Diam itu bukan berarti bodoh dan diam itu bukan berarti tidak mau melawan. Cobalah membiasakan diri untuk berempati dalam menangani semua masalah terutama mengenal karakter orang.

Haaahhh..., Ilmu pun tak berguna untuk hal ini, tumpukan ijazah banyak S atau M percuma saja. Sepertinya menjadi hal yang biasa dan karena telah terbiasa menyelesaikannya dengan buku-buku yang menurutmu benar dan tak bisa di ganggu gugat.

Pertama, kenali dulu seseorang itu seperti apa. Tanpa berkomentar pastinya. Jng pernah mencoba menjudge seseorang yang kamu sama sekali tak tahu menahu apa yang dia alami dalam perjalanan hidupnya.

Berkoar mengenal dan paham agama, akan tetapi dirimu sama sekali nol besar tentang perjalanan hidup.

Kehidupan yang dilalui.. tahukah kamu.. ?, Hanya mendengar dari mulut satu orang, kedua orang, ketiga orang dan pada akhirnya dari beribu-ribu orang bahkan lebih lalu kamu bisa menyimpulkannya sesingkat itu.

Ha... Ha... Ha.. lucu sekali lelucon yang kamu utarakan di depan orang banyak yang nyaris separuh lebih membenci dirinya. kemudian kau merasa puas tanpa ingin mengenal latar belakang dan segala alasan tingkah lakunya. Hmm.. buat apa juga menurutmu. Dirimu sudah merasa menjadi panutan bak nabi yang membawakan hidayah kepada khalayak ramai.

Pada akhirnya, tetap takdir dan skenario maha pencipta yang bisa membelalakkan matamu akan kepalsuan yang selalu kamu anggap seperti bak malaikat.

Yaaahhh.. menurutku sudah terlambat, bukannya setiap keputusan harus tetap dijalaninya. Beragam tuduhan yang kamu utarakan tanpa nurani telah membuatnya bermetamorfosis berubah dengan bentuk tak beraturan atau apalah itu tak berbentuk.

Siapa yang salah pada akhirnya..?

Kemudian pada akhirnya, karena aku tidak tahu, tak tahu menahu, tak tahu sama sekali.

Hidup ini penuh dengan lelucon, tetapi tak membuat tertawa.

menciptakan keputus asaan, dendam dan tamatnya pada bagian PSIKOPAT