Gusti ....
Gusti, kepada siapa lagi
harus kutitipkan pengharapan
saat benar dan sesat saling bersiasat
diteriakkan sebagai amanat
membungkus hasrat dan khianat.
Gusti, tetapkan kami dalam iman
saat ketidakjujuran berhamburan
memanen ketidakpercayaan dan keputusasaan
mengantar kami satu-satu
kembali pada-Mu.
Gusti, sesak dada kami
serak suara kami
berderak-derak langkah kami, gontai
tak mengerti
yang mana harus kami percayai.
Gusti, bila pun padam segala cahaya
tetapkan di hati kami
hidayah-Mu jadi suluh
agar tak goyah langkah kami
tak sia-sia dan hina nanti
saat harus kembali.
Gusti, ketika tak ada lagi
tangan untuk berpegangan
cahaya untuk melangkah
dan lelah erat membungkam
hanya pada-Mu kami berpasrah.
Gusti ....
hanya Engkau yang mengerti
teriakan diam kami
dalam hati yang tersakiti.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Amiiin
Amin ya rab
Aamiin
Amin.Sesak dan haru hati ini.Terima kasih, Ibu.Sukses dan sehat sellalu
Keren bun...Sehat selalu ya bun..barakallah
Bunda, besok saya akan nulis puisi lagi. Akan saya terapkan hasil diskusi seharian ini. Semoga Bunda Isti berkenan mengupasnya seperti hari ini.
Astaghfirullah wa atuubu ilaih
Duh Gusti... Allahu Robbi... Puisi yang kereeeen banget, ajari bikin puisi bu, daku tak pandai berpuisi
Bunda jangan putus asa, sukses selalu Bun.
Lope, Buund