Hobi Baru, Berburu Inspirasi
Masa WfH yang panjang diakui atau tidak mulai menimbulkan kejenuhan. Pun bagi saya.
Rutinitas membimbing teman-teman guru menulis, mengedit naskah teman-teman penulis yang biasanya jadi 'selingan menyenangkan' di sela aktivitas rutin sebagai ASN, tiba-tiba malah menjadi pekerjaan utama. Hukum alam pun berlaku. Pekerjaan rutin dengan segala tanggung jawab dan tekanan bisa menimbulkan dampak psikologis, baik positif maupun negatif.
Bicara dampak negatifnya ternyata waktu tidur saya jadi berkurang. Apalagi banyak peserta kelas pelatihan mengubah KTI jadi buku ilmiah populer yangyhebat-hebat. Wah! Terus terang pesertanya adalah orang-orang hebat. Bayangkan, mereka adalah orang-orang yang sudah punya karya luar biasa. Banyak yang bergelar doktor. Profesinya pun beragam. Dari guru (PAUD sampai SMA), kepala sekolah, pengawas, dosen, dokter, widyaiswara (gak cuma Kemendikbud, ada juga dari Depdagri), Polisi, TNI, bahkan mahasiswa pascasarjana. Di antara mereka ada yang pernah jadi guru berprestasi nasional dan jawara berbagai lomba elit di tingkat nasional. Bedanya dengan kelas menulis tatap muka hanyalah belum ada birokrat seperti kepala dinas pendidikan, kepala kantor Kemenag kota/kabupaten, dan camat.
Bisa dibayangkan beratnya menjawab pertanyaan-pertanyaan berbobot mereka. Luar biasa semangat belajar dan berkarya mereka. Munafik kalau saya bilang saya stress. Hehehe. Saya sangat bersyukur. Media Guru mendapat kepercayaan yang luar biasa. Masalahnya, ketika beliau-beliau bersemangat, saya pun jadi lebih bersemangat.Dengan semangat kesebelasan, 2 X 45 menit, saya dan Mbak Pipit melayani konsultasi.
Karena terlalu semangat inilah, otak saya pun sampai pada titik jenuh. Saya mencoba merefresh dengan menonton drama Korea (drakor). Kesukaan saya yang baru mulai Ramadhan tahun lalu. Ternyata saya tidak menemukan lagi drakor yang menarik. Mengapa? Semua drakor kerajaan sepertinya sudah habis saya tonton. Drakor tema lainnya, saya tak suka.
Okelah. Saya harus mencari sesuatu untuk tetap membuat otak saya fresh dan hati saya bahagia. Saya coba membaca koleksi novel terjemahan yang belum sempat saya baca. Nyatanya, baru dapat belasan halaman, saya sudah tak berminat membacanya.
Iseng-iseng saya pun searching ke YouTube. Barangkali ada yang menarik. Lalu saya pun terjebak pada video-video masakan. Dari jajanan rumahan sampai menu restoran. Beberapa saya coba. Ada yang berhasil, ada juga yang gagal. Setelah gagal mengeksekusi resep kue, saya pun digodain suami dan anak-anak.
"Sudah dibilang, lebih baik beli aja masih ngotot. Beli lebih murah. Gak perlu capek. Pasti enak!"
Yaaaah .... Mereka sama sekali tidak support. Padahal, kadang kala saya berimajinasi suatu saat ingin punya usaha kuliner. Entah makanan apa. Namanya juga baru berimajinasi. Bukan obsesi.
Akhirnya, pengembaraan saya sampai di YouTube pun sampai ke pertanian. Ya, saya mulai menyimak video petanian organik, hidroponik dari menanam cabe, tomat, sawi, dan banyak lainnya. Semua seolah mengingatkan kembali masa-masa tiga tahun lalu saat saya begitu senang menanam sayuran secara organik.
Kini, di masa WfH ini keinginan untuk bertanam kembali muncul lagi. Namun, saya harus mengutamakan hal yang lebih penting dari pada berburu kesenangan sesaat. Keinginan menanam di pot atau polibag harus ditunda dulu. Nunggu situasi membaik untuk membeli media tanamnya. Cukuplah bertanam langsung di sepetak lahan sempit di halaman belakang. Kini, kangkung, bayam, kemangi, daun bawang, bawang merah, bayam merah sudah mulai bersemi.
Semoga pandemi Covid-19 segera usai dan mimpi untuk bertanam cabai akan tercapai. Paling tidak saat ini dapat mengembangkan hobi baru, nonton Youtube bercocok tanam tidak di sawah/ladang, dan memanen inspirasi dan harapan.
Sebuah gaya baru menuntut ilmu. Gaya saya. Bagaimana dengan Anda?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bunda hebat...
Hmm..kebiasaan menanam itu, saya banget. Saya akui, lelah mata di hadapan laptop dan Ipad bisa diobati oleh hijaunya dedaunan. Mata terobati, inspirasi meruah lagi. Sukses dan sehat selalu, Bunda.
Sama bunda...aku juga kalo sudah jenuh...aku ke kebun bantu suami urus tanaman cabe terong tomat yang mulai bersemi
Betul sekali, Bunda. Seringkali kita berada pada titik kejenuhan karena rutinitas kita sehingga perlu refresh lagi hal-hal yang dapat mencairkannya. Misalnya: Berkebun, bernyanyi/berdendang, memasak dan lain sebagainya.
Yess
Sama, Bunda...Ngurusin tanaman sangat menyenangkan.
Masyaallah cabenya . Menyenangkan sekali bisa bekebon !
Alinea ketiga ada yang janggal bunda
Saya cek
Kalau menanamnya berhasil kembali, berarti tangan Bu Isti adem bisa buat bercocok tanam wkwkwk. Sehat selalu Bu is
Semoga ya Bu
Luar bissa ibu. Saya malah mati gaya bu hehehe
Wah bener2 hebat bunda
Keren bun....
Bertangan dingin ya bu Isti.. ikutan dong panennya..
Ayuuk
Aku suka, bagi dong?
Mantap bu selama WfH ada inspirasi baru yang sangat bermanfaat. Smoga Covid -19 cepat berlalu.
Amiin.
MasyaAllah luar biasa Bunda Istiqomah sangat menginspirasi.
semangat ibu. keren, hobi barunya
Benar ibu....karya yg memotivasi