AUDKU SAYANG

AUD atau anak usia dini yang biasa kita pakai untuk istilah anak-anak usia 0-6 tahun. Kita sebagai pendidik taman kanak-kanak tentulah paham dengan ini.

Anak-anak adalah anugerah Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, yang diberi keistimewaan dengan keunikannya. Masing-masing anak adalah berbeda. Tidak bisa dibanding-bandingkan dengan anak yang lain, meskipun satu Rahim, kembar sekalipun. Entah itu cantiknya, gantengnya, luwesnya, rambutnya, bagian bagian fisik apalagi kepintaran dan pola pikir mereka. NO!

Bermula dari seorang ibu yang marah-marah karena dari keempat anaknya, satu diantara mereka Allah beri keistimewaan, mengapa istimewa? Karena lain dari tiga saudaranya. Allah memberinya anugrah keterlambatan belajar. Kata kerennya “loli, lodingnya lama”. Si anak tidak naik kelas dikarenakan tidak dapat membaca. Tidak dapat membaca di kelas dua SD. Panik. Sang ibu panik. “Ini kesalahan waktu TK Bu, anak tidak dapat membaca dibiarin, ibu gurunya kurang gereget, kurang pandai ngajari anak-anak”. Sambil menghela napas sang ibu melanjutkan katanya, “Padahal ketiga saudaranya pinter Bu, si sulung juara, yang nomor dua pandai berolah raga, ini adiknya sama ibu kan, di TK Ibu, sepertinya tidak ada masalahkan bu?”

Saya heran saja, anak tidak dapat membaca di kelas dua SD, mengapa yang disalahin guru TK ya, beruntung bukan di TK saya anak ibu itu sekolah. Ini pikiran fitrah kan? beruntung. Tapi yang jelas saya prihatin dengan anak ibu itu.

Ada apa dengan Guru TK? Begitu besar tumpuan dan harapan orang tua kepada makhluk yang namanya guru TK. Guru TK yang hanya bertemu dengan anak-anak yang cantik molek itu sekitar 3 jam saja di sekolah. Harus mengerjakan tugas yang dibebankan para orang tua. Anak harus dapat membaca. Alamak, akhirnya saya balik bertanya dengan sang ibu tersebut,” Mama X, maaf dulu pernah TK nggak?” “pernahlah bu, dua tahun malah,” jawabnya.”bisa baca saat TK?” saya balik bertanya lagi.” Saya bisa baca kelas dua SD Bu, tapi itukan jaman dulu Bu, sekarangkan beda, tuntutan jaman lo, jaman komputer gini” timpalnya.

Jaman digital sekarang apakah jaminan anak dini harus sudah bisa baca di TK? Eit, nanti dulu. Bisa baca model mana dulu, guru TK kan kalah akal mengajari anak membaca sesuai usianya. Takkanlah mungkin anak dini diajarin macam baca Koran, baca novel atau bacaan tulisan panjang. Guru TK hanya mengenalkan huruf dan angka dengan bermain, bernyanyi dan bercerita. Alat peraga sekolah takkan pernah sepi, lihatlah kartu huruf, kartu kata, kartu gambar, kalender, gantungan dah macam pasar seken saja, andai tak ditata rapi dan tertata rapi.

Andai ada anak yang pandai baca di usia dini, jelas juga karena orang tua di rumah menyambut pembelajaran di sekolah. Kemauan anak satu sama lain tidak sama.Kita para orang tua, guru dan orang tua murid bertugas mencari bakat mana yang lebih dominan muncul pada anak.

Ingat, anak itu unik. Kita juga unik meskipun sudah mama-mama, tak percaya? Coba suami kita membandingkan kita dengan wanita lain hehehe. Pasti ngamuk kan ? Tuhan Allah Yang Maha Bijaksana mempunyai maksud yang kita dapat ambil hikmahnya. Satu contoh, sidik jari kita guru anak usia dini, insyaaallah terjaga dari perbuatan maksiat. Kitalah pena kedua setelah orang tua di rumah. Lain dengan yang di luaran sana. GR ? boleh banget.

===penulis adalah peserta bimtek menulis batam, tahun 2017===