Maaf. hanya kata itu yang dapat saya sampaikan saat saya terpaksa undur diri, tidak dapat membersamai teman-teman guru penulis dalam webinar "Rahasia Best Seller Buku Indie", Ahad 22 November 2020. Jauh-jauh hari saya sudah minta agar kegiatannya dilakukan pada hari libur agar tidak bentrok dengan tugas dinas. Maklum, akhir tahun biasanya kegiatan padat merayap.

Qodarullah, pada hari yang sama, saya harus mengikuti rapat pleno penentuan 22 besar (atau finalis) dalam SAYEMBARA VIDEO DIKDAS yang diadakan oleh GTK Dikdas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka Hari Guru 2020. Alhamdulillah, saya dipercaya menjadi salah satu jurinya.

Bagi saya, setiap buku yang ditulis dari kebeningan hati, dengan niat tulus untuk berbagi, berpotensi menjadi buku best seller. Kalau pun tidak best seller ya laris manis terjual, melebihi biaya produksinya. Semua penulis pun bisa mewujudkannya. Bagaimana caranya?

Izinkan saya berbagi pengalaman saya mengapa buku-buku saya terbitan MediaGuru begitu laris manis.

Tulislah yang DICARI Pembaca

Salah besar bila beranggapan bahwa buku-buku saya laris manis karena saya salah satu trainer atau editor di Media Guru. Benar memang posisi saya sebagai trainer dan editor MediaGuru menjadi salah satu nilai plus yang akan mendongkrak penjualan buku-buku saya. Apalagi profesi saya sebagai seorang Widyaiswara membuat sebagian guru (seperti pengalaman saya saat menjadi guru) menjadi salah satu narasumber yang diharapkan dapat membagikan hal-hal baru dan benar tentang dunia pendidikan dan pembelajaran.

Namun, itu semua tidak menjamin bahwa buku-buku yang saya tulis semua terjual ribuan eksemplar. Tidak. Ambil contoh buku kumpulan puisi saya PANASEA. Sebagian cerpen dalam buku ini saya ambil dari cerpen yang pernah dimuat di majalah-majalah remaja seperti Hai dan Story. (Zaman masih muda .... heheheh dan masih jadi guru SMA, saya suka menulis dan mengirim cerpen ke majalah remaja), nyatanya tidak selaris manis buku-buku pendidikan yang saya tulis. Pun begitu dengan kumpulan puisi Monolog Rindu. Kedua buku terjual tidak lebih dari 200 eksemplar sejak 2018, Heheheh. Why? Sabar, jawabannya ada di bawah.

Ini tentu berbeda dengan buku-buku pendidikan yang saya tulis sebelumnya. Madrasah Terbaik Itu, Ibu misalnya. Alhamdulillah, terjual lebih dari 5000 eksemplar. tentu dapat dibayangkan berapa ratus juta rupiah yang dapat saya kantongi dari buku ukuran A5 ini. Apa istimewanya buku ini?

Alasan buku ini bisa laris manis seperti kacang goreng, insyaallah buku best seller pertama di media Guru mirip-mirip dengan alasan mengapa buku Ibu Yunita Kwartani dan Bu Lilik Fatchu Diniyah laris manis. Apa itu? Menyentuh hati pembaca, berkaitan dengan kehidupan para pembaca, dan dibutuhkan oleh pembaca untuk mencari inspirasi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Menurut saya itu alasannya. Banyak pembaca, terutama ibu-ibu, mengaku baper. Ikut menangis. Seolah merasakan sendiri kisah-kisah inspiratif yang saya tuliskan dalam Madrasah terbaik Itu, Ibu. Sebagai seorang ibu dengan 4 orang anak, dua orang di antaranya sudah beranjak dewasa, pengalaman mendidik anak dan menghikmati apa yang sebenarnya telah saya lakukan dan saya alami, tentu bermanfaat bagi para ibu muda maupun calon ibu. Tentu saja, bukan sekadar kisahnya karena di dalam buku itu, kisah-kisah inspiratif yang mengurai problem dengan solusinya itu juga saya analisis dari sudut pandang psikologi dan parenting islami.

Ada satu cara penulisan yang sedikit berbeda yang saya coba terapkan dalam buku ini. Apa itu? Dalam bukup-buku inspirasi atau motivasi, umumnya disisipkan cerita inspiratif yang singkat. Tidak detail. Dalam buku saya, kisah inspiratif justru saya jadikan 'pemikat'. Sengaja saya tulis detail termasuk kondisi psikologis pelakonnya. Harapannya, pembaca dapat membayangkan bahkan seperti merasakan sendiri situasi yang dialami para tokohnya. (Menurut pikiran saya, situasi seperti itu pun dialami oleh banyak ibu).

Tulislah yang DIBUTUHKAN Pembaca

Sejatinya, yang dicari dan yang dibutuhkan itu hampir sama, tetapi tetap beda. Sesuatu yang dicari, pasti dibutuhkan. Sebaliknya, sesuatu yang dibutuhkan pasti dicari. Ada bedanya. Buku jenis ini biasanya gak selalu dicari dalam artian dibeli. Pembaca atau calon pembaca tidak merasa harus membeli, yang penting dia dapat membacanya. Misalnya dengan membaca di perpustakaan atau pinjam temannya. Konsep, trik, dan materi yang tersaji dalam buku tersebut lalu diterapkannya. Setelah itu, pembaca merasa tidak perlu lagi membaca buku tersebut. Meski bagi pemula, terkadang ia harus membaca ulang buku tersebut.

Kebatinannya jelas berbeda dengan buku Madrasah Terbaik Itu Ibu. Mengapa? Buku ini dapat dan tetap nikmat dibaca berulang, diresapi berkali-kali. Bahkan, berkali-kali membaca masih juga tersentuh dan terpaksa mengusap air mata. Nah, kalau buku-buku Pembelajaran dan Penilaian Higher Order Thinking Skills, Cerdas Berkarya, dan Taktis Menulis Best Practice, jelas berbeda.

Ketiga buku terakhir ini jenis buku aplikatif. Buku yang dicari dan dibutuhkan pembacanya untuk diterapkannya. Buku ini, insyaallah laris karena sangat dibutuhkan oleh pembaca. Terkadang, awalnya mereka tidak mencari, tetapi saat membaca judulnya, membaca reviewnya, membaca sinopsisnya, bahkan menyimak tuturan teman yang sudah memanfaatkan buku-buku ini, jadi tertarik untuk membeli buku-buku tersebut.

Buku Pembelajaran dan Penilaian Higher Order Thinking Skills tetap laris manis meski program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) Kemendikbud sudah diganti program baru lainnya. Memang, saat awal buku tersebut terbit sedang gencar pelatihan PKP. Para guru, terutama yang tidak beruntung mendapat kesempatan mengikuti pelatihannya, tentu sedang sangat butuh pemahaman tentang pembelajaran dan penilaian HOTS. Jadi, laris manislah buku ini. Namun, saat program PKP berlalu, buku ini alhamdulillah tetap laris. Insyaallah segera menyusul buku Madrasah Terbaik Itu Ibu.

Mengapa begitu? Karena apa yang tersaji dalam buku itu masih tetap sesuai dengan pembelajaran saat ini. Pembelajaran dan penilaian HOTS, termasuk model-model pembelajaran di dalam buku ini, tetap relevan untuk pembelajaran abad XXI. Tak hanya dalam menyiapkan pembelajaran, tetapi juga menginspirasi dan dapat dijadikan referensi saat menulis karya tulis ilmiah seperti skripsi, tesis, dan penelitian tindakan kelas (PTK).

Lain lagi dengan buku Cerdas Berkarya. Buku yang dibutuhkan banyak orang ini laris manis, sudah cetak 4 kali sejak Oktober 2018 karena dibutuhkan orang. Mungkin buku pertama yang mengulas bagaimana trik mengubah KTI jadi buku ilmiah populer. Ada tiga bab besar dalam buku ini. Bab pertama mengupas bagaimana trik menuyusun penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilengkapi dengan contoh lengkap PTK. Bab kedua berisi cara menulis artikel ilmiah dari laporan hasil penelitian yang dilengkapi dengan contoh nyata artikel ilmiah hasil pengubahan laporan PTK yang telah disajikan pada bab pertama. Bab tiga membahas bagaimana cara mengubah KTI menjadi buku disertai contohnya. Meski contoh dalam buku ini diangkat dari PTK, tetapi trik yang disajikan dalam buku itu dapat diterapkan untuk mengubah semua jenis KTI menjadi buku ilmiah populer.

Jadilah buku Cerdas Berkarya sebagai buku yang dibutuhkan. Ada yang mencari karena butuh, lalu tahu buku saya, maka ia membelinya. Ada yang tadinya tidak mencari, lalu membaca, mendengar, atau melihat buku saya jadi tergerak membelinya. Ada yang ikut pelatihan bagaimana mengubah KTI jadi buku, lalu membelinya. Alhamdulillah. Niat saya untuk menginspirasi banyak pihak agar menulis, agar memublikasikan temuan-temuannya, hasil kerja kerasnya, dibalas oleh Allah, dimudahkan oleh Allah dengan banyak jalan.

Tak hanya guru yang ingin menulis buku, beberapa trainer pelatihan menulis, pemilik penerbitan indie pun membeli buku Cerdas Berkarya. Mereka menjadikan buku saya sebagai rujukan. Bahkan, ada pengurus sebuah organisasi profesi yang membeli 120 eksemplar dan digunakan dalam pelatihan menulis.

Terakhir, buku Taktis Menulis Best Practice. Cetakan pertama buku ini minggu pertama bulan September 2020 langsung ludes dalam tiga minggu. Alhamdulillah. Awal tahun 2021 sepertinya harus bersiap cetak ketiga. Meski di Media Guru Indonesia saya tidak pegang kelas BP, tetapi buku-buku saya tetap laris manis. Keseharian saya sebagai seorang Widyaiswara memang tak bisa lepas dari pelatihan guru, termasuk melatih guru dalam menulis karya ilmiah.

Berbeda dengan buku sejenis yang biasanya ditulis oleh para jawara jebolan lomba nulis best practice baik tingkat lokal maupun nasional, buku saya menawarkan hal lain. Semua guru, semua GTK meski belum mempunyai predikat berprestasi atau mau ikut lomba, BISA MENULIS BEST PRACTICE. Sebuah angin segar yang sengaja saya tawarkan. Semua guru dan GTK dapat menulis best practice dan mengajukannya dalam penilaian angka kredit (PAK).

Lagi-lagi buku ini pun dibutuhkan orang. Tidak hanya dicari. Mereka yang mencari saat ketemu buku saya insyaallah pasti beli. Mereka yang tadinya tidak mencari, lalu nemu sinopsis atau review buku ini, atau mendengar dari temannya yang berhasil menulis best practice setelah membaca buku saya, jadi tertarik. Mereka membeli buku saya karena membutuhkannya.

Nah, dua hal ini ternyata menjadi satu kata kunci yang membuat buku-buku pendidikan yang saya tulis secara indi di mediaGuru laris manis. Pembelinya tidak hanya anggota MediaGuru, peserta pelathan MediaGuru. Kok bisa? Jelas bisa. Tulis saja review atau apa saja tentang buku kita di blog Gurusiana. Saat pengguna internet menuliskan kata kunci terkait dengan buku yang kita tulis, mesin pencari insyaallah akan mengarahkan pada tulisan tentang buku kita. Karenanya, jangan ragu mempromosikan buku-buku yang kita tulis di blog atau sosial media. Keduanya adalah lapak dagangan kita. Panasea dan Monolog Rindu memang nyaris saya lupakan. Tidak saya promokan maupun saya tulis reviwnya di Gurusiana. Tentu saja penjualannya pun bedaaaaa banget dengan buku-buku pendidikan yang memang sengaja saya promosikan.

Masih Banyak Trik Lain

Yang takkkalah penting adalah meluruskan niat. Saat mulai menuliskan buku-buku saya, saya selalu memohon pada Allah SWT agar apa yang saya tulis bermanfaat dan menginspirasi banyak orang. Di luar sana, masih banyak guru atau yang lainnya yang bingung bagaimana menulis, baik karya tulis maupun mengubah karya tulisnya menjadi buku. Tak semua mereka dapat bertatap muka atau bertatap maya mengikuti pelatihan dengan saya. Buku-buku saya dapat menggantikan kehadiran saya.

Satu lagi, BONUS. Bonus bagi pembeli buku kita juga penting. Bonus itu bisa saja diskon untuk pembelian sejumlah buku atau free ongkir. Yang tak kalah menarik juga bonus pelatihan. Beberapa kelompok MGMP yang membeli buku saya secara kolektif saya beri pelatihan 2 X 45 menit di kelas online. Alhamdulillah, ini pun turut membantu meningkatkan penjualan buku-buku saya.

Ternyata sudah siang ya. Saya belum mandi dan belum sarapan. Tugas sudah menanti. Lain waktu kita sambung lagi ya.

Oh iya, yang tertarik dengan buku-buku saya, kontak via WA di 081334231701.