Ita Fauzia

Pengikut Muhammad SAW, Pengagum Al Fatih, Penggemar Sheilla On 7even, Penikmat Kopi, penyuka Rotiboy. Tidak pilih-pilih bacaan tapi pemburu buku diskonan ...

Selengkapnya
Navigasi Web

15. My Boyfriend is Your Husband Part 7

Rumah

Abimanyu menggenggam HPnya erat seolah tidak ingin terlepas darinya. Apapun yang tersiar dalam televisi di di depannya tidak menarik perhatiannya. Pikiran dan hatinya tertuju pada Najmi, gadis mungil menggemaskan yang dulu pernah masuk di hatinya.

“Pa, makan malamnya siap. Yuk.” Ajak Joey pada suaminya.

Dengan enggan Abi beranjak dari tempat duduknya. Di ruang makan sudah menunggu mereka. Satria, jagoan kecil yang akan beranjak tujuh tahun. Senyum dan tingkan polah menggemaskan itulah yang membuat Abi bertahan.

Makan malam itu terasa dingin, walau cerita-cerita lucu Satria berhasil membuat kedua orangtuanya sesekali tersenyum.

Delapan tahun yang lalu Abi hanyalah seorang pemuda biasa, bekerja sebagai seorang SPB elektronik di mall terbesar di Surabaya. Meski dia pemuda desa namun wajahnya yang rupawan, tubuhnya yang atletis dan pembawaannya yang tenang berhasil membuat lawan jenisnya terpesona. Disana juga pertama kali dia mengenal Joey, istrinya kini.

Keadaan rumah tangga mereka sedang tidak baik belakangan ini dan semakin memburuk sejak kehadiran kembali Najmi. Jo sudah menyangka hal seperti ini bisa saja terjadi. Wanita itu terus mencoba menenangkan dirinya walau was-was dan khawatir terus menghantuinya. Perasaannya campur aduk ketika akhirnya tahu suaminya masih berhubungan dengan mantan kekasihnya.

Jo pura-pura tidak tahu jika suaminya bertemu dengan NAjmi begitupun Abi pura-pura tidak tahu jika istrinya tahu tingkahnya. Keduanya mencoba bersikap seolah tidak ada apa-apa dengan mereka, di dalam maupun diluar rumah tampak seolah pernikahan mereka baik-baik saja. Merekapun menyadari kurangnya komunikasi ini akan membuat segalanya menjadi kacau. Hanya tinggal menunggu waktu hingga semuanya meledak dan berantakan.

“Kamu ingat kan kalua aku harus pergi besok?’ Tanya Abi setelah menyelesaikan makan malamnya

“Ya sudah ku packing bajunya.” Jawab Jo sambil berdiri merapikan kembali meja makan.

“Masuk kamar kerjakan PRmu Tria.”

‘Ya, bu.”

“Mau Ayah bantu?”

“OK Bos!”

“Hi-Five!” Abi sengaja mengangkat tangannya tinggi-tinggi hingga putranya kesulitan melakukan tos kemudian mereka berjalan bersama ke kamar Tria sambil tertawa.

Sambil mencuci piring, Jo tersenyum, dia merasa senang untuk anaknya tapi tersenyum kecut untuk dirinya sendiri. Belakangan Abi tidak lagi perhatian apalagi romantis, sikapnya begitu dingin. Dia hanya bicara seperlunya dan lebih banyak menulis pesan atau bertelepon dengan seseorang di seberang sana. Jo tahu itu Najmi tapi dia diam, entah kenapa dia takut membicarakannya.

Malam yang mereka laluipun hanyalah malam -malam yang hening sepi, Jo terus menyalahkan penemu telepon genggam alih-alih mencari suaminya yang sering menghilang menjelang jam tidur. Ibu muda itu iri pada setiap orang yang mengatakan rumahku adalah surgaku, sejak setahun ini rumahnya mirip rumah hantu kecuali Satria sedang tidak sekolah atau les.

Sejenak dilihatnya foto pernikahan yang terpajang di kamarnya sambil mengenang masa-masa indah mereka Bersama. Namun yang dia ingat justru hal-hal buruk yang terjadi menjelang pernikahan mereka. Jo ingat bahwa dialah yang memaksa Abi segera menikahinya. Dia tidak ingin malu sendiri, dia ingin Abi juga bertanggung jawab pada kesalahan yang mereka buat.

Dahulu Jo tergila-gila pada pesona Abi, wajahnya tampan, tubuhnya atletis, senyumnya manis, kata-katanya romantic, punya pekerjaan walau belum bisa dikatakan layak. Jo yang terbiasa mengurus dan menafakahi dirinya sendiri sepeninggal sang Ayah tiba-tiba mendapat guyuran kasih kayang dan perhatian, tentu merasa kasmaran. Walau dia tahu laki-laki itu adalah kekasih sahabatnya sendiri, dia tidak peduli. Dia tidak ingin menyia-nyiakan moment, dia tidak ingin lagi sendirian, egonya yang besar mengalahkan nurani.

Kesalahan demi kesalahan dilakukannya, mulai dari berpegangan tangan, berciuman dan berhubungan badanpun rela dia lakukan untuk Abi hanya untuk memenuhi egonya memiliki Abi sepenuhnya. Hingga tepat sebelum wisuda, dia menyadari dirinya hamil, mau tidak mau Abi harus menikahinya. Tidak peduli apapun Abi harus menjadi suaminya.

Hingga hari ini Jo masih bertahan pada keegoisannya sekaligus takut, takut Abi menghiilang dari dirinya, takut Abi tak lagi mencintainya. Terkadang dia punya pertanyaan aneh, apakah Abi pernah mencintainya? Karena dia tahu benar mereka tidak  memulai hubungan ini dengan cinta.

Bagaimana jika Abi memutuskan untuk pergi atau kembali pada Najmi? Apakah akhirnya dia akan sendirian? Bagaimana dengan Satria? Bagaimana dia akan melewati hari-harinya? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan memenuhi kepalanya, membuat hatinya sakit. Jo mencoba tidur menenangkan dirinya tapi tidak bisa. Kenangan akan kenyataan masa lalu dan bayangan akan kejadian di masa depan menyesakkan dadanya.

Tiba-tiba pintu terbuka, Abi bersiap tidur dan Jo pura-pura tenang. Dia memejamkan matanya perlahan takut kalua-kalau dia akan bermimpi buruk. Dia tidak sanggup lagi memaksa tubuhnya tenang maka dengan perlahan dia turun dari tempat tidur menuju dapur. Dibuatnya secangkir kopi panas berharap kandungan kafein di dalamnya mampu menenangkan.

Dibawa kopi dan kudapan ke ruang depan, dia merasa sepinya malam itu tidak mampu mengalahkan sepi hatinya. Akhirnya dia tahu rasanya bersama tapi sendirian. Perlahan dia membuka jendela membiarkan angin malam merasuk masuk ke dalam rumah, ke dalam hati dan pikirannya. Dia berharap dinginnya mampu mendinginkan kepala dan amarahnya.

Di kepalanya kini ada Najmi, dia harus memikirkan cara bagaimana menyingkirkan perempuan itu dari hidupnya untuk kedua kalinya. Dia menyadari kini Najmi menjadi jalang, yang lebih liar dari dirinya. Dahulu semua orang menyalahkannya saat dia dengan sengaja merebut hati kekasih sahabatnya. Sekarang Najmi terang-terangan berhubungan dengan laki-laki yang jelas-jelas adalah suami orang.

Dia juga menyadari bahwa kehidupan yang keras dapat merubah orang, gadis manis seperti Najmi yang notabene adalah seorang guru. Harusnya dia menjadi panutan anak didiknya, keluarganya, orang-orang di sekelilingnya tapi nyatanya apa? Perempuan cantik mungil itu justru menuruti egonya, mengesampingkan pendapat orang tentang dirinya. Sebuah keputusan yang ekstrim luar biasa.

Jo benar-benar tidak dapat tidur malam itu dan juga beberapa malam selanjutnya. Pikirannya seolah penuh dan hatinya menjadi sesak, sesak akan segala kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkannya sendiri. Dia tidak percaya karma namun dia cukup khawatir nasib baiknya akan berakhir. Cepat atau lambat dia harus melakukan sesuatu, apapun dan bagaimanapun caranya dia tidak akan membiarkan Abi jatuh cinta lagi pada Najmi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post