BELAJAR SWASUNTING, YUK
"Tugas penulis itu menulis, tugas editor mengedit."
Kalimat Mas Eko Prasetyo, Pemred MediaGuru itu sangat lekat dalam ingatan saya. Saking lekatnya, bahkan saya selalu menyampaikan hal itu pada teman-teman guru penulis pemula. Pemikiran itu setidaknya akan membuat para guru penulis pemula bisa menulis dengan lancar tanpa dibebani ketakutan salah penulisan (ejaan).
Apakah dengan demikian seorang penulis tidak perlu menyunting (mengedit) tulisannya? Tentu tidak. Saat menulis, menulislah tanpa memikirkan kebenaran tata bahasa maupun kebenaran penuliannya. Setelah selesai, tentu Anda harus membacanya kembali. Memastikan bahwa semua ide dan gagasan Anda telah tertuang. Memastikan bahwa apa yang Anda tuliskan benar secara isi dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada saat itulah Anda bisa sambil melakukan swasunting (menyunting sendiri).
Bagaimanapun, tulisan yang minim kesalahan selain mempercepat kerja editor juga menjadi jaminan karya kita akan hadir sebagai karya yang bagus dan sempurna. Bukankah karya yang kita tulis itu akan menjadi "branding," diri kita? Jadi, sewajarnyalah kalau sejak awal kita pun berusaha menghasilkan karya sesempurna yang kita bisa.
Hindari Salah atau Kurang Huruf
Kesalahan paling banyak ditemui pada tulisan para guru penulis adalah kurang huruf atau salah huruf. Hal ini bisa saja terjadi karena kurang teliti, program otomatisasi di komputer, dan penggunaan menu replace all. Kekurangtelitian seringkali dilakukan para penulis. Misalnya kurang satu huruf atau salah satu huruf. Memang pembaca masih bisa menduga makna kata yang dimaksud dengan benar, tetapi hal ini sangat mengganggu kenikmatan baca.
Kealahan akibat otomatisasi komputer seringkali terjadi ketika penulis tidak memeriksa ulang tulisannya. Sebagai contoh kesalahan akibat program otomatisasi di komputer adalah penulisan kata "karena" yang seringkali akan menjadi Karen, "komputer," tercetak "computer", dan sebagainya.
Penggunaan menu replace + all juga seringkali membuat tulisan jadi kacau. Ambil contoh, ketika penulis mengganti kata ganti "aku," menjadi "saya." Dengan menu replace + all, semua kata "aku," akan menjadi saya. Bisakah Anda bayangkan ketika kata mengakui menjadi mengsayakan, melakukan menjadi melsayakan, dan sebagainya. Bahkan, editor MG pernah kelabakan gara-gara ada sebuah naskah yang banyak sekali memuat kata-kata aneh. Selidik punya selidik, diubrek-ubrek, bahkan sampai diskusi (yang tepat sih berbagi puyeng), ketemulah bahwa kata-kata aneh tersebut muncul karena penggunaan menu replace + all.
Solusinya? Sebelum mengirimkan naskah Anda, pastikan bahwa Anda telah membacanya dan pastikan bahwa kesalahan ejaan (penulisan kata) sudah minim.
Kata Depan di dan Imbuhan di-
Penggunaan kata depan "di," dan imbuhan "di-," juga paling sering dilakukan oleh penulis. Perhatikan perbedaan antara "di" sebagai kata depan dan "di-" sebagai imbuhan.
a. Kata depan "di" teretak di depan kata yang menunjukkan tempat dan waktu. Penulisannya harus dipisahkan.
b. "di-" sebagai imbuhan selalu diikuti kata kerja. Penulisannya harus digabung.
Perhatikan contoh kutipan berikut ini.
Wanita sering dikatakan mahluk yang lemah, namun jauh dibalik semua itu wanita sebenarnya adalah makhluk yang luar biasa. Ia di paksa tugas hidup untuk mampu menjalankan peran ganda didalam hidupnya. Sebagai istri, ibu, anak perempuan, saudara perempuan dan pegawai di sebuah instansi serta mahasiswi diperguruan tinggi.
Analisis: penulisan didalam, dibalik, di perguruan tinggi seharusnya dipiah karena setelah kata "di," menunjukkan tempat. Penulisan di paksa seharusnya dipaksa karena merupakan kata kerja.
Penulisan Kalimat langsung
Kalimat langsung adalah kalimat ujaran langsung yang diucapkan oleh seseorang. Dalam bahasa tulis, kalimat langsung ini ditulis dengan cara berikut.
1. Diapit oleh tanda kutip dua ("...") tanpa dipisah spasi.
2. Diawali dengan huruf kapital.
3. Letak tanda titik (.), koma (,), tanda seru (!), atau tanda tanya (?) adalah sebelum tanda kutip dua, bukan setelahnya.
Dalam kenyatannya, penulis seringkali melakukan kesalahan dalam menuliskan tanda titik. Kesalahannya adalah meletakkan tanda titik setelah tanda kutip. Perhatikan contoh berikut.
a. "Aku akan membeli buah itu sepulang kantor nanti". Seharusnya "Aku akan membeli buah itu sepulang kantor nanti."
b. "Sebaiknya kita diam dulu", nasihat ibu. Seharusnya "Sebaiknya kita diam dulu," nasihat ibu.
Nah, ternyata sangat mudah bukan untuk melakukan swasunting.
Tulisan ini saya persembahkan buat para editor MediaGuru: Mas Eko Prasetyo, Nining Suryaningsih,diriku sendiri, Khoen Anthy, Sri Subekti, Heru Widhi Handyani, Lilik Fatkhu Diniyah, Uzlifah Rusydiana, Joko Prasetyo, Vina Fitrini, Saiful Rahman, Khoirun Niak, Henny, Cucu, Yudi Aryanto, dan Ernaz Siswanto.
Mau kenal lebih dekat dengan mereka yang "gila," karena mau bekerja gila-gilaan menyempurnakan tulisn para guru penulis? Ubrek saja di FB atau akun Gurusiana mereka.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantab bana...Jadikan satu file ya teman-teman kalo kirim naskah dan harus lengkap biar cepet eksekusinya :)
hiks ... hiks ... bra ... v ... o
Selalu syahduuu bersama bundaku tercinta... baarokallaah bunda. Semoga sehat selalu...
Trimakasih bu isti..ilmu yang bermanfaat
Mantap!!! Tlg kasih tau juga kalo anskah pdf itu HARUS dicek sama penulis. Kalo ada yg kurang sreg direvisi sendiri, bkn menuntut kesempurnaan editor. Hihihi jd curhat
Lha kan sudaaaaaaaaaaaaaaah. Sudah dua kali saya nulis tentang proofreading, kan?
Thank's informasi nya bunda... Salam sm sekuruh editor MG yang luar biasa... Mengedit naskah kami sehingga butuh bodrex setelah mengedit..
Oyee, kelengkapan naskah juga harus dicek dan ricek. Kata pengantar, daftar isi, profil, dan sinopsis seringkali ketinggalan. Btw. Mantap jiwa, mami Istiqomah.
Mantap! Trimakasih Bunda! Pekerjaan swasunting, kadang2 malas! Siiip, penyemangat untuk terus belajar.
Mantap kaleee, bakalan dapat japrian dan teman yang banyak, nih! By the way bus way, ini tulisan terkeren yang aku pernah baca. Syahduuuuuu sekaliiii....
Mantap kaleee, bakalan dapat japrian dan teman yang banyak, nih! By the way bus way, ini tulisan terkeren yang aku pernah baca. Syahduuuuuu sekaliiii....
Super sekali, buk masukannya.....sangat berharga
Terima kasih, Ibu. Sangat membantu sekali...
Terima kasih Ibu Istiqomah,sangat bermanfaat dan berguna sekali untuk penulis,untuk pembelajaran di sekolahku
Makasih panduannya buk
Tq bu isti.... Love u so much...... Mg tetep sehat n kuat melayani kami guru penulis pemula yg konsultasi lewat wa (alumni mwc 3 Bukit Tinggi)
Terimakasih ibu...ini sangat bermanfaat utk say
Penulis yang editor perlu motivator dan evaluator. Tanpa itu tidak akan tersohor. Peran pembaca mula (keluarga teman, anak didik) juga perlu untuk provokator
baru saya mengerti kesalahan saya selama ini, mksh bu isti
baru saya mengerti kesalahan saya selama ini, mksh bu isti