Di Sini Saya Merasa Sedih
Ini untuk kedua kalinya kualami hal mengenaskan ini. Saat mengedit naskah, ada kesalahan fatal yang harus diubah oleh penulisnya. Maka saya kembalikan naskah itu. Saya beri tanda dengan bold warna kuning seperti biasanya.
Saya kembalikan naskah, yang belum di-lay out itu, dengan catatan singkat, insyaallah cukup jelas.
"Bapak, tolong teks yang saya warnai kuning itu dibenahi. Beberapa kalimat tidak jelas maksudnya."
Begitulah, akhirnya naskah itu kembali setelah beberapa hari. Alhamdulillah. Saya cek pada halaman yang kemarin saya tandai.
Wait. Tunggu dulu. Kok...! Jumlah halaman nambah? Kok kata 'tanggung jawab' yang sudah kupisah jadi gabung lagi? Kok .... Lho ... lho piye ikiiiiiii? Naskah yang sudah kuedit balik lagi ke semula, itu pun ada tambahan halaman.
Sungguh, saya nggak sanggup nahan rasa "gelo", begitu orang Jawa bilang. Saya pun tak sanggup menahan perasaan saya. Saya pun nangis tersedu-sedu. Saya sungguh tidak tahu harus bagaimana. Rasanya, sia-sia saya mengedit naskah 200-an halaman itu.
Ini yang kedua kalinya kualami. Kejadian pertama terjadi sekitar awal 2018. Waktu itu naskah itu sudah dilay out. Saat proofreading penulis minta untuk mengedit langsung lay out word-nya. Oke, disetujui. Penulis pun diberi lay out word. Saya pikir penulis ngerti dan tak akan menambah naskah. begitulah saat naskah dikembalikan lagi pada saya, saya shock berat. Lay out-an naskah berbentuk word yang tadinya hanya 68 halaman menjadi 135 halaman. Parahnya, tambahan maupun hasil editan saya tak ada bedanya. Artinya, sebagai editor saya harus mengedit ulang naskah itu karena tidak ada beda antara yang sudah diedit dengan yang baru ia ditambahkan.
Di sini saya merasa sedih. Hiks ....
Tisuuuuuuuu mana?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Huaaa, saya membayangkannya saja tidak sanggupStok sabar para editor Media Guru itu harus ekstra banyak
Pembelajaran buat saya yang belum pernah mengirimkan naskah
Wih, segitunya yaaa bu..
Hmmm, gemes ya bunda. Smg sll sabar dan sehat.
Sabar ya Bunda..ga usah pake tisu. Aku peluk aja ya...
Sabar tanpa batas
Nggak pakai bodrek dua Bun?
Sini peluk, Bunda...
Sini... Dihapus airmatanya
Semoga tetap sehat dan semangat Bunda, jangan bersedih Bunda
Sesak
yang sabar ya Bund
Kesabaran editor memang luar biasa. Sebaiknya penulis dikasih tahu aturan mainnya. Jangan bikin editor kerja dua kali. Sehat tetus ya, Bucan!
Sabar bun
Semoga Allah beri kesabaran lebih ya Bunda
Suka duka editor....
Sabar Bu...
Jadi editor juga bisa jadi cara diet yang ampuh, Bunda.
Hehehe, tidak bisa membayangkan, semoga semangattttt ibuu
Wah saya jadi deg-degan, Bu. Mau ngirim naskah nanti bikin editor mumet dan nangis, huaaaa, saya nangis duluan wis
Wah saya jadi deg-degan, Bu. Mau ngirim naskah nanti bikin editor mumet dan nangis, huaaa, saya tak nangis duluan
Beda kasus Ibuuuuu. Lha ini sudah diedit dibalikin lagi ke yang semula, dibalikin ke yg salah lagi. hehehehe.
Tissue masih ada bun di toko, belum diborong habis. Sehat selalu ya bun
Ya, Allah, pasti nyesek banget, kerja keras sia2 tak berbekas. Semoga Para editor diberikan kesabaran.
Wealah, saya kira buku mewek2nya bu isti. Smg aku penulis pemula yg ndak bandel spt yang lain.
mungkin bunda lelah perlu istirahat dan refreshing kayaknya hehehehe
Berat banget jadi editor ya Bu
Sabar, Bunda
waduh ikut nangis bun
Sing sabar ya Bunda
Ooh... ini yg menyebabkan Bunda Isti td pagi menangis tersedu-sedu... jangan2 penulis naskah nggak tahu aturan mainnya Bun... lain kali pas plthn menulis diingatkan aja Bun... jangan sampai editor kerja dual kali... bener gak Bun... ?
Saya pernah melakukan hal itu bunda, Berarti tidak boleh terulang lagi yaa, bunda....
Bunda...beratnya yg jadi editor itu ya..harus menahan amarah, kesal dan capek..tp saya yakin, ditangan bunda tulisan itu menjadi oke..dengan catatan penulis juga harus paham maksud bunda
Kalau naskah dikembalikan mungkin dikasih tulisan yang besar banget bun..DIEDIT YANG BERSTABILO SAJA YA...JANGAN MERUBAH YANG LAIN. KALAU TIDAK....? NASKAH EDIT SENDIRI!!!! (hehe..kok jadi galak ya)Semoga bunda selalu diberi kesehatan.....amin
Seandainya bisa begitu, ya
jiyah..untung editor seniornya wonder woman..
Semangaat bu editor
Yaa, Alloh pekerjaan dengan tingkat kesabaran yang luar biasa. Semoga Alloh selalu melimpahkan kesehatan, kesabaran, kemudahan buat Bunda Semangat Bu
Beh.. Bgitu ya..
Kacian,,sedih sekali,,tak antar tisunya
Hapus air mata bunda ada hikmah dibalik semua...hhha
Hnn terharu jadinya ,,, sabar dan smangat ya ibu
Ala bisa karena biasa. Lha, gak mau ngubah yang harus diedit, kapan benarnya tulusannya?
Semangat bunda Isti menjadi pemacu kami semua untuk bisa lebih jeli lagi dalam menulis dan ke depan para penulis ini bisa menghasilkan karya yang lebih baik, lebih meringankan para editor dan lebih banyak lagi dalam memberi ilmu pada kami semua
Sabar tingkat dewa ya bu
Ya, semua mengalaminya Bun yang sabar ya Bun Insyaallah Allah menolong kita semua Amin YRA
SEMUA???? What do you mean?