61. Adab Jual Beli
Yang namanya aktifitas jual beli sudah jamak terjadi sejak zaman dahulu kala. Seiring perkembangan zaman, perniagaan menjadi bervariasi caranya. Ada berbagai macam pilihan untuk memulai usaha, kalau modal cekak bisa mulai jadi reseller atau dropshipper. Kalau modal lumayan bisa jadi agen. Asalkan ada niat, kita bisa melapak di mana saja baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Kalau pilihannya dunia nyata bisa mencari keramaian, CFD misalnya. Kalau malas gerak (mager) pilih saja market place macam sophee atau tokopedia.
Kalau ga mau ribet pkai market place ya via WAG atau FBG saja. sasaran paling empuk ya teman terdekat, tetangga atau keluarga. Yang punya anak usia sekolah, sasar saja geng emak-emak walimurid. Jualan macam ini kelihatannya receh banget tapi kalau mau serius, lumayan juga loh untungnya.minimal bisa buat nge-bakso atau nongki2 cantik di emol.
Walau jualan zaman now bisa mudah dan murah meiah tapi jangan lupa akan adab ya. Ga usah sikut kanan kiri, yakin aja rejeki enggak kemana. Jangan ngebanting harga seenaknya, jangan PHP in pembeli, jangan ghibahin toko online sebelah yang kelihatan rame apalagi panggil dukun buat penglaris. Waduh, gawat banget ini!
Jauh sebelum hari ini, Rosululloh sudah memberi nasihat akan adab jual beli dalam islam. Apa saja, simak yuk:
1. Tidak menjual barang haram
Apapun alasannya, jangan jual barang haram meskipun untuk alasan medis, misalnya ophium yang konon katanya dapat meringankan rasa sakit pasien kanker.
2. Tidak melakukan perdagangan terlarang
Loh apa bedanya terlarang sama haram. Bedanya kalau barang haram ya memang diharamkan dalam agama Islam. Kalau perdagangan terlarang itu maksudnya menjual barang yang tidak ada alias fiktif atau barang yang belum jelas adanya. Contoh, belakangan ramai dijual kebun kurma dengan harga sekian-sekian untungnya sekian sekian dibagi hasil jadi sekian sekian. Masalahnya pohon kurma itu nanti bisa tumbuh dan berbuah enggak di iklim tropis seperti ini?
3. Tidak terlalu banyak mengambil untung
Sederhananya begini, kalau kita jual barang dengan harga lebih mahal dari harga pasaran dengan tujuan meraih untung tinggi, kira-kira ada yang mau beli enggak?
4. Tidak membiasakan sumpah.
Pernah kan ke pasar trus pedagangnya sumpah-sumpah bilang ini barang kualitas super, didatangkan dari luar negeri padahal belinya di tanah abang. Fiuh, sudahlah gaes, pembeli sekarang sudah banyak yang cerdas, sebelum beli mereka brosing dulu.
5. Tidak berbohong.
Nah, ini banyak kasus terjadi di market place, antara foto yang dipajang dengan barang yang datang, bedanya jauuuuuuh…. Kaya bumi dan langit. Gambarnya mukena super eh pas datang ternyata yang dikirim “gombah amoh”. Beli i-phone yang datang batu bata. Yang pernah kayak gitu, cepet taubat nasuha ya. Ga takut neraka apa?
6. Tidak mengurangi timbangan.
Q.S Al Mutaffifin ayat 1-3 jelas mengancam pedagang model gini. Kalau bisa pedagang tuh melebihkan timbangannya untuk pembeli yang kurang mampu, hitung-hitung amal gitu loh. Saya punya pengalaman nih, anak saya suka banget pisang Cavendish, seringnya beli di lapak depan masjid. Tiap kali beli timbangannya pasti dilebihin sama yang jual padahal saya udah bilang enggak tetep aja dikasih. Kalau udah gitu pengennya bersyukur dan ngedoain penjualnya. Bayangkan jika dalam sehari ada dua puluh pembeli yang berdoa untuk penjualnya. So sweet banget ga sih?
7. Tidak mudah marah.
Pembeli adalah raja, ingat itu. Kadang ada pembeli yang to the point, maunya beli itu yang sudah ga banyak omong, langsung tunjuk setelah selesai pulang. Kadang ada pembeli yang cerewetnya bikin ngelus dada. Sudah diberi label harga masih nanya harganya berapa, Sudah dibilang harga pas masih minta diskon, udah didiskon minta nambah diskon lagi. yang bikin kesel, sudah nanya harga, minta diskon eh ga jadi beli. Mau ngumpat dosa, mau ngeluh juga buat apa?
8. Tidak menimbun/memonopoli.
Ini yang sedang viral belakangan, menimbun barang dan memonopoli harga. Penjual model gini nih jelas ga punya hati nurani.
So, yuk mari jualan sebab berdagang itu termasuk sunnah rosul namun tetap memperhatikan adab ya, please jangan egois, tetap di jalan sunnah biar berkah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Makasih ilmunya
Sama-sama bu, saya juga masih belajar kok.
Betul sekali...