kabut, tak pernah menyangka jika kejadian seperti itu bisa terjadi padanya.
Dia merasa dijebak, oleh keluarganya sendiri.
Bagaimana bisa Pradipa ini ditipu oleh saudaranya sendiri. Sosok keluarga yang begitu dia percaya. Sungguh, sebenarnya tak masuk di akal.
Semua ini imbas dari kebingungan kala itu.
Kakak Pradipa, Nayo menderita gagal ginjal. Dia sudah hampir satu tahun menderita penyakit itu. Bolak balik rumah sakit sudah menjadi aktivitas rutin sehari-hari. Nayo sudah kehabisan uang, dia bingung mencari uang untuk berobat ke mana.
"Aku sudah tidak punya uang, buk," Nayo mengeluh pada sang istri. Sudah terlalu bingung dengan penyakitnya yang tak kunjung sembuh. Rasa sakit karena tak bisa membayar uang lebih sakit daripada sakit yang dideranya kini.
"Ya mau bagaimana lagi bapak, ibuk juga sudah berusaha, keperluan adek juga masih banyak," keluhan sang istri juga diutarakan.
Nayo diam. Bingung harus melakukan apa.
"Minta bantuan Pradipa sana pak, pinjam sertifikat tanah supaya kita dapat pinjaman uang di bank. Lumayan kan rumah Pradipa ada indekosnya, pasti bisa jika berhutang banyak," usul istri Nayo sembari menidurkan anak yang tadi dalam gendongan. Itu si bungsu yang masih berumur dua tahun lebih delapan bulan.
Seperti mendapat pencerahan, tanpa berpikir dua kali Nayo mengindahkan saran dari istrinya. Pergilah ia ke rumah sang adik. Berbekal kisahnya yang pilu dan alasan jika menggadai sertifikat rumahnya sendiri akan hanya mendapat sedikit pinjaman itu Nayo membujuk sang adik untuk dapat memberikan sertifikat tanahnya.
Memang dasarnya Pradipa yang tidak pernah tega dengan orang lain, setelah bertimbangan sebentar, Pradipa menyerahkan sertifikat itu dengan perjanjian jika Nayo harus segera melunasi hutangnya di bank nanti. Tentu saja, Nayo menyanggupi.
Sertifikat tanah sudah Nayo pegang. Berangkatlah dia meminjam di bank. Tanpa tahu jika hal itu adalah awal mula semua sumber masalah yang menimpa keluarganya.
Waktu berlalu tanpa tahu apa yang terlewati. Nayo telah menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit setelah berjuang melawan penyakit. Nayo sudah tidak menderita, Nayo sudah tenang di sisinya. Meninggalnya Nayo membuat Pradipa yang terkena imbasnya.
"Bukannya jika telah meninggal hutang akan dianggap selesai?" Pertanyaan Pradipa yang tidak akan pernah terjawab karena bank telah melakukan eksekusi terhadap lahan rumahnya.
"Mohon untuk mengosongkan rumah ini segera mungkin!" Teriak polisi itu kali pertama dilakukannya eksekusi dari satpol PP yang membuat para penghuni indekos kalang kabut.
Satpol PP memberikan selembar kertas yang berisi pemberitahuan jika Pradipa harus menghadiri rapat eksekusi untuk merencanakan tanggal eksekusi yang tepat. Pradipa menghendaki untuk datang. Bernegoisasi dan meminta keringanan untuk dia dapat membayar kembali rumahnya sampai Oktober telah disetujui.
Ketenangan untuk sementara dapat digenggam.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap, ketenangan sementara sebagai pelipur lara. lanjut pak is, sehat dan semangat selalu
Terima kasih, sehat selalu
Waduh, karena tak tega malah jadi bencana. Smg segera lunas hutangnya.
Terima kasih, sehat selalu
Cerita kehidupan yang keren mas. Lanjutkan dengan karya berikutnya agar terwujud buku tunggal. Terimakasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS.
Terima kasih, P. Sriyono, semoga sehat selalu
Cerpennya keren pak ... Salam Literasi.mungkn tertarik menulis Antologi kisah literasi sekolah Pak....saya mengundang bapak dalam menulis buku antologi....ini linknya.https://hariyanto112109.gurusiana.id/article/2021/04/buku-dan-karyaku-maret-2021-1232649?bima_access_status
Iya terima kasih atas undangannya
Niat menolong ... malah kena todong nih ... Kasihan Pradipa. Semoga Pradipa tetap sabar menjalaninya. Salam sukses, Pak.
Terima kasih. Semoga sehat selalu
Ceritanya menarik Pak Is, sementara Pradipta bisa tenang, salam sukses selalu
Terima kasih, sekses selalu
sudah takdir ya pak, niatnya menolong kakaknya malah jadi kena musibah rumah mo disita. Keren... mantul ceritanya..
Iya betul bu, terima kasih, semoga sehat selalu
Cerpen yang menarik pak. Sukses slalu
Terima kasih, sehat selalu