106 - PENGAKUAN ( 10 )
Jam dua belas malam, para calon jamaah haji kloter 24 SOC sudah bersiap - siap untuk mengudara. Mereka mengantri di ruang tunggu setelah koper dan tas tentengan diperiksa.
" Bapak Ibu kita kan mengudara dari lanud Adisumarmo insyaallah jam 2 dinihari. Kita akan transit di Batam selama kurang lebih satu jam, tetapi kita tetap dalam pesawat"
" Periksa kembali bawaan bapak ibu. Jangan lupa bapak bapak harus memastikan perlengkapan ihromnya ada di tas tentengan. Dua kain ihrom dan sabuk. Paspor dan buku kesehatan dan bekal uang secukupnya harus selalu ada di tas paspor. Ikuti petunjuk pramugari dan duduk lah sesuai dengan nomor seat masing masing. "
Ketika akhirnya Astri menaiki pesawat dan duduk di nomor kursi yang ditentukan, dia merasa lega karena mendapat kursi di pinggir jendela, sebelahnya adalah Hesti, sedang bapak dan ibunya duduk di seberang kursi bersama dengan suami Hesti.
Mereka dibimbing untuk membaca doa sebelum akhirnya pesawat mengudara. Sempat kulirik wajah ibu dan bapak yang sedikit tegang karena ini adalah pengalaman pertama mereka naik pesawat. Astri sendiri sudah pernah naik pesawat ketika dikirim oleh sekolah mengikuti pelatihan guru di Jakarta. Hesti yang duduk disamping Astri juga terlihat sedikit tegang. Mulutnya tak henti - henti membaca doa keselamatan. Syukurlah pesawat mengudara dengan mulus sehingga semua penumpang bisa bernapas lega.
"Mbak Hesti mau tukar tempat biar bisa dekat suami? tanya Astri.
Mata Hesti membelalak dan dengan kuat menggelengkan kepala.
" Saya di sini saja. Saya masih bingung dengan perasaan saya. Saya sudah memaafkan suami saya, tapi kalau melihat wajahnya masih terbayang di mata saya ada wanita lain yang mengecup mesra bibirnya. Ketika saya ingin mencium tangannya, terbayang lagi pengkhianatan yang diakukan kepada saya. Kadang saya merasa gamang dengan diri saya, apakah benar saya sudah bisa memaafkan dia. Saya selalu membayangkan waktu saya hamil besar, masih mengajar, sambil menyempatkan waktu memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah sepulang sekolah, menunggu dengan setia kepulangannya..Ternyata dia sedang bermesraan dengan wanita lain... Sakit rasanya.. Pedih... " lelehan bening dan isak tertahan kembali terdengar.
" Sudahlah mbak, ikhlaskan. Toh suami mbak sudah mengakui dengan jujur dan sudah meminta maaf. Poligami kan bukan perbuatan maksiat, apalagi tujuannya untuk kebaikan. "
" Entahlah dik, berat rasanya. Tapi mbak bertekat untuk tegar. Bantu mbak ya..." lirih ya.
Astri hanya mengangguk kecil, meskipun dalam hati dia tidak yakin akan bisa membantu. Penyembuh luka yang paling manjur adalah yang datang dari dalam kesadaran sendiri.
To be continued
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cakep bu is
Seru ceritanya Bunda ..ditunggu kelanjutannya ya..Sudah sy follow loo