Iswatun Khoiriyah

Iswatun Khoiriyah, lahir di Klaten, 29 Mei 1968, anak pertama dari enam bersaudara. Ayah bernama Slamet Joyodinomo dan ibu bernama Sutiyah. Menamatkan pendidika...

Selengkapnya
Navigasi Web

112 - PILIHAN ( 5 )

Satu waktu, Pak Ali meminta Slamet mengantarkan untuk meeting ke sebuah hotel di Puncak yang berhawa sejuk. Sambil menunggu majikan, dia duduk bersama sopir – sopir lain.

“ Eh Met, kita menunggu di warung kopi di seberang hotel yuk. Bisa sambil ngopi dan makan jagung bakar.” ajak Samto.

“ Ogah ah. Ntar kaya waktu itu, bilangnya ngajak ngopi eh malah ditinggal sendirian . Mentang – mentang ketemu teman lama.”

“ Heh..heh… Mumpung ada kesempatan. Maklum istriku kan jauh di kampung, gak bisa tiap hari ketemu.”

“ Alasan aja. Ingat hidup bukan hanya di dunia. Ingat dosa. Ingat anak istri.”

“ Lah kok malah ceramah. Ya udah kalua nggak mau. Gak usah protes. Toh dosa aku sendiri yang tanggung.” Samto pergi sambil bersungut.

Slamet duduk di kursi yang ada di shelter sopir di halaman pojok Hotel. Angin semilir membelai kelopak matanya dan menghantarkannya ke dunia mimpi.

Saat makan siang, pak Ali membangunkannya karena acara meetingnya sudah usai. Pak Ali mengajak Slamet mampir di sebuah restoran fast food. Memang pak Ali adalah majikan yang baik. Dia selalu mengajak Slamet ikut makan bersama di restoran apabila tidak sedang bersama rekan bisnisnya. Restorannya cukup padat dengan waiter yang berlalu lalang. Semuanya cantik, dengan kostum merah, rok mini di atas lutut dan senyum menghiasi wajah. Sebagai seorang laki – laki, Slamet tak menampik bahwa matanya tak bisa lepas memandangi para wanita itu.

“ Astaqfirulloh.” Tanpa sengaja hasratnya bergejolak. Dia harus segera pulang dan menuntaskan keinginannya dengan istrinya. Namun apa mau dikata, seusai makan siang pak Ali minta mampir dulu ke rumah Halimah.

“ Sudah beberapa minggu aku gak gilir Halimah. Kangen aku Met, apalagi tadi lihat para waiter yang menggoda iman.” Kata pak Ali setengah bercanda.Slamet tambah pusing.

“ Emang bapak saja yang kangen sama istri. Saya juga sama kali.”

Namun Slamet hanya berani berkata dalam batinnya saja. Rasa iri pada majikannya semakin menjadi.

Sambil menunggu majikannya, Slamet berandai – andai. Ah alangkah nikmatnya kalau dia juga punya istri kedua di dekat sini. Sambil menunggu, diapun dapat bercumbu. Angannya kembali kepada Yayuk. Memang umur Yayuk lebih tua darinya, namun statusnya masih perawan. Yayuk juga menunjukkan sikap bahwa dia tertarik dengan Slamet, bahkan pernah terlontar keinginannya untuk jadi istrinya. Apa salahnya kalau Slamet menikahinya. Toh istri pertamanya tidak akan tahu, dan Yayuk juga tahu satusnya sebagai istri kedua.

“ Ayo Met, kamu harus berani.Niati untuk menyelamatkan Yayuk. Yayuk tidak muda lagi. Belum ada jejaka yang melamarnya.” Sisi hatinya memerintahkan.

“ Jangan gegabah. Ingat menikah bukan hanya sekedar penyaluran hawa nafsu. Ada konsekuensi yang harus dijalani. Sudah mampukah kamu menafkahi dua istri ?” sisi hati yang lain mengingatkan.

“ Kenapa takut. Toh Yayuk tidak minta dinikah secar resmi. Dia juga bekerja, jadi secara ekonomi tak masalah. Adiknya juga sekarang sudah lulus sekolahnya. Jadi secara logika, dia akan berterima kasih karena kamu mau menikah dengannya.”

“ Tapi kewajiban suami tetap harus dipenuhi. Jangan hanya memikirkan kenikmatannya saja. Apalagi istri pertamamu pasti tidak setuju.”

“ Ah, gampang itu. Kamu tidak perlu memberi tahu. Toh jadwal gilir Yayuk bisa berbarengan dengan saat mengantar pak Ali.”

“ Ingat Met, pikirkan baik – baik sebelum melangkah.”

“ Lebih baik menikah daripada maksiat. Kamu terjaga. Yayuk terjaga. Apalagi yang kamu pertimbangkan ? Kesempatan tidak akan datang dua kali” bujuk hatinya. Akhirnya pertahanan Slamet runtuh. Dengan berbagai pertimbangan itu Slamet memutuskan untuk menikahi Yayuk secara siri. Yayuk juga tak berkeberatan digilir berbarengan dengan jadwal gilir istri kedua pak Ali. Yayuk merasa bersyukur bisa mendapatkan suami. Istri pertama Slamet tidak merasa kehilangan karena jadwal kerja tidak berubah. Slamet pun merasa senang karena dia mendapat tempat istirahat yang halal ketika menunggu pak Ali menggilir Halimah.

Besok lagi ya....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wah, akhirnya pertahanan Slamet bobol juga, sukses selalu, Bu.

03 Sep
Balas

Keren.

03 Sep
Balas



search

New Post