Ita Fauzia

Pengikut Muhammad SAW, Pengagum Al Fatih, Penggemar Sheilla On 7even, Penikmat Kopi, penyuka Rotiboy. Tidak pilih-pilih bacaan tapi pemburu buku diskonan ...

Selengkapnya
Navigasi Web

17. My Boyfriend is Your Husband Part 9

SAHABAT SEJATI TIDAK MEMAKI

Sahabat sejati tidak memaki, kalaupun pernah makian itu hanyalah candaan sayang yang terwujud sebab kenyataan yang naif. Memiliki mereka berdua walau jauh adalah salah satu berkah Tuhan. Bagaimanapun keadaanku mereka tidak meninggalkan, selalu menyambut, walau kadang merengut namun kemudian kami saling mengusahakan tawa.

Gajah tinggal di Gresik sekarang bersama suami dan tiga orang anaknya. Entah berapa kali orang mengejeknya terlalu gendut untuk menikah, ga bakal ada cowok tergoda sama tukang makan dan lontaran kalimat-kalimat menyakitlkan lainnya. Namun nyatanya Tuhan yang Maha baik mengirimkan seorang malaikat padanya, plus tiga anak laki-laki yang lucu. Kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja seorang mereka dinaungi ribuan berkah.

Zhe tinggal di Trawas bersama suaminya yang seorang da’I muda. Mereka dikaruniai seorang putri cantik yang menggemaskan. Kehidupan mereka sejuk sesejuk udara yang selalu hadir di kabupaten yang terletak di pegunungan itu. Rutinitas Zhe tak banyak berubah, masih terus membantu orang tuanya mengajar, membantu orang-orang miskin mendapatkan pekerjaan di kebun miliknya, dan mengurus keluarga kecilnya.

Sedangkan Najmi, seolah cinta tidak pernah berpihak padanya. Orang tua yang kaya, pekerjaan yang layak, wajah yang rupawan, sikap sopan dan baik ternyata masih tidak mampu membuatnya beruntung akan cinta. Perempuan itu malah mengacaukan hidupnya di ujung tiga puluhan.

Najmi duduk sendiri di belakang pondok sambil menyesap teh hangat. Di depannya hamparan kebun sayur milik keluarga Zhe, hijaunya benar-benar menyejukkan mata dan hati. Di ujung hamparan kebun sayur terdapat kebun strawberry yang mulai berbuah merah. Di akhir pekan anak-anak sekolah atau keluarga-keluarga dari kota biasanya ramai berwisata petik strawberry disana.

Seminggu yang lalu dengan kalut Najmi datang kemari lari dari kekacauan yang dibuatnya. Dia tidak tahu harus kemana dan bagaimana saat mendapati dirinya hamil.

“Najmi!” Seru Zhe senang sekaligus kaget saat sahabat lamanya tiba-tiba datang tanpa kabar.

Sejenak mereka saling berpeluk dan saling bertanya kabar hingga Zhe mulai menyadari ada sesuatu yang salah dengan sahabatnya itu. Perempuan yang dulu selalu ceria itu tanpak kuyu, badannya juga tampak lebih berisi. Yang mengherankan lagi dia membawa sebuah koper kecil bersamanya.

Setelah mereka berdua duduk di ruang tamu Zhe yang sederhana Najmi memulai pembicaraan.

“Boleh aku minta tolong, Zhe. Aku butuh tempat tinggal.”

“Kenapa tidak pulang ke rumah orang tuanmu, Mi?”

Yang ditanya tidak segera menjawab, dia hanya tersenyum kecut lalu menghela nafas Panjang. Dia malah mengedarkan pandangan ke sudut kiri ruang tamu Zhe, mengamati rak buku bermotif pohon yang unik.

“Malu.” Jawabnya singkat setelah lama terdiam.

Zhe mencoba menerka-nerka apakah gerangan yang membuat Najmi malu. Perbuatan boodoh apa yang membuatnya lari dari keluarga dan orang-orang terdekatnya.

“Aku berhenti mengajar dua minggu yang lalu.” Lanjutnya

Zhe terkejut karena setahunya profesi itu yang paling diinginkan sahabatnya dulu. Dia masih ingat saat Najmi sering mendebat ayahnya yang terus-terusan membujuknya untuk pulang dan meneruskan bisnis keluarganya.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Zhe lagi

“Abi.” Jawabnya pelan

Zhe menggelengkan kepala heran, tidak percaya pada desas-desus yang didengarnya. Pernah beberapa kali kenalannnya membawa kabar bahwa Najmi kembali menjlain hubungan dengan Abimanyu. Beberapa teman kuliahnya bahkan membawa bukti-bukti berupa foto namun Zhe terus menyanggahnya, dia mengira bahwa laki-laki itu hanya mirip.

“Kamu sadar saat tidur dengan suami orang?” tanya Zhe ketus sementara Najmi hanya membungkuk

“Kamu lupa bagaimana perasaanmu saat Abi memutuskanmu dulu? Saat kalian pacaran kamu bilang Joey pelakor lalu kamu apa? Joey merebut pacarmu. Sedangkan kamu merebut suami Joey. Menurutmu siapa yang lebih Bajingan! Kamu atau Joey?”

Najmi hanya diam mendengarkan segala limpahan amarah sahabatnya, semuanya benar, dia mengakui betapa tolol dirinya. Celotehan Zhe selanjutnya tidak lagi didengarkan olehnya bukan karena dia tersinggung namun karena dia tidak ingin membuat dirinya semakin terpuruk.

“Sementara ini istirahatlah di belakang pondok. Ada cukup tempat untuk para pencuci piring. Kamu tahu jalannya kan?” Zhe masuk meninggalkan kawannya di ruang tamu. Dia sangat kecewa namun nuraninya tidak cukup tega membiarkan seorang wanita hamil keluyuran tanpa tempat tinggal. Dia juga tidak tahu harus bagaimana menghadapi gempuran pertanyaan suami, orang tua dan orang-orang asrama.

Sejak Zhe kembali ke kampong, Madrasah yang didirikan ayahnya diubahnya menjadi Islamic Boarding School. Tak disangkanya sambutan masyarakat sekitar cukup baik bahkan kini muridnya tak hanya berasal dari sekitar kampungnya namun juga dari kota-kota di sekitarnya. Konsep Pendidikan pesantren modern ternyata mampu menjadi jujugan para orang tua yang mulai khawatir pada perkembangan zaman yang ekstrem.

Menampung murid yang ratusan tentu membutuhkan guru yang banyak pula baik guru umum maupun para guru agama dan para ahli tahfdz yang didatangkan khusus membimbing para penghafal alquran disana. Di belakang asramanya Zhe mempekerjakan para juru masak untuk menyiapkan makanan semua guru dan karyawan selama jam mengajar. Mereka warga sekitar dan beberapa orang yang tidak punya tempat tinggal. Bersama merekalah Najmi kini harus menghabiskan masa mengandungnya jika tak ingin keluyuran.

Kota menawarkan kegembiraan pada Najmi sedangkan desa ini memberikan kedamaian. Teh di cangkirnya hampir kandas, cepat sekali mendingin mengikuti suhu pagi. Siapa yang menyangka seorang sarjana sepertinya akan berakhir menjadi tukang cuci piring di tempat sahabatnya sendiri. Memikirkannya saja sudah akan membuat semua orang merasa miris namun ternyata kedamaian alam pedesaan ini mendamaikan hatinya pula.

Najmi berpikir pasti sulit untuk seorang Zhe mendapat izin suaminya menampung seseorang seperti dia. Bagi orang lain mungkin keputusannya agak aneh, bukankah seoarng sahabat mestinya ditempatkan di tempat yang lebih layak. Walaupun mereka bersahabat Zhe dan suaminya tidak mungkin mengizinkan dia tinggal di rumahnya, dia orang lain bukan keluarganya.

Sembari menikmati sesap terakhir teh paginya, najmi mendengar lantunan ayat-ayat suci dari sekolah yang tak jauh dari tempatnya duduk. Meski hanya terdengar sayup-sayup namun merasuk ke hatinya, membuatnya menitikkan air mata. Banyaknya orang-orang baik yang berkumpul di tempat ini membuatnya menyesal tak datang lebih awal

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post