10. My Boyfriend is Your Husband Part 1
Kawan Atau Lawan
Joey merapikan barang pajangan di toko pernak-perniknya. Bekerja sambil kuliah benar-benar membuatnya kewalahan, namun apapun yang terjadi dia telah bertekad menyelesaikan skripsinya yang tertunda.
Terlepon genggamnya bergetar sedari tadi namun sengaja tak di angkatnya karena dia tahu pasti bahwa Najmilah yang menelpon. Sudah setahun ini dia tahu bahwa kawan baiknya itu kini berpacaran dengan cowok keren di seberang tokonya, Abimanyu.
Dia tidak pernah mengenalkannya pada Abi. Gadis mungil itu memang sering datang mengunjungi toko tempat Jo bekerja paruh waktu. Tidak sendiri, dia membawa serta gadis jumbo berambut keriting yang tidak pernah keberatan mendapat panggilan Gajah dan satu lagi zhe zhe, gadis jangkung berkacamata tebal yang jelas-jelas kutubuku. Berempat mereka selalu kompak di kampus, di kos-an dan tempat manapun.
Tentu saja tidak sulit untuk Najmi yang cantik dan kaya mendapat perhatian Abi. Sekali berkenalan saja mereka sudah langsung klik. Selama ini Jo memutuskan untuk menahan diri, demi sahabatnya walau sebenarnya dia juga memendam perasaan pada Abi.
Jo cukup tahu diri, dia hanyalah gadis sederhana yang susah payah bekerja untuk diri dan keluarganya. Lagipula Najmi sudah banyak membantunya, pekerjaannya sekarangpun dia dapatkan karena koneksi sahabatnya itu. Akan tidak elok jika dia tidak mendukung perjalanan cinta mereka.
“Jo! Pulang duluan ya! Dah!” Abi tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Itu saja sudah membuat Jo senang. Meski tidak mendapatkan cintanya setidaknya dia selalu mendapat senyum manisnya.
Jo berjalan pelan di parkiran, Lelah dan kantuk mulai menyergapnya. Dia mengedarkan pandang sambil mengingat-ingat dimana dia meletakkan motornya. Tanpa sengaja dia melihat Abi dan Najmi di seberang parkiran. Dari gelagatnya sepertinya mereka bertengkar, terbukti dari sikap mereka akhirnya berjalan kearah yang berlawanan.
“Abi!” Teriak Jo sambil melambai
Yang disapa hanya berjalan sambil tersenyum membuat Jo berdebar-debar.
“Kok belum pulang?” tanyanya
“Belum. Kamu bawa motor?”
“He-eh, kenapa? mau bareng?” Jo bertsnys dsmbil berharap
“Kita kan nggak searah, emang ga papa?”
“Ga papa, nih kamu yang nyetir.” Jo melempar kontak motornya dan langsung ditangkap oleh Abi
“Okay.”
Jo senang bukan kepalang, dia tidak peduli tindakannya ini benar atau salah. Yang ada di pikirannya adalah bahwa dia senang berdua dengan orang yang disukainya, tidak peduli bahwa orang itu adalah pacar sahabatnya. Dengan sengaja dia menyabukkan tangannya ke pinggang Abi.
Tanpa mereka sadari, Najmi memandang kearah mereka dengan gemas. Dadanya bergemuruh, darahnya mendidih, jika boleh dia bahkan ingin membunuh orang. Sejatinya dia sudah banyak mendengar seperti apa watak kawannya itu tapi dia bersikeras untuk tidak peduli. Selama ini dia mengira Jo benar-benar kawan yang baik.
Najmi tersenyum kecut sambil menggelengkan kepalanya perlahan. Dia sangat-sangat kecewa namun sedikit bagian otaknya cukup waras untuk menyadari bahwa dia bersyukur mengetahui watak temannya lebih awal.dia bersyukur hatinya dibuat oleh tangan Tuhan, jika tidak pasti sudah pecah berhamburan sekarang.
Dengan sisa-sisa tenaganya, gadis cantik itu kembali ke kosan. Satu-satunya keinginannya kini adalah menenggelamkan tubuhnya ke Kasur. Mengadu pada bantal atas dunianya yang berbolak-balik. Mungkin bau apak gulingnya mampu menjadi aroma terapi hatinya yang hilang bentuk.
Berderet-deret pertanyaan memenuhi kepalanya, mengapa? Bagaimana bisa? Mungkinkah?
Keesokan harinya, Najmi bangun dengan kepala berat. Dengan berat hati pula dia berangkat sidang skripsi. Rasanya seolah seluruh dunia berkonspirasi melawannya, nyaris tidak tersisa sedikitpun semangat di hidupnya. Jika hari ini dia berhasil lulus itu pasti keajaiban Tuhan.
Di depan pintu ruang sidang mereka bertatap muka, masing-masing saling menahan diri. Setelah selesai Najmi memberanikan diri menghampiri Joey.
“Apa-apaan itu, Jo.”
“Maaf tapi bukan aku yang memulai.”
“Maksudmu?”
“Abi bilang, kalian sudah putus?”
“Luar biasa.” Najmi menggeleng kesal, tidak percaya.
“Aku harus pergi, maaf.”
“Kita belum selesai, Jo! Brengsek kamu!!” Teriakan Najmi membuat semua orang di Lorong menoleh, kemudian dia menyadari dia salah tempat. tampaknya emosinya sudah hamper tak terkendali.
Dari arah kamar mandi Zhe Zhe dan Gajah berlari menghampiri Najmi, penasaran pada keributan kecil yang diciptakan sahabat mereka.
“Ada apaan sih?” tanya Zhe sambil membetulkan letak kacamatanya yang miring
“Ceritanya di kantin aja ya, laper.” Bujuk gajah
Kedua sahabatnya hanya menggeleng kemudian mengangguk setuju.
Sesampainya di kantin, Najmi menceritakan semua kisah sedihnya membuat Gajah seketika tidak merasa lapar namun saat sepiring nasi goreng datang perutnya kembali terasa kosong dan air liurnya menetes tak tahan.
‘’Pria yang berselingkuh bukan pria sejati, ikhlaskan.” Kata Zhe sambil menahan marah
“Peselingkuh tidak pantas disebut pria, abi hanya anak laki-laki yang kebetulan sudah tumbuh.” Tambah Gajah
“Jo sepertinya psikopat, bagaimana bisa dia mengambil cowok sahabatnya.” Zhe gemas, kentang gorengnya ditusuk-tusuk dengan tajam.
“Bahkan jika kamu benar-benar sudah putus, tidak semestinya dia menerima cinta Abi. Apalagi sekarang, kamu beneran sudah putus belum sih?”
“Belum.” Jawab Najmi datar
“Gajah, pikirkan sesuatu, kita tidak bisa diam saja, oke?” Zhe tiba-tiba mengacungkan garpunya pada gajah seolah mengancam, beruntung kawannya tidak tersedak.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar