Ita Fauzia

Pengikut Muhammad SAW, Pengagum Al Fatih, Penggemar Sheilla On 7even, Penikmat Kopi, penyuka Rotiboy. Tidak pilih-pilih bacaan tapi pemburu buku diskonan ...

Selengkapnya
Navigasi Web

16. My Boyfriend is Your Husband Part 8

KEMANA PERGINYA RASA MALU?

 

Gajah kembali ke kota ini untuk urusan dinas, saat tiba disini orang pertama yang dipikirkannya adalah Najmi. Lama sekali mereka tak bertatap muka, sudah barang tentu ada rasa rindu menyelinap di hati keduanya apalagi mereka pernah sangat dekat dahulu. Ketika akhirnya mereka bertemu terlihat jelas ceria di antara keduanya.

Sebuah kafe di ujung jalan tak jauh dari hotel tempat Gajah menginap mereka menghabiskan sore dengan banyak cerita. Terlalu banyak kisah yang mereka tak lewati bersama semenjak berpisah dulu. Kini Gajah masih sebesar gajah namun sudah beranak dua pdahal dahulu memebayangkan wanita jumbo itu punya pacar saja sudah ajaib.

Sebaliknya bagi Gajah menyaksikan gadis secantik Najmi sendirian di ujung usia dua puluhannya itu agak aneh.

“Dengan siapa sekarang?” Tanya Gajah santai sambil menyeruput Moccachinonya.

“Abi.” Gajah terkejut hingga hamper menumpahkan isi cangkirnya

“Abi yang itu atau Abi yang lain.”

“Kenapa harus ada Abi yang lain jika yang ‘itu’ masih ada.”

Gajah menggeleng heran, sebagian dirinya kagum pada tekad baja Najmi sedangkan sebagian dirinya yang lain merasa kasihan.

“Beri aku satu alasan selain cinta” Tanya Gajah lagi

“Tidak ada.” Keduanya terdiam.

Jalan pikiran Najmi terlalu rumit untuk dapat dipahami kawannya. Memacari suami orang tentu tindakan bodoh dan gegabah untuk seorang muslimah semenarik dia. Sejak selesai kuliah Najmi menanggalkan hijabnya dan setelah itu dia perlahan lahan tampak seperti orang yang menanggalkan akal dan pikiran serta perasaannya.

“Kemana perginya rasa malumu.”

“Aku mencintainya tanpa alasan tanpa syarat. Kita akan menikah jika istrinya memeberi restu.”

“Aku tidak peduli Joey memberi restu atau tidak. Aku juga tidak peduli abi mencintaimu sungguh-sungguh atau tidak. Aku hanya peduli padamu.”

“Aku, kenapa?”

‘Aku lah yang paling tahu bagaimana kamu dulu, saat kamu bendiri jatuh sampai bisa berdiri lagi. Apakah kamu mau melakukan kesalahan yang sama.”

“Cinta bukan kesalahan, cinta adalah pilihan.”

“Maka bersikap bijaklah pada pilihanmu, Mi”

Seandainya orang yang diajak bicara orang lain maka Najmi sudah akanbangkit berdiri dan meningalkannya begitu saja. Namun kini dia memiih diam dan irit bicara saja. Seolah mengerti maksud kawannya itu, akhirnya Gajahpun mengalihkan topic pembicaraan dengan menggaris bawahi satu pesan.

“Mi, aku tahu kamu baik jadi jangan terpancing untuk berbuat jahat. Aku tahu kamu kuat namun jangan menganggung beban terlalu berat. Mi, aku tahu Joe menjahatimu namun merebut Abi darinya hanya akan membuatmu tampak lebih jahat dan buruk.”

Sebelum berpamit karena hampir maghrib, seorang laki-laki tampak menjemput Najmi, segera Gajah tahu siapa dia. Wanita tambun itu hanya merasa khawatir namun mencoba mengikhlaskan keputusan kawannya yang aneh. Pada akhirnya hanya angin senja yang menemaninya menghabiskan secangkir kopi sembari menepis segala memori hari ini. Benar-benar bukan perjumpaan yang di harapkan.

Kebetulan malam ini malam minggu jadi tak sulit menemukan muda-mudi menghabiskan waktu berdua. Ramai taman kota juga menarik orang tua dan anak-anaknya menemukan tempat bermain dan waktu berkualitas untuk bercengkerama serta bercanda. Di antara kerumunan itu Najmi dan Abi memilih satu tempat mencari penghiburan.

“Galang apa kabar?”

“Kenapa juga nanyain dia, Bi.”

‘Mastiin aja.”

“Baik sih kayaknya, dia mau pindah katanya akhir tahun pelajaran ini.”

Abi menghembuskan nafas pelan, dengan lembut menggenggam tangan Najmi dan berkata

“Terima kasih sudah mau menemani hari beratku, Mi.”

Najmi larut dalam buaian Abimanyu, awal malam mereka habis dalam romansa yang salah hingga hampir tengah malam. Keduanya seolah tak ingin terpisah, kedua tangannya tak pernah lepas. Saat Abi mengantarkan kekasihnya, jika tak ingin disebut selingkuhan, dia merasa berat hingga merayunya untuk masuk ke kosannya sejenak. Najmi memiliki perasaan yang sama jadi dengan entengnya mengiyakan permintaan suami orang itu.

Mata keduanya saling beradu, roman muka Abi tak terbaca, dengan lemah dia merebahkan diri di sebelah Najmi. Mereka diam menatap langit-langit larut pada pikirannya masing-masing. Yang terjadi hari ini adalah petaka bagi keduanya. Tiba-tiba Najmi ingat pertanyaan kawannya sore ini saat mereka berpisah

“Kemana perginya rasa malu?”

Air mata Najmi lolos tak terbendung sedang hatinya remuk merutuki kebodohannya. Abi mencoba menenangkannya, diusap air mata kekasihnya itu perlahan lalu merebahkannya di dadanya yang bidang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post